Part: 5

145 19 0
                                    

"Apa yang terjadi?"

Terlihat sosok berjubah hitam sedang berdiri di bawah rimbunan pohon. Itu Ruth yang bersembunyi pada gelapnya malam.

Di depannya, bayangan hitam terlihat berdiri dengan posisi membelakangi. Sorotan cahaya bulan sebagai penerang pertemuan itu.

Bayangan itu berujar, "Dia sudah tiba di dunia sihir."

"Bagus, sesuai rencana." Suara Ruth terdengar senang.

Bayangan mengangguk, lalu menghilang. Menyisakan pemuda berjubah hitam yang masih setia berdiri di tempat.

Pantulan cahaya rembulan menyoroti rambut hitam sosok itu. Mata hitam kelamnya bersinar sebelum tubuhnya perlahan menghilang dari pandangan.

***

Tok-tok-tok.

Mataku terlalu sayu untuk melihat. Tubuhku dalam sekejap bisa saja ambruk tanpa aba-aba. Namun, pintu di hadapanku ini tidak kunjung terbuka, walau sedari tadi tanganku telah lemas mengetuk pintu. Aku benar-benar mengantuk.

"Hallo, apa ada orang?" panggilku lagi.

Aku tidak ingin tidur di depan kamar. Namun, teman sekamarku tidak kunjung membukakan pintu. Tubuhku lengket karena keringat. Bau badanku sudah sangat menyengat. Rasanya akan menyenangkan jika kamar ini memiliki tempat berendam.

"Hallo, tolong buka pintunya." Aku bersandar dan menurunkan koperku yang berat. Meregangkan sendi-sendi tangan yang mungkin bengkak.

Aku melirik kembali kertas abu-abu yang diberikan oleh si pemandu. Di sana tertulis B-12, di mana, pintu di hadapanku ini juga bertuliskan nomor yang sama.

"Ya, ini kamar yang benar kok," gumamku. Mengapa dia tidak sekalian memberikan kunci kamar saja?

Aku bersandar pada sisi pintu, berharap orang yang ada di dalam kamar cepat-cepat keluar. Atau jika ternyata tidak ada penghuninya, semoga orang itu melihatku saat dia kembali nanti. Tidak ada salahnya tidur di sini untuk semalam.

Kepalaku menengok ke sekitar. Pemandu itu ternyata benar-benar menyita waktuku. "Malang sekali, yang lain mungkin sudah tidur."

Krieettt ....

Ada suara knop pintu dibuka. Namun, sayangnya, bola mataku terlalu letih untuk melihat. Pandanganku mulai sayu, semakin lama penglihatanku menggelap.

Samar terdengar di telinga, seseorang memanggil namaku. Suaranya terdengar familiar. Kelopak mataku mulai menutup saat itu juga.

***

Mataku yang baru saja terbuka, langsung disambut oleh terangnya lampu. Kepalaku agak pening, seperti mendapat hantaman benda yang keras.

Hal yang melegakan, saat ini aku berada di dalam kamar. Mungkin teman sekamarku yang telah repot-repot menggendong, serta membaringkanku di sini. Kupijit pangkal hidungku, meringankan sakit kepala ini.

"Aku haus," gumamku.

Pandanganku menyapu ruangan. Hanya ada aku di sini. Terdapat dua ranjang lagi yang berjejer di sebelah kiri ranjangku. Namun, tampaknya si pemilik sedang pergi keluar.

Di pojok kamar, terdapat pintu yang kuyakini adalah kamar mandi. Namun, bentuknya aneh, nyaris transparan kalau aku tidak memperhatikannya baik-baik.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang