Part:4

158 18 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kutarik sebuah koper hitam berukuran besar dengan sekuat tenaga. Koper itu berisi segala keperluan yang akan kubutuhkan di akademi. Sangat susah untuk memilah benda-benda yang kuperlukan atau hanya sekedar ingin kubawa. Namun, segala kegundahan itu berakhir saat mama membantuku untuk mengemas barang.

Rencananya aku akan pergi ke peron 10C, seperti yang telah dituliskan pada secarik kertas sisa pembakaran kemarin. Kertas itu kini kusimpan pada saku celana. Setelah naik kereta yang terdapat di peron itu, ayah mengatakan akan ada seseorang pemandu yang memberitahukan jalan selanjutnya.

Ayah dan mama hanya mengantarku sampai pintu stasiun. Mereka mengatakan kami akan segera bertemu lagi. Aku bergumam, "Kenapa semuanya aneh? Bukannya lebih baik pergi bersama-sama?"

Di sekelilingku, cukup banyak anak yang seumuran denganku. Tujuan kami pun sepertinya sama karena mereka dengan terang-terangan memperlihatkan kertas putih pucat, yang sama dengan milikku.

"Permisi, boleh aku bertanya?" tanyaku kepada seorang gadis. Wajahnya tertutup kacamata hitam. Dia mendorong troli yang membawa banyak sekali barang. Semoga aku tidak salah orang untuk bertanya.

Dia menoleh, lalu tersenyum kepadaku. "Ah, tentu saja. Aku senang bisa membantu teman baru."

Aku menggaruk leherku karena kikuk. "Di mana kereta kita?"

Dia tersenyum manis, tangannya terulur menunjuk kereta dengan plang di temboknya, '10C', tidak jauh di depan.

Ternyata kereta yang akan membawa kami menuju akademi berbanding jauh dengan dugaanku selama perjalanan menuju peron ini. Kereta yang awalnya kupikir adalah kereta tua---karena menurutku lebih cocok kalau modelnya tua.

Tiba-tiba saja kami sudah berdiri di sini. Di depanku, berdiri sebuah kereta modern, berfasilitas seperti hotel berbintang lima. Sangat mewah dan menakjubkan.

Seorang kondektur meminta karcis itu untuk diperiksa, lalu membiarkan kami masuk. "Silakan anak-anakku."

Di masing-masing tempat duduk terdapat dua pasang kursi yang saling berhimpitan, sama seperti kereta pada umumnya.

Penjaga kereta membantuku menyimpan koper di tempat yang telah disediakan.

Aku memilih duduk di dekat jendela. Gadis tadi berdiri di samping kursi, sepertinya sedang kebingungan. "Boleh aku duduk di sini teman?" tanyanya.

Aku tersenyum kepadanya. "Tentu saja, duduklah."

Dia tentu saja kesulitan menyimpan barang-barangnya. Aku membantunya mengangkat koper itu ke rak simpan di atas kepala kami, sebelum penjaga kereta melihat dan ikut membantu.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang