Ten

1.4K 169 7
                                    




Rekomen lagu Kim Bum Soo - Bogoshipda. Ost stairway to heaven

Ya tuhan, apa mungkin ini hanya mimpi? Bertemu lagi dengan ayah Jeiya?? Aku masih tidak bisa mempercayai ini. Sejak diriku sendiri mengetahui bahwa aku hamil, aku memiliki tekat untuk fokus membesarkan Jeiya tanpa menerima lelaki lain di kehidupan kami.

Aku juga bertekat bila suatu saat bertemu dengan ayah biologis Jeiya, aku tidak akan mengusik dan meminta apapun darinya.
Karena aku tau dia memiliki kehidupan pribadinya.

Tapi semua tekatku berubah saat orang itu adalah Song Mino. Aku terlalu bingung dengan semua ini dan langkah apa yang harus kuhadapi untuk menyelesaikan masalah kami.

**

Mino pov

Aku menciumi pipi putriku. Anakku. Buah hatiku. Aku sendiri tidak menyangka bahwa kejadian tiga tahun silam tuhan telah memberikan hadiah pada kami. Sayang sekali aku baru mengetahui keberadaannya dan tidak mengikuti perkembangan putri kecilku.

 Sayang sekali aku baru mengetahui keberadaannya dan tidak mengikuti perkembangan putri kecilku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menciumi pipi cabinya, dan memainkan bibir mungilnya. Dia cantik sekali.

"Jangan ganggu dia, makanlah!!" Ujar eomma anakku.

"Sebentar, 5 menit lagi." Aku tak menghiraukan dia dan kembali mencubit pelan pipi uri Jeiya. Dia sedang sakit, sama sepertiku. Tapi demamnya sudah turun.

Kudengar yeoja itu melengos pelan dan menutup pintu kembali.

Ku lihat sekeliling kamar ini, penuh dengan foto-fotonya dan Baby Jei.

Ku lihat sekeliling kamar ini, penuh dengan foto-fotonya dan Baby Jei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum dan beranjak keluar pelan-pelan.

Irene sedang menyiapkan makanku, sebulan ini aku sudah terbiasa makan apapun masakannya.

"Makanlah dan segera kembali ke rumah sakit," ucapnya malas.

"Ani, aku akan tetap disini."

Dia melotot, "kau sedang sakit! Jadi cepat pergi dari sini."

Aku mencibir tidak peduli dan mulai melahap masakan yang telah ia siapkan. Moodku sedang baik, jadi aku makan dengan sangat lahap sekali seperti orang kelaparan. Karna memang faktanya aku belum makan sama sekali. Hanya makan roti yang tadi Irene bawakan.

Segera setelah Irene tadi pergi berlari dari kamar inapku, aku mencabut infusku dan menyusulnya. Aku bertemu Kang Seungyoon di koridor dan meminta segala data diri Bae Irene.

Cukup lama mendapatkannya karena Bae Irene tidak pernah mencantumkan alamat pastinya pada perusahaan. Di data diri perusahaan dia hanya menulis alamat suatu pedesaan.

Akhirnya aku menelepon Hanbin dan bertanya dimana alamat yeoja itu. Hanbin dan yang lainnya hanya tau daerah tower apartement Irene tanpa tau tepatnya nomor kamar Irene, yang lebih tau adalah Lee Seunghoon. Tapi Seunghoon sedang menjamu klien ku yang baru datang dari LN.

Kang Seungyoon kusuruh kembali ke kantor, dan aku alasan kembali ke kamarku.

Tapi diam-diam aku kabur mencari alamat Irene sendirian. Untungnya aku membawa dompet dan ponselku. Aku mencoba mencari ke seluruh apartement yang dimaksud Hanbin.

Cukup susah karena keamanan tower disini sangat terprivasi dan terlindungi.

Akhirnya aku menggunakan kekuasaanku dan berhasil mendapatkan nomor kamar Irene.

Kulirik dari ekor mataku Irene sedang melamun, aku berdehem tapi tidak mempan dia masih saja melamun.

"Joohyun~ah." Panggilku.

Dia tetap tidak menoleh, aku lempar sayur yang ada di piringku ke arahnya dan mengenai pipinya.

Berhasil. Dia menoleh dan melotot tajam

"YAK KAU!"

"Sedari tadi aku memanggilmu tapi kau hanya diam melamun, kau jangan terlalu banyak berpikir, itu membuatmu lebih cepat tua." Jelasku panjang lebar, aku senang sekali menggodanya.

"Selesaikan makanmu dan kita bicarakan lagi masalah kita tadi."

Aku mengangguk setuju dan melahap habis semua masakannya.

**

Kami duduk di kursi selonjor yang ada di balkon ini. Cuaca sudah menjelang sore. Pemandangannya cantik sekali. Aku sudah sms Kang Seungyoon untuk mengabari supaya dia tidak mencariku.

"Apa yang terjadi pada kita ini? Aku masih tidak mempercayainya. Aissh." Yeoja itu berteriak frustasi. Dia terdiam.

"Saat itu untuk pertama kalinya aku memasuki bar. Kekasih temanku ulang tahun. Aku diundang untuk hadir, kukira pesta ulang tahunnya hanyalah perayaan kecil-kecilan. Nyatanya aku terjebak di bar itu sendirian, seseorang memberikanku minuman dan karna aku gugup aku minum apa yang ia berikan. Selebihnya ya aku dan kau bertemu."

Irene menghela napasnya pelan, "aku mencoba mengingat-ingat wajahmu. Tapi sulit sekali, aku hanya mengingat--"

Dia terdiam dan tidak melanjutkan ucapannya.

"Apa?" Tanyaku membuka suara.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya lucu. "Ani. Bukan apa-apa. Aku pergi pagi itu karna aku kaget dan terlalu pusing. Maka aku putuskan kabur."

"Itu pertama kalinya untukmu, dan untukku juga." Ucapku. Dia menoleh kaget dan memicingkan matanya padaku "eyy tidak mungkin. Kau kan kata Kwon Sajang nakal."

Aku tersenyum dan menyentil hidungnya. "Kenakalanku hanya keluar masuk club dan suka mabuk-mabukan. Aku sangat menghargai wanita dan memperlakukannya dengan baik."

"Tapi tadi kau berkata kasar pada Kim Yura." Ucapnya mencibir.

"Dia menyakiti yeoja burung hantuku dan aku tidak suka itu," ucapku enteng.

Dia mengerjap dan memukul lenganku, "aku bukan burung hantu!!!"

Aku tertawa, "kau ke bar berpakaian seperti seakan-akan di kutub selatan. Memakai kaca mata tebal dan rambut panjangmu yang berantakan itu kau terlihat seperti burung hantu."

Irene cemberut sebal, "aku memang kuno, tapi tetap ada saja yang menjahati wanita kuno sepertiku saat itu."

Aku mengelus pelan puncak rambutnya, dia tiba-tiba gugup.

"Kau gugup seperti ini lucu sekali,"

Dia menabok tanganku ganas, "pergi kau!!!"

Aku menyukainya, ani tapi aku sangat mencintainya. Aku mengecup pelan bibir mungilnya.

Bibir ranum tiga tahun lalu yang sangat aku rindukan. Dia melotot dan kurasakan badannya menegang.

Aku melepas kecupan bibirku dari bibirnya dan menatap mata hitam pekatnya,

"jangan ingkari lagi janji kita dulu, biarpun kita mabuk saat itu janji adalah janji!! Apakah kau bersedia memulainya dari awal denganku?"

Dia tiba-tiba menangis dan menggeleng,

"aku tidak bisa Mino ssi, kehidupan kita terlalu berbeda. Aku hanyalah yeoja dari panti yang tidak jelas asal usulnya. Biarkan aku dan Jeiya hidup tanpamu seperti saat kita belum menyadari kejadian tiga tahun lalu. Kumohon."

Sad ending, finally 10 part thankyuuuu

Baby JeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang