Part: 14

47 8 0
                                    

Sekarang aku bisa mengatakan dengan bangga bahwa diriku adalah anggota WOSA, bersama Lie, Kyle, Raquel, dan sebagian lainnya. Kami semua dilantik bersamaan di aula pada pagi tadi.

Wajahku terasa sejuk dielus semilir angin sore. Aku duduk di taman dekat danau, Raquel menemaniku. Kami puas mengkhayalkan masa depan yang indah dan sepakat akan mengunjungi bumi lagi.

Sejak seminggu yang lalu saat terakhir kali kulihat Daniel di malam itu, aku berusaha melupakan pikiran burukku. Aku yakin Daniel tidak akan berkhianat, entah di mana pemuda itu sekarang berada.

Aneh, Regrust juga bahkan tidak pernah kulihat lagi. Mereka menghilang begitu saja. Aurelia juga, padahal aku sangat merindukan gadis heterochrome itu.

Kyle sudah menjelaskan padaku, bahwa dirinya hanya berlatih saat malam itu.

"Kyra? Kamu sudah mau balik?" tanya Raquel.

Ah, langit sore itu terlihat aneh sekali, merah terang. Namun, rasanya familiar meski aku yakin baru melihatnya kali ini.

"Ayo," ujarku.

Kami sudah akan pergi, saat tiba-tiba seekor kucing melintas, lalu berhenti begitu saja di depan. Diriku terkejut bukan main, Raquel apalagi. Aku semakin kaget ketika menyadari itu adalah si Manis.

"Manis! Kamu ke mana aja!" seruku mengangkat tubuhnya dengan pelan, lalu mengusapnya perlahan. Dia meringkuk di gendonganku dengan tubuh yang bergetar, seperti ketakutan.

Entah mengapa, aku merasa aroma tubuhnya familiar. Ah, matanya mengingatkanku kepada seseorang.

"Ah, ini kucing yang waktu itu dicari Lie karena hilang? Dia pasti akan senang." Raquel ikut terkejut.

Kepalaku terangguk. "Iya, Lie pasti senang si Manis baik-baik saja."

Kucing itu tiba-tiba mengeong, lalu meloncat turun dari kedua tanganku. Dia berlari cepat ke arah danau. Manis menjilat air di sana dengan tergesa.

Aku mendekatinya. "Kamu haus, ya, Manis?"

Matahari semakin turun dan mulai gelap. Warna merah itu menghilang. Tubuhku merinding saat angin berembus kencang.

"Kyra!" seru Raquel dengan nada aneh. Dia sudah berdiri di sampingku.

"Ada apa?" tanyaku.

Raquel terdiam, pandangannya tertuju ke arah si Manis yang masih menjilati air danau. Kucing itu benar-benar haus.

Tidak lama kemudian terjadi hal aneh, tubuh si Manis bergerak-gerak. Aku berjalan mundur ketika kucing itu membesar. Iya, membesar, perlahan-lahan menjadi besar hingga punggungnya terlihat seperti manusia.

Pakaiannya sangat mirip dengan seragam kami. Mungkin itu memang seragam sekolah ini.

Jantungku berdegup kencang, pupil mataku mungkin sudah membesar dari tadi. Aku bersiaga untuk menggunakan sihirku. Namun, Raquel justru mendekatinya.

Langkahnya sangat hati-hati. Suaraku tertahan, Raquel bisa saja dalam bahaya.

"Aurelia? Apa yang terjadi padamu?" panggil Raquel.

The Wizard.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang