part 19

24.8K 1.1K 24
                                    

Nafas ali memburu, kilatan api kemarahan terpancar dari matanya.

"Kenapa lo sakitin prilly!" Teriak ali didepan wajah aldo.
"Itu hak gue mau ngapaian prilly!" Ucap aldo tak kalah leras.

"Lo bilang itu hak lo?! Gue mati matian buat dia bahagia dan sekarang lo bilang itu hak lo buat nyakitin dia?!" Amarah ali sudah tak dapat ia bendung dann..

'Brug..' satu tonjokan melesat dari tangan ali membuat aldo tersungkur. Tapi aldo masih mampu bangkit dari posisinya.

"Gue yang harusnya marah! Prilly udah sahabatan sama gue dari kecil dan sekarang gue pulang ternyata prilly udah nikah sama lo! Harusnya sekarang prilly sama gue! Jadi sekarang balikin prilly gue!" Amarah aldo tak kalah membara.

"Gue gak mau amarah gue keluar sia sia. Yang pertama bukan berarti yang terbaik! Apa lo mampu melawan takdir?! Kalo di jodoh lo, mau lo pergi sejauh apapun dia pasti bakal balik lagi sama lo. Dan sekarang berarti prilly itu bukan jodoh lo, lo harus dukung prilly bukan nyakitin dia. Semua ini bukan salah dia tapi takdir yang udah merancangnya dengan seindah mungkin. Dan mau sampai kapanpun prilly gak bakal gue lepasin gitu aja, gue udah dapet dia dan gue harus berusaha perjuangin kebahagiaannya." Jelas ali.

"Saran gue, mending lo cari yang lain. Masih banyak yang lebih baik dari prilly diluar sana buat lo. Lo pengecut kalau main begini, jodoh itu harus dicari bro bukan ditunggu. Dan iklasin prilly punya gue, gue bakal bahagiain dia tanpa lo harus suruh." Lanjut ali sembari menepuk pundak aldo.

Aldo langsung pergi begitu saja dengan nafas yang masih memburu. Entahlah apa yang akan dia perbuat setelah ini.

***
"Ali.. ali.. tadi kamu kenapa? Aldo?" Pertanyaan pertanyaan mulai bermunculan di benak prilly saat melihat ali yang kembali ke ruangannya tanpa didampingi aldo.

"Udah ya sayang, everythink is fine. Kamu gak papa kan? Tangan kamu sakit ya?" Tanya ali lembut sambil melihat tangan prilly yang masih memerah akibat ulah aldo.
"Kok kamu bisa tau?" Prilly semakin bingung, mengapa ali mengetahui semua ini.

"Dengerin aku ya sayang, mata ini kan punya aku, jadi aku tau apa yang terjadi sama kamu.. aku harap kamu selalu jujur sama aku. Semoga kita bisa berkomitmen untuk saling terbuka walau sesulit apapun keadaannya" Ali menyentuh muka prilly menggunakan kedua tangannya. Mengarahkan mata prilly agar menatapnya.

'Cup' satu kecupan melesat di dahi prilly.
"Aku gak akan bisa sanggup untuk kehilangan kamu sayang.." ucap ali lihir.
"Aku lebih gak bisa untuk jauh dari kamu." Balas prilly.

"Oh iya, mamah sama bunda kemana ya? Kok ninggalin kamu sendirian?" Tanya ali yang baru tersadar.
"Mereka lagi anterin baju baju aku pulang.." ali mulai kebingungan dengan apa yang prilly maksud.
"Kok bajunya dibawa pulang? Kan itu baju buat ganti kamu.."
"Karna aku UDAH BOLEH PULANG yeeeee" ucap prilly bersorak kegirangan..

Ali memasang wajah bingungnya, membuat prilly jengah.
"Iss ali mah.. bukannya seneng gitu istrinya udah sembuh.. uu.. prilly mau nganbek ahh.." ucap prilly melipat kedua tangannya ke dada dan memalingkan wajahnya enggan menatap ali.

"Ngambek tapi bilang bilang hahaha.. tapi gak gitu sayang.. sini dong liat aku.. aku cuma heran, kok bisa? Kamu kan baru sadar kemarin?" Tanya ali bingung.

"Makasih ya.. kamu udah buat aku semangat untuk sembuh.. kamu yang buat aku terus terseyum sampe kondisi aku langsung naik drastis. Kamu itu kaya obat loh buat aku. Sekali dideket kamu, aku langsung sembuh.
Sebenernya aku sempet maksa dokter minta pulang, tapi dokternya gak ngijinin. Terus aku bilang semakin lama disini nanti aku malah makin stress jadi dokter ijinin pulang dehh.. yeeee.."

"Tapi kamu yakin udah beneran sembuh..?" Tanya ali ragu.
"Yakin, asal selalu ada kamu disisi aku." Prilly mencubit pipi ali dengan gemas.
"Mentang mentang udah mau pulang langsung deh nyubitin pipi.." sindir ali.

Captain? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang