Part: 1

372 36 12
                                    

Tetesan air hujan mulai turun, makin lama kian membesar. Di tengah-tengah tanah yang basah, seorang gadis berlari pontang-panting. Tak peduli dengan seragam sekolahnya yang basah. Napasnya memburu, kakinya terasa letih, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin dan bercampur dengan air hujan yang membasahinya.

Langkahnya tidak sendiri, seseorang sedang mengejarnya dari arah belakang. Wajahnya tertutup tudung hoodie hitam yang dikenakan. Gerakannya lincah, sangat terlatih. Napasnya teratur, tidak seperti gadis itu yang kini sepertinya diambang batas.

"Kubilang berhenti mengejarku! Apa maumu, sih?!" pekik gadis itu.

"Berhentilah, jangan buat ini jadi semakin rumit," ujar pemuda itu.

Gadis itu mempercepat langkahnya yang sempat melambat, tak membiarkan pemuda itu yang hampir menyentuh pergelangan tangannya. Takut menguasai pikirannya yang kalut, entah nasibnya akan seperti apa nanti.

Set.

Tubuhnya tiba-tiba kaku saat seseorang muncul di depannya. Iris hitam itu membuat bulu kuduknya merinding. Tubuhnya tak bisa digerakan, kecuali bibir serta bola matanya. Kecemasan kini benar-benar memenuhi pikirannya. "Ada apa ini?" batinnya cemas.

"Sudah cukup kau bermain-main bocah. Aku sudah muak."

Gadis itu menggigiti bibirnya. Dia mengetahui semuanya. Sebenarnya dia tahu apa alasan orang-orang ini mengejarnya. Hal yang tidak dipahami gadis itu adalah mengapa mimpi ini terus berulang-ulang?

Pemuda ber-hoodie itu mendekat pada pria yang baru datang. Dia memanggil, "Ruth."


"Bisa-bisanya kau dipermainkan oleh gadis kecil ini," balas Ruth dengan nada kesal. "Ah, sudahlah."

Pemuda ber-hoodie itu terlihat tersinggung mendengar perkataan sekutunya. Dia sadar, Ruth memang sangat picik. Namun, dia membutuhkan pria itu untuk menguasai semua, baik dunia sihir maupun dunia nyata.

"Kyra Lunetta Pamela. Putri Ferdinand, Kepala Klan Qwertt. Dengarkan aku baik-baik."

"Yang benar saja, Qwertt? Sejak kapan ayah memimpin klan? Orang bodoh ini pasti sedang mengada-ngada lagi. Akh, sial! Kenapa aku harus terjebak dalam mimpi ini kembali?" batin Kyra.

Mimpi. Bagi gadis beriris tosca itu, semua ini hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang selalu mendatanginya setiap malam. Dengan orang yang sama pula, benar-benar memuakkan. Ingin rasanya Kyra bangun dari mimpinya saat ini. Dia rela melakukan apa pun agar tidak memimpikan orang itu kembali.

"Akan kutawarkan sesuatu untuk yang terakhir kalinya. Bergabunglah denganku dan keluargamu akan selamat."

Kyra terdiam. Ancaman apa itu? Orang itu bahkan hanya sebagian dari bunga tidur ... ah, tidak, lebih tepatnya mimpi buruk baginya. Bagaimana orang itu bisa menyakiti keluarganya?

Tiba-tiba angin berembus dengan kencang. Menciptakan badai yang berpadu dengan rintikan hujan. Membentuk spiral berukuran mega, menyeret pasir serta debu-debu yang kini mulai mengepul. Kyra mendesah senang, waktu pemuda itu telah habis.

Dia akan bangun sekarang. Spiral itu mulai memutari tubuhnya, membuatnya sedikit mengambang di udara. Gadis itu telah terbiasa dengan hal ini sekarang. Langit yang mendung mulai terlihat samar, tergantikan dengan cahaya putih yang mulai berpendar.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang