Hogwriters | Mitha

24 6 1
                                    

Cessa mempercepat langkahnya menuju ke gerbang besar Hogwriters. Seharusnya, dirinya berkumpul tepat pukul tujuh, tapi, dirinya menyalahi aturan main dengan datang pukul delapan lewat lima menit.

"Semoga teman-teman satu timku semua orang baik," gumam Cessa sambil menyeka peluh di dahinya.

Hari ini, mereka semua akan dipertemukan setelah menjalani beberapa tes dan babak penyisihan. Hogwriters tiap tahunnya hanya menerima lima puluh siswa baru saja, dan akan dibagi ke dalam dua kelompok nantinya.

Hogwriters adalah sekolah penulis terkenal, yang membuat siapa saja rela merogoh sakunya hanya untuk memasukkan orang-orang kesayangannya ke Hogwriters, dan menjadi lulusan di sana.

Tok tok.

Semua yang berada dalam ruangan langsung menengok ke arah pintu, dimana Cessa berdiri dengan rambutnya yang berantakan.

"Ma-maaf, saya terlambat," sahut Cessa dengan lesu.

Seseorang yang bertopi tinggi–seperti McGonagall di film Harry Potter–putih langsung menghampirinya, dengan senyum manis.

"Selamat datang. Kau pasti Cessa Granger, 'kan?"

Cessa mengangguk, lalu tersenyum dengan lebarnya. Saking lebarnya, ia bahkan bisa menjadi cast Joker selanjutnya.

"Ayo, silahkan masuk."

Cessa langsung melangkahkan kakinya ke dalam, sambil menelusuri ruangan itu dengan matanya. Semuanya tampak ramah, semoga saja. Tetapi, ada satu yang menarik perhatiannya. Lelaki dengan mata yang berwarna hijau, tetapi dilindunginya dengan kacamata. Cessa langsung mengambil tempat duduk di sebelah lelaki bermata hijau itu, lalu mengajaknya berkenalan.

"Namamu siapa?"

"Ar–"

"Ah, baiklah. Karena semuanya sudah hadir, maka kita akan mulai semua ini dengan perkenalan. Nama saya Prof. Michelle Gonagall, tapi kalian bisa memanggil saya Prof. Chelle," sahutnya dengan suara yang lantang namun terkesan lembut.

Cessa menghembuskan napasnya pelan. Pertama, karena gagal berkenalan langsung dengan lelaki bermata hijau, dan yang kedua, lega karena mendapatkan pembimbing seperti Prof. Michelle Gonagall, karena konon katanya, ada pembimbing di Hogwriters yang kasar dan selalu menghina muridnya.

"Baiklah. Sekarang, kalian yang akan maju ke depan untuk mengenalkan diri masing-masing. Dimulai dari...." Prof. Chelle membaca urutan nama di kertasnya, lalu menyebut, "Arsa Potter, silahkan ke depan."

Yang dimaksud itu langsung bangkit dari tempat duduknya, yang ternyata si lelaki bermata hijau.

Ah, jadi namanya Arsa Potter, ya.

Tunggu, Potter?

Mr. Potter? Legend Writers?

Dia anaknya?

"Apa yang harus saya katakan?" tanya Arsa.

"Tell them about yourself," jawab Prof. Chelle.

Arsa terlihat berpikir sejenak, lalu berkata, "Namaku Arsa Potter, tampan secara keseluruhan, soal harta ... entahlah, tapi mungkin nanti aku akan dapat warisan dari kakekku. Umur delapan belas tahun, tapi banyak yang mengira aku masih empat belas tahun. Yeah, aku tau itu, aku masih imut. Hobiku main basket, tidur sepanjang hari, dan mungkin meminta nomor ponsel para gadis.

"Kalian bisa menulis ini, jika memang ada yang mau menulis biografi tentang Arsa Potter. Sekian, dan terima kasih sayang."

Arsa mengakhiri perkenalan dirinya dengan kedipan mata dan senyuman mautnya. Para gadis di dalam kelas seketika riuh karenanya, bahkan Cessa sekalipun. Siapa yang tak tertarik dengan lelaki jenaka seperti Arsa ini? Apalagi, sejak tadi, Cessa memang sudah terpikat dengan mata hijau miliknya itu.

Anak Ayam Salah GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang