Aku Salsa. Aku tidak tau apa aku pantas menceritakan ini. Tapi, aku harus menceritakannya.
Kala itu, aku sedang berada di gudang untuk mengurus sesuatu. Ketika aku berbalik, tepat di hadapanku ia menunjukan cengirannya.
"Salsa.. Sepertinya kau tak ingin aku kembali?" Dia, pemilik suara itu melangkah lebih dekat. Entah ini perasaanku atau apa. Namun, bulu kudukku mendadak berdiri. Dingin.
"Bukankah kau sudah menerimanya?" tanyanya sekali lagi. Suaranya seperti berbisik. Namun, di ruangan gelap yang sesak ini tentu saja aku mendengarnya.
"Kon-se-ku-en-si..."
"Harusnya aku membakarnya, bukan?" Napasku menjadi sekian kali lebih cepat. Sudah bergetar ketika mengatakan itu.
"Kau terlalu baik untuk itu, Salsa. Bukankah itu buah rasa pertemanan?" Ia menunjukkan cengiran khasnya yang refleks membuatku menyeret tubuh mundur.
"Salsa ..."
Oh ya Tuhan! Sejak kapan bentuk tubuhnya menjadi seseram ini? Sejak kapan kukunya menjadi sepanjang ini? Atau aku yang tidak mengenal temanku sendiri?
"Salsa, boneka beruangmu kini sudah tumbuh besar dengan baik." ujarnya.
Entah sudah sejak kapan aku menggunakan buku iblis itu hingga rohnya kini semakin kuat dan masuk ke boneka beruangku.
"Bukankah, neraka lebih baik untuk kita?" Sekujur tubuhku gemetar hebat. Baiklah, aku tidak punya pilihan lain.
"Kau benar, neraka memang bagus untuk kita." Seketika aku melemparkan pemantik api yang sudah susah payah kunyalakan ke arahnya.
Kini aku sadar, jangan pernah bermain-main dengan sesuatu yang berkaitan dengan iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Ayam Salah Gaul
RandomKumpulan absen anak-anak ayam. Di sini tergambar suka, duka, hingga kenyelenahan yang dimiliki masing-masing member.