Berendam memang pilihan terbaik untuk menenangkan pikiran. Uap panas yang keluar memberikan kesan hangat sekaligus nyaman. Aroma teh hijau ini sukses membuatku tenang. Aku berusaha untuk tidak memikirkan tentang ramalan itu.
Apa yang terjadi dengan sekolah ini? Dua serangan terjadi pada hari yang sama. Namun, tampaknya mereka berhasil menerobos masuk pada percobaan kedua.
Sihirku saat ini masih terlalu lemah. Tidak akan cukup berguna untuk membantu mereka. Sesuatu yang mengerikan mungkin saja menanti kami di luar sana. Entah mengapa aku terpikirkan sesuatu, pemuda berhoode yang sempat memasuki mimpiku, beserta sosok bernama Ruth yang ikut serta dengannya.
Aku merasa semua ini berhubungan.
Ketukan pelan terdengar di pintu kamar mandi, membuatku mendongak menatapnya. "Kyra, kami akan pergi ke ruang makan, cepatlah menyusul. Jangan sampai Teddy menghabiskan makanan."
"Baiklah."
Kelopak mataku terpejam menikmati sensasi hangat yang menerpa kulit, pikiranku melayang entah ke mana. Sepengetahuanku, pelindung yang dipasang di sekolah ini sangat kuat. Aura-aura hitam tidak akan dapat memasuki---pengecualian untuk warga W.O.S.A (mencakup: anggota, guru, calon rekrut)---perbatasan dengan mudah, dan menurut informasi yang dikatakan oleh para murid, mereka tidak merasakan adanya penyusup masuk.
Penyusup seperti apa yang dapat masuk tanpa diketahui siapa pun?
Perutku berbunyi. Aku baru ingat kalau belum makan apa pun setelah sarapan. Berapa lama aku di sini? Setengah enggan, tubuhku keluar dari bak mandi yang begitu menggoda.
Kukenakan kaos hijau dengan lambang sihir di belakangnya serta rok selutut, lalu meninggalkan kamar ini.
Tepatnya dua puluh dua hari aku berada di sini dan mengenal lebih banyak orang. Teddy yang rakus, Zayn si pemuda angkuh. Jangan samakan dia dengan Daniel, karena Daniel lebih baik jika dibandingkan dengannya dari segi apa pun.
Tinggal beberapa langkah sampai di ruang makan, aroma sajian menguar ke indra penciuman. Membangkitkan selera untuk siapa pun yang mengendusnya. Pandanganku menerobos deretan meja ke meja, berusaha menemukan sosok yang kukenal.
"Wah, ramai seperti biasanya," gumamku.
Kaki jenjangku melangkah pada meja di depan. Kulihat Raquel, gadis bertubuh mungil dengan rambut dikepang ke belakang. Senyum manisnya terlihat makin gemuk, akibat makanan di dalam mulutnya.
Raquel menepuk kursi di sebelahnya yang dengan senang hati aku duduki. Kyle, dan Lie juga di sini, kami duduk saling berhadapan.
Irisku menatap sekeliling, Teddy---Brodan Roup---melahap makanan di meja dengan rakus, belum habis kunyahannya, tangan gempalnya kembali mencomot sajian lain.
"Panekuk?" Raquel menawariku seporsi panekuk yang baru saja diantarkan.
Kuanggukan kepala, dalam keadaan seperti ini mungkin aku tidak akan menolak apa pun. Saat makan bersama seperti ini mengingatkanku pada kantin sekolah kami di bumi, membuatku rindu akan alunan musik yang terdengar di seluruh penjuru, dentingan lonceng indah saat pintu terbuka. Kenyataan pahit kembali menyadarkanku, bahwa aku telah dipindahkan oleh ayah dari sekolah lama kemari, tentunya atas kemauanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard.
Fantasy[KATANYA ON GOING] Kyra selalu bermimpi buruk dikejar orang aneh, lalu teror itu menjadi nyata saat jati dirinya terungkap. Dia seorang penyihir dan kekuatannya sedang diincar penyihir jahat. Ramalan mengatakan bahwa hal buruk akan terjadi, di mana...