BAB 15 : Debat

47 8 1
                                    

Author Notes:

Sebelum baca jangan lupa vote dan mainkan audio yang gua tambahin ya or u can leave some comments to correct if theres any typos

***

Hari kedua setelah aku dan Acheilles dituntut oleh ibu Galih.
Aku berencana untuk bisa memantapkan pembelaan ku agar bisa lepas dari tuduhan Ibu Galih. Kemarin aku dan Alexi sudah membicarakannya dengan matang agar kami berdua bisa menaggapi wawancara tersebut dengan benar.
Syukur saja bahwa kami tidak dibawa ke meja hijau untuk masalah ini, Karena polisi lebih ingin berbicara dengan kami dengan 4 mata, Agar tidak terlalu membuat perhatian yang bisa-bisa merusak reputasi sekolah.

Murid-murid cewek yang ada di koridor maupun tangga melirik-lirik diriku yang sedang berjalan bersama dengan Acheilles.

"Eh, Katanya mereka dituduh ya?"
"Itu mereka pacaran?"
"Idih! Acheilles kan punya gue,"
"Anak baru udah bikin onar!"

Saat pandangan kami bertemu, Mereka langsung membuang muka kemudian berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa. Semakin dekat jarak ku ke Ruang BK yang telah dipenuhi oleh polisi dan guru, Semakin banyak sepasang mata yang memperhatikan kami berdua.

"Permisi, Numpang lewat," Ucap Acheilles yang mulai gerah akan tatapan-tatapan yang sangat tidak mengenakan hati.

Aku merasa berada di film yang menjadi seorang anak cupu yang selalu kena bully dan orang-orang hanya menatap ku dengan wajah kasihan tanpa ada yang turun tangan sama sekali. Andai saja aku bisa ke sekolah menggunakan topeng, agar aku tidak usah pusing dengan apa yang mereka pikirkan tentang diriku.

Akhirnya kami pun masuk ke ruangan BK. Aku merasa jantung ku mulai berdebar-debar, Terasa juga sebuah keringat digin yang mulai turun di punggung ku. Tapi sepertinya Acheilles tidak merasa gugup sama sekali. Bahkan wajahnya pun mengeskpresikan sebuah keberanian yang taada tandingannya.

"Jadi, Kita mulai saja ya wawancara nya," Ucap salah satu polisi yang berseragam lengkap.
"Jadi kronologis dari masalah kalian bertengkar itu seperti apa?" Lanjutnya bertanya kepada kami berdua.

"Kalau menurut pandangan saya itu, Ini hanya masalah kecil pa," Jawabku dengan tenang. "Jadi awalnya Galih itu sedang berbicara dengan kami berdua, Tapi sikap Galih itu sepertinya sedikit meledek Acheilles. Dan pada akhirnya terjadi perkelahian," Lanjutku lagi.

"Tapi, Siapa yang memulai nya dengan fisik?," Tanya Ibu Galih dengan sengit.

"Saya Bu," Jawab Acheilles dengan tegas.

"Tuh pak! Sudah ketawan kan? Dia saja yang mulai perkelahian nya duluan! "

Bapak polisi yang duduk di hadapan kami pun memasang wajah bingung. Tapi ia seakan-akan masih berhati-hati dengan apa saja yang baru ia dengar.

"Ya walaupun saya mulai duluan dengan fisik, Bukan berarti saya membunuh anak anda! " Bela Acheilles dengan tegas.

Sempat terasa hening setelah Acheilles berkata seperti itu. Sepertinya seakan-akan Ibu Galih kalah dalam wawancara ini.

"Betul juga sih bu, Lagian mana bisa anak seumur mereka di pukul 12 dini hari berkeliaran di luar rumah menggunakan seragam pengantar pizza. Kami juga sudah menanyakan ke pegawai Pizza Hutty terdekat, katanya tidak ada yang mengantarkan pizza ke alamat rumah ibu,"

Split Love // On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang