Seven

1.5K 202 16
                                    

Aku menunggu di depan ruang rawat VIP, Song sajang belum sadarkan diri. Ku kira tadi dia hanya mengerjaiku. Kuputuskan akan kutinggalkan, tapi ketika Hoonie meloncat ke arahku yang sedang memapah tubuh Song sajang dia langsung memeriksa detak jantungnya Mr. Song yang melemah, Hoonie segera berlari keluar mencari bantuan dan aku ikut berteriak panik.

"Noona pulanglah, sebentar lagi Kwon Sajang dan keluarganya akan segera tiba." Ucap Seungyoon padaku.

Aku gelisah merasa ketakutan, ini semua salahku. Seandainya tadi aku memasakkannya mungkin dia sudah makan dan tidak akan terjadi seperti ini.

"Yoon~ah aku takut," aku hampir menangis.

"Eomma gwenchana," tangan kecil itu memeluk tubuhku. Ya, Jeiya ikut bersamaku ke rumah sakit. Karena tadi dia ikut bermain bersama Seulgi, dan tiba-tiba Seulgi buru-buru ada urusan. Aku tidak punya pilihan lain selain membawa Jeiya ke  sini. Tempat penitipan yang biasanya aku pakai sudah tutup.

"Gwenchana baby," aku menggendong Jeiya dan memeluknya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gwenchana baby," aku menggendong Jeiya dan memeluknya erat. Perasaan ku berubah menjadi lebih damai.

"Aku pulang Yoon~ah, anakku sudah sangat mengantuk, besok aku kesini lagi ne?!" Aku pamit pada Seugyoon,

"Noona hati-hati, aku sudah menyuruh sopir untuk mengantarkanmu. Goodnight baby Jeiya," seungyoon mencubit pipi tembem Jeiya, Jeiya pun melambaikan tangan sambil matanya sedikit tidur.

Aku mengangguk dan berterima kasih, Kang Seungyoon telah tau aku adalah seorang ibu. Dia pengertian sekali, dan aku percaya padanya.

Bukan karna takut namaku akan jelek, tapi aku takut Jeiya dipandang remeh :(

**

Aku berjalan ke arah lift dan aku bertemu dengan Kwon Sajang, Dara eonnie dan ayah mereka. Aku juga melihat seorang yeoja cantik mengikuti mereka, bukan model yang tadi siang melabrakku.

"Oh Airin~ah," Dara eonnie menyapaku.

Aku mengangguk memberi salam, "annyeong haseyo,"

"Ku kira kau tak akan ikut kesini, kenalkan ini uri appa dan uri danah,"

Aku memberi salam sekali lagi, "Bae Irene imnida,"

"Song Joongki imnida,"

"Song Danah imnida,"

"Maafkan putra nakalku ya Irene~ssi, dia memang sering kambuh tapi tidak sampai pingsan begini." Ayah Kwon Sajang meminta maaf padaku.

"Aniya, saya yang meminta maaf tuan. Saya lalai dalam menghadapi tugas saya." Aku membenarkan gendongan baby Jei yang melorot. Dia sudah tidur.

yah Kwon Sajang menggeleng tersenyum, "Kau terbaik, terima kasih Irene ssi,"

"kurasa memang dia yang nakal, tapi dia sudah sangat bekerja keras. Mungkin dia drop." Ucap Kwon sajang.

"Apakah itu bayimu eonnie? Kyeopta." Song Danah mendekat ke arahku, dia membuka jaket yang menutupi wajah Jei. Aku mengangguk bangga dan membiarkan Danah mencubit pipi montok Jeiya.

"Dia tidur ya Chu? Padahal sejak lama aku ingin bertemu dengannya dan menggendongnya,"

Terlihat ayah Kwon sajang dan Kwon sajang berdebat kecil, kudengar sedikit kata "lihatlah sendiri Ji," "appa itu tidak mungkin."

"Kapan-kapan saja eonnie, aku permisi dulu ne. Mari," aku berpamitan pada semuanya secara terburu-buru dan memasuki lift.

**

Masuk, tidak, masuk, tidak. Kuputuskan untuk masuk saja.

Aku mengetuk pintu dan membukanya.

Ku lihat Song sajang sedang terbaring lemah, dan dia ditemani Kang Seungyoon.

"Syukurlah ada noona, aku permisi mau sarapan dahulu." Kang Seungyoon bergegas permisi pergi.

Ini memang masih pagi sekali, aku sengaja mampir agar rasa bersalah ku hilang dan aku jadi bisa bekerja secara nyaman.

Antara rasa bersalah dan rasa khawatir sama saja kan??

"Pagi Mr. Song," aku menaruh beberapa roti dan buah yang tadi aku beli sebelum ke sini di meja.

Mr. Song mengangguk dan tersenyum, "terima kasih,"

"Ne???" Aku tidak salah mendengar kan?

"Terima kasih sudah ke sini dan terima kasih karna kau aku jadi masuk rumah sakit," ucapnya tersenyum lembut.

Apa dia tidak salah minum obat? Apa dia menyindirku secara lembut? Ehmm ani, mungkin dia waktu pingsan kemarin kepalanya terpentok lantai, tapi kan kepalanya jatuh di bahuku. Apa bahuku sekeras itu sehingga membuatnya amnesia mendadak seperti ini.

Baby JeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang