Part: 12

88 11 0
                                    

"Mau lihat karya terbaruku?" Lie muncul saat aku memasuki kamar.

Aku menutup mulut dengan tangan saat menguap. "Tidak kali ini, Lie."

"Kenapa tidak? Kurasa kucing itu ingin melihatnya juga," lirih Lie kemudian. Pandangan matanya mengarah pada bawah kakiku. Langsung saja, aku ikut menoleh ke bawah. Manis mengikutiku? Tentu saja dia tidak mengerti kalau aku memintanya untuk berhenti mengejarku.

"Siapa namamu kucing manis? Lucunya!" Lie membawanya dalam gendongan. "Di mana kamu temukan dia, Kyra?"

Bahuku terangkat. "Entahlah, aku menemukannya di taman. Dia kelaparan, jadi kuberikan semangkuk susu di dapur tadi."

Lie melupakan alat barunya. Lihatlah betapa dia menyukai kucing. Lie terbiasa tidur saat dini hari, menghabiskan waktunya untuk merakit sesuatu, sedangkan Raquel dan Kyle sudah tidur. Aku memutuskan untuk berendam sebentar sebelum tidur.

Malam sudah sangat larut, aku hanya sekejap berendam. Selepas mengenakan piyama, tubuhku meringkuk di balik selimut tebal. Lie bersikukuh ingin Manis tidur bersamanya, aku mengiyakan saja. Peringatan Bonne saat menyuruhku kembali, membuatku berpikir keras.

Sekolah ini aman, bukan?

Tanganku menyentuh sesuatu, seperti gumpalan bulu-bulu halus. Terkesiap, langsung kunyalakan lentera yang berada di atas nakas.

"Manis?"

****

Pagi ini, pukul lima tepat, kelompok kami dikumpulkan di aula taman. Bersiap-siap untuk pergi ke hutan kabut, tempat pelatihan kami nanti. Ada kabar buruk, Manis hilang hingga membuat Lie gelisah sepanjang waktu.

"Sudahlah, Lie. Mungkin Manis pulang ke pemiliknya." Aku membujuknya agar tidak gelisah. Pintu kamar sudah kukunci. Yah, tidak mungkin juga kucing itu ke luar lewat jendela, karena pagi harinya jendela masih tertutup rapat.

Lewat mana Manis pergi? Lie menggeledah sudut ke sudut untuk menemukannya, mungkin akan beda halnya jika kucing itu memiliki kaki untuk berdiri, dan jemari untuk memutar kenop pintu.

Astaga, pikiranku melantur!

Kami bergegas menuju titik kumpul yang dimaksud. Tidak perlu banyak bawaan, hanya bekal makanan serta stamina yang cukup. Zayn serta Teddy tiba agak terlambat, disusul Daniel, lalu Vannesa setelahnya.

Regrust? Dia tiba paling awal. Tidak susah meminta ijin untuk ke luar akademi, Regrust hanya perlu mengeluarkan surat perintah untuk ditunjukkan kepada penjaga gerbang. Ada yang baru kusadari, akademi kini memiliki penjaga portal yang baru diberlakukan hari ini, sepertinya.

Kami menelusuri jalan setapak yang membawa kami menuju hutan kabut, dipimpin oleh Regrust di barisan depan. Vannesa memilih terbang dengan sapunya, sedangkan Daniel mengawasi dari belakang. Jumlah kami ganjil, sembilan orang. Rombongan berhenti pada bagian hutan yang masih jernih, di mana belum terkontaminasi penuh oleh kabut.

"Tugas kalian adalah ...." Regrust tersenyum misterius. "Menemukan benda yang telah disembunyikan di sekitar hutan ini. Aku telah menyebarkan petunjuk-petunjuk untuk memudahkan kalian."

"Pakai gelang ini," ucap Daniel, membagikan gelang-gelang transparan ke enam anggota. Kami menggunakannya dengan serempak.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang