"Ren!"
Panggilan itu membuat Renna mempercepat langkahnya. Cepat, cepat dan semakin cepat bahkan hampir berlari atau mungkin memang berlari.
Renna memang tidak ingin mendengar suara itu lagi. Bukan suara, tepatnya ia tidak ingin melihat pemilik suara tersebut. Langkah nya semakin cepat. Bibirnya terkatup rapat dan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Renna juga menutup telinganya rapat-rapat. Mukanya memerah seperti nyala api yang berkobar. Suara yang terus terulang itu membuat darahnya semakin mendidih.
Dalam hati, ia benar-benarmengutuk pemilik suara itu. Sungguh ia bahkan tidak ingin melihat, mendengar atau bahkan bertemu. Ia cukup sakit hati atas apa yang telah dilakukan pemilik suara itu.
Pemilik suara itu sudah cukup membuatnya berteriak, menjerit, sakit dan menangis. Permainan yang dilakukannya cukuplah curang. Itu membuat ingatan buruk yang bersarang di kepala Renna.
"Ren, tunggu!"
Langkah Renna terhenti. Ia menggerakkan leher sedikit, mencoba menyerap baik-baik maksud dari satu kata tadi. Bukannya ia tuli, tapi ... apa? Tunggu? Bahkan Renna tak menyangka laki-laki seperti itu dapat mengucapkan kata itu.
Kini, Renna berbalik. Kedua tangannya mengepal, gerahamnya terkatup rapat dan kedua matanya mulai menyorot tajam. Ia benar-benar marah.
Laki-laki di hadapannya. Tepatnya, mantan. Ya begitulah Renna memberikan sebutan. Laki-laki itu memang mantan teman bermainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Ayam Salah Gaul
RandomKumpulan absen anak-anak ayam. Di sini tergambar suka, duka, hingga kenyelenahan yang dimiliki masing-masing member.