BAB 12

57 11 0
                                    

reminder: Sebelum baca jangan lupa vote💖 1 vote sangatlah berharga thx. And dont forget to play the music that I gave on this chapter😌

🌜🌛🌜🌛🌜🌛🌜🌛🌛🌛🌛🌛🌜🌛🌛


Kami berdua duduk di tempat paling pojok yang mengarah ke kaca dengan sebuah pemandangan kota Jakarta, Lelaki itu terus saja memperhatikan ponsel nya dengan tatapan yang sangat serius. Sepertinya ia sedang memperhatikan tugasnya yang diberikan oleh teman kuliah nya. Kami pun menjadi sebuah adik-kakak yang bisa dibilang sebagai anti sosial, Karena kita berdua saling tidak membuat sebuah percakapan untuk memecahkan keheningan ini.

Saat aku masih terhanyut dalam sebuah keheningan yang tiada hentinya, Tercium sebuah aroma yang sangat menggelitik perut ini. Aroma yang sangat ku tunggu tunggu. Terlihat dari jauh seorang pelayan berpakaian rapih mambawa nampan yang berisikan makanan yang kami pesan.

"Permisi Chicken Steak dan Beef Steak dengan tingkat kematangan well-done nya mas,"

Aku hanya mengangguk mempersilahkan pelayan tersebut untuk menaruh makanan di atas meja kami.

"Gila gaya banget lu mesen beef steak," Ucap nya setelah makanan ku ditaruh.

"Yaela, kali kali gua makan makanan yang mahal napa? Jangan warteg bahari mulu bosen gue. Kapan lagi gua makan Daging sapi dibakar? Biasanya gua mah ayam bakar pake kecap sambel,"

" Najis dasar Village People lo,  " Maki nya sambil tertawa menggeleng geleng kan kepalanya.

Aku hanya tersenyum senang karena sudah tidak sabar dengan makanan yang sering orang sebut sebagai makanan elite, Ku potong daging tersebut dan memasukannya kedalam mulut yang sudah merengek untuk mengunyah.

Memang benar, Makanan yang mahal kadang tidak terlalu sesuai ekspetasi, Memang sih rasanya sangat enak. Tapi bagi Acheilles seorang lelaki yang selalau makan di warteg, Lidahnya kurang cocok dengan makanan seperti ini. Tapi mau tidak ia harus menghabiskan makanan ini, agar tidak mubazir.

" Eh, Si mama gimana sekarang di rumah? ," Tanya kakak ku dengan seketika sambil memotong daging ayam tersebut.

"Ya gitu aja, Hamdalah masih sama seperti yang gue kenal, "

Lalu ia menatap wajahku serius, Dan memakai sebuah topi converse berwarna hitam pekat. Ia melempar garpu dan sendok yang baru saja ia pegang.

Aku hanya menatap nya biasa, Kurasa aku tau apa yang sedang ia lakukan. Ku perhatikan lagi kakak ku yang sedang mengeluarkan sebuah dompet sambil mengecek isinya.

" Ini steak bukan?,"  Tanya nya tiba tiba.

"Iya ini steak, Kita lagi makan di Americano Grill di Jakarta, Bentar lagi kita harus balik ke Dokter Felicia soalnya mamah lagi ditanya tanya disana, Dan gua belom selesai juga buat diintrogasi. "

Ia pun hanya menatap ku dengan kosong, Lalu berdiri dan beranjak ke kasir untuk membayar makanan.

Setelah ia selesai membayar, Lelaki tersebut kembali ke meja yang tadi sedang kami duduki. Dan mengajak ku untuk pergi kembali ke Dokter Felicia.

Aku segera bergegas memasuki mobil, Diikuti oleh kakak ku. Tapi pertama-tama ia membersihkan tempat duduknya dari debu debu dan juga membersihkan setirannya dengan sebuah tissue. Dan setelah ia selesai membersihkannya, Lelaki itu langsung duduk dan memakai sabuk pengaman untuk segera menancapkan gas mobil menuju Dr.Felicia.

Aku hanya memperhatikan jalan yang kami lewati. Ditemani dengan sebuah lagu yang sangat ku sukai yaitu, Honne- 3am. Alunan itu sangat membantu ku menenangkan pikiran ku yang sangat kacau karena banyak nya masalah yang selalu datang kepada tubuh ini.

Split Love // On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang