Thirteen

1.2K 181 18
                                    

"Cha, kau cantik sekali!!"

Puji Dara eonnie, "Jeiya, eomma cantik kan?"

Dara eonnie bertanya pada Jeiya yang sedang makan kue-kue kering bikinan eonnie.

"Ne onty, eomma neomu yeoppo."

"Hahahaha," Seulgi yang baru masuk ke kamar tertawa mendengar perkataan Jeiya.

"Kiyowo," Seulgi mendekat ke arah putriku dan mencium pipinya habis-habisan. Aku tersenyum melihatnya.

"Eonnie," Seulgi memanggil Dara eonnie yang sibuk membenahi gaunku.

Dara eonnie menoleh sebentar, dan dia fokus lagi dengan gaunku. "hmm apa?"

"aku menerima tawaranmu."

Dara eonnie melotot kaget. "Are you serious?"

Seulgi mengangguk mantap, "jadwal sidang skripsiku sudah ada dan sambil menunggu aku bingung mau mengerjakan apa. Dipikir-pikir lumayan juga tawaran eonnie."

Aku yang mendengarnya mengangguk setuju, "lumayan kan untuk tabungan pernikahanmu dengan Seunghoon."

Godaku.

Dara eonnie mengajak Seulgi untuk project barunya. Dia suka memotret dan akan mengadakan pameran untuk pertama kalinya. Walaupun dia seorang model berkelas, cita-cita dari kecilnya ternyata ingin ia wujudkan.  Tentu saja aku dan Jeiya sudah menjadi korbannya.

Danah dan Wendy korban kedua, dan terakhir Seulgi yang sangat tidak suka sekali difoto. Dia tidak percaya diri dengan mata sipitnya yang sangat kecil itu.

"YAKK, aku tidak mengharapkan bayaran. Eh kami belum mau menikah muda. Tapi memang ada rencana sih, oppa ingin membuka cafe kecil-kecilan."

Dara eonnie ikut tertawa, "good idea, bagaimana kalau aku join di cafe kalian? Sepertinya aku memang harus mundur dari dunia yang membesarkan namaku ini setelah aku menikah nanti, aku ingin fokus menjadi ibu rumah tangga."

"EONNIIEE ITU IDE YANG SANGAT BERLIAN," teriak Seulgi. Jeiya sampai harus menutup telinganya.

"Imo berisik," kesal Jeiya karna dia sedang makan dan kuenya jatuh tersenggol Seulgi.

Aku dan Dara eonnie pun tertawa melihat Seulgi yang dimarahi Jei. Jei pelan-pelan menunjukkan sifat galaknya yang mungkin adalah bawaan dari calon suamiku.

Calon suami? Ya. Hari ini aku menikah.

Flashback one week a go.

"Hai, kau baru pulang?"

Aku menyambut Mino yang sedikit kesusahan menggendong Jei karena di tangannya dia juga membawa sebuah kantong tas besar. Aku membantunya dengan mengambil kantong tas di genggamannya dan setelah mengintip sedikit, ternyata di dalam kantong itu mainan-mainan baru Jei.

"Waaw," aku bergumam ringan.

Mino melirik sekilas dan menuju kamarku untuk menidurkan Jeiya.

Aku membawa kantong tas itu ke tempat mainan Jei dan membuatnya jadi satu dengan mainan-mainan yang lainnya. Dia pasti senang sekali hari ini.

Hari ini dia bermain dengan Mino seharian, mereka mengunjungi nenek dan orang tua Seulgi di desa. Orang-orang yang membantuku dan menerimaku di saat aku mengandung Jeiya.

Sepasang tangan memeluk perutku lembut, membuatku tubuhku sedikit menegang.

"Aku ingin bicara denganmu,"

Aku akan melepaskan pelukannya agar aku bisa menatap wajahnya,

"Jangan dilepas, dengarkan aku."

Diam-diam aku tersenyum geli. Kurasakan suaranyanya sedikit gugup.

Hampir sebulan kami mencoba mengenal satu sama lain. Aku juga sudah kenal dekat dengan appanya. Beliau sangat menerimaku yang hanya seorang anak panti asuhan ini.

Dugaan Wendy salah, karena aku mendengar sendiri cerita dari appa Song perihal Song Mino. Kelakuannya memang nakal dan brutal. Tapi dia tidak pernah bermain wanita karena sedari kecil, Jiyong oppa mengajarkan Mino bahwa menyakiti seorang wanita sama saja menyakiti mendiang ibu mereka.

Maka dari itu banyak teman dekat Mino yang salah paham akan kebaikan Mino pada setiap wanita. Mereka menganggap Mino perhatian, tapi nyatanya Mino hanya lebih menghormati mereka.

Contoh saja yaitu kasus Yura.

Jiyong oppa juga bercerita padaku, bahwa selama dia sering mengunjungi flat Mino di paris sana dia melihat beberapa gambar tangan tentang gadis burung hantu yang ternyata adalah aku. Bae Irene.

"Aku ingin kita menikah minggu ini,"

Secepat kilat aku berbalik menghadap ke arah Mino.

"Mwo?"

"Aku ingin status kita jelas Bae, aku tidak ingin menyembunyikan hubungan kita dan keberadaan Jeiya. Aku sangat ingin melindungi kalian."

"Tapi..."

Mino menungguku selesai bicara. Tapi suaraku tidak bisa keluar. Aku terdiam.

"Kenapa? Kau tidak mau?" Tanya Mino lirih.

Plakk!!

Aku memukul lengannya pelan.
"Bukan begitu, apakah kau benar-benar yakin membawaku masuk kedalam kehidupanmu?"

Mino mendengus dan beranjak pergi ke balkon apartementku. Kepercayaan diri ku masih rendah bila benar-benar bersanding dengannya.

Tidak heran dia selalu lelah dengan bahasan ini. Aku berulang kali mengatakan, aku hanyalah seorang anak dari panti asuhan yang artinya aku ini mungkin pembawa sial karena orang tuaku saja membuang diriku.

Apa dia tidak takut aku membawa sial dalam kehidupannya?

Aku menghampirinya dan memeluknya erat, apakah aku terlalu bodoh? Disaat ada seseorang yang sangat tulus menawarkan kebahagiaan dan keluarganya menerimaku apa adanya, aku malah menolaknya!!

"Maaf, beri aku waktu berpikir. Ku pikir tanpa adanya pernikahan, kita akan tetap bahagia seperti ini. Kau tau kan aku tidak sekuat mereka yang di luar sana Mino~ya!! Aku tidak ingin hanya kau yang berusaha, aku pun juga ingin membahagiakanmu dengan kepantasan diriku bersanding denganmu. Rasa percaya diriku masih rendah."

Mino menghela napas pelan dan mencium keningku, dia mengucapkan kata maaf berkali-kali.

Rasa cintanya yang tulus pun bisa aku rasakan. 

Happy ending~

Baby JeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang