Part: 6

155 18 0
                                    

Apa aku salah lihat? D-dia ..., aku tidak yakin dengan apa yang kulihat saat ini. Berarti dugaanku selama ini benar.

Aku merindukanmu, Raquel.

***

Aku masih bingung ingin memperlihatkan reaksi apa. Mimpi itu benar-benar terjadi. Dia benar-benar di sini, di hadapanku. Dalam dekapanku, sembari memelukku erat. Kami meluapkan kerinduan masing-masing. Raquel.

"Kyra, bagaimana keadaanmu?"

"Jangan cemaskan aku, lihatlah keadaanmu ...." Kuperhatikan wajah serta pakaiannya yang dipenuhi noda lumpur dan cucuran keringat. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Hal yang tak pernah kubayangkan dari seorang Raquel.

Diriku ketiduran semalam. Pagi ini aku menemukan makanan di nakas dan kebetulan Raquel sudah datang dari suatu tempat. Sepertinya dia sempat pergi lagi setelah membawakanku makanan.

"Ah." Dia memperlihatkan cengirannya. "Aku tadi habis latihan."

Apa?

"Sudahlah, Kyra, kita harus bersiap-siap. Aku mandi duluan, lalu kamu menyusul," ujarnya seraya memperhatikan pakaianku yang tiba-tiba kotor setelah sesi pelukan. Aku mengangguk, Raquel mengambil sepotong handuk baru yang didapatnya di lemari.

Sebenarnya aku masih mengantuk. Lie dan Kyle masih tertidur pulas di ranjang mereka.

Jam hitam yang menggantung di dinding telah menunjukan pukul setengah lima. Aku jadi penasaran, apakah Raquel melatih kemampuannya malam-malam? Tapi mengapa pakaiannya seperti seseorang yang belajar tinju?

Aku masih memikirkan tentang Lie yang sangat terobsesi tentang teknologi. Gadis itu sengaja memisahkan kamarnya dan kamar kami. Lie memilih untuk tidur di ruang laboratoriumnya, karena itulah hanya ada tiga buah ranjang di sini. Aku sempat mengira bahwa kamar ini hanya dihuni oleh tiga orang.

***

"Ayo, Kyra, sepertinya kita akan terlambat."

Aku dan Raquel berlari menyusuri lorong-lorong kamar. Langkah kami menimbulkan kericuhan. Namun, tidak seorang pun menegur. Aku tidak yakin dengan pukul berapa sekarang, tapi sepertinya nyaris pukul tujuh.

Di mana, kami sudah harus berkumpul di aula pukul setengah tujuh. Aku tidak ingin melewatkan waktu penentuanku.

Mungkin semua orang sudah ada di sana karena kami tidak melihat seorang pun. Kyle dan Lie masih berada di laboratorium, Lie menemukan sesuatu untuk mereka gunakan sebagai penemuan.

"Fleirus Imperium."

Tiba-tiba tubuhku melayang di udara. Aku sontak merasa panik. Saat menoleh ke kanan, Raquel juga mengalami hal yang sama. Seorang pria berjubah putih muncul entah dari arah mana.

Dia tersenyum misterius, aku dan Raquel yang terombang-ambing di udara berhenti memberontak. Anehnya, aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Maksudku, di balik raut wajahnya yang begitu tenang dan berwibawa, ada aura kuat yang membuatku merasa sangat kecil.

"Itu Mr. Collin," bisik Raquel.

"Kalian seharusnya sudah berada di aula," ujar Mr. Collin. Dia menurunkan tongkatnya dan kami akhirnya bisa turun lagi menginjak ubin.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang