Five

1.6K 216 16
                                    

Mino pov

Sudah sebulan aku menggantikan hyung disini. Tidak segampang ku kira. Ini perusahaan besar, dan aku memimpin puluhan karyawan dan model yang bergantung pada produk yang akan ku lancurkan.

Aku stres.

Tentu saja. Biarpun kata appa dan hyung aku nakal sekali tapi aku orang yang sangat bertanggung jawab. Tiap hari aku pulang malam, aku pulang ke apartement hyungku dan memakai kamar kosong di sana.

Sedangkan hyung dan Dara noona tinggal di rumah appa. Berkat bujukan Dara noona yang tidak tega kepadaku karena kantor - rumah terbilang jauh, hyung mengijinkanku menempati apartementnya yang kosong.

Tok tok tok !!

PRANGGG!

Astaga, tidak sengaja ku senggol laptop yang mengenai asbak rokok kesayangan hyungku. Mati kau Song Mino. Ruanganku semakin menjadi kapal pecah saat kertas-kertas desainku berhamburan.

"MASUK!!!" Teriakku.

Pintu terbuka dan menampilkan gadis cantik kepala dapur di ruanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu terbuka dan menampilkan gadis cantik kepala dapur di ruanganku.

"Kau tau? Kedatanganmu sangat menggangguku." Ucapku tajam. Gara-gara dia aku kaget dan memecahkan asbak rokok kesayangan hyungku.

"Maaf sajangnim, tapi bisakah anda makan dahulu??" Dia bertanya dengan intonasi yang lembut tapi bisa kurasakan dia jengkel padaku.

Aku memandangnya sinis, "pergilah, aku tidak mau makan. Aku sibuk." Aku sedang tidak mood makan. Kutatap nanar Asbak rokok hyung.

Dia mengangguk dan berkata, "oke bila anda menyuruh saya pergi. Saya akan bersiap pulang. Dan bila maagh anda kambuh saya akan berkata terus terang kepada Kwon sajang kalau saya tidak pernah lalai memasakkan anda. Kehidupan saya bukan hanya untuk memasakkan dan menyiapkan makanan anda. Maaf dan terima Kasih."

Sok sekali dia, mengancamku dengan embel-embel hyung. Tidak akan ku ladeni. Tapi nanti kalau mood makanku membaik siapa yang harus memasak? Ku coba mencegah Irene dengan sedikit ancaman.

"Sekali kau keluar, kau tidak akan bisa menginjakkan kakimu disini lagi." Tekan ku tajam.

"Kita lihat saja," Irene menyeringai sinis dan membuka pintu.

"Lee Hayi!!" Panggilnya sedikit berteriak, aku menatapnya heran. Mau apa dia memanggil hayi?

"APAKAH KAU PUNYA NOMOR RUMAH KWON SAJ-" aku berdiri dan segera meloncat membekap mulutnya.

Dia menggeliat melepaskan diri tapi aku tidak akan melepaskannya. Semua pegawai kulihat melongo. Mereka tau, aku jarang sekali berbicara dan jaga image sekali. Mungkin hanya waktu meeting dan memeriksa pekerjaan mereka saja. Aku juga disiplin. Kepemimpinanku tidak jauh beda dengan hyung. Tegas dan otoriter.

"JANGAN. SIAPAPUN YANG MEMBERIKAN NOMOR TELPON KWON SAJANG PADA WANITA INI AKAN KUPOTONG GAJINYA 85%!!!" ancamku.

Awh, dia menginjak sepatuku keras. Tanganku terlepas dari bekapan bibir mungil menggodanya.

"YAK! kalaupun tidak ada yang memberi nomor Kwon Sajang aku masih bisa menghubunginya lewat miss Dara!!!"

What ?? Aku lupa mereka berteman.

"KAU CURANG!" Bentakku keras. Aku tidak ingin mati di tangan Dara noona. Selamatkan aku!!!!!!!

"Ani! Kau makan atau aku akan meninggalkanmu sendirian disini kelaparan." Ketusnya kurang ajar, tapi astaga dia terlihat semakin hot bila marah.

Oke aku hanya mendesah pelan dan menyerah, "masuk!!"

Irene mengernyitkan alisnya menandakan yang aku kira 'mau apa lagi?'

"Temani aku makan."

Dia menggeleng, "Saya butuh pulang saat ini juga."

"Aku tidak akan makan sendirian," aku menggeleng dan memberi alasan.

"Panggil Kang Seungyoon!!" Jawabnya santai.

"Ani, aku hanya ingin orang yang memasak ini. Bisa saja orang itu memberi racun dalam makananku." Aku menggodanya lagi.

"OTAKMU MEMANG HARUS DIBERSIHKAN!" bentak Irene marah. Kami berdebat disaksikan banyak pegawaiku.

Dia pergi.

"Yak kau mau kemana? Tunggu aku." Aku berteriak memanggilnya. Tapi tidak ku kejar karna dia lucu sekali.

**

Irene pov

Dasar namja gila. Aku menggerutu sebal bila mengingat muka Song Mino. Aku sudah tidak peduli bila besok dipecat. Dia melecehkan masakanku. Dih.

"Eomma, " cicit putriku.

*liat muka jei di mulmed ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*liat muka jei di mulmed ya . emezzhhh*

Aku menoleh dan seketika senyumku bersinar. Dia berusia dua tahun. Aku menangis haru.

Tidak. Maksudku bukan. Jeiya bukan kesalahan, dia takdir yang dikirim tuhan untuk menemaniku. Aku hidup di panti asuhan. Saat aku di panti, aku selalu membantu ibu panti memasak. Maka dari itu aku pintar memasak.

Aku juga giat belajar agar aku dapat beasiswa dan bersekolah sampai tinggi.

Doaku terkabul. Selepas SMA aku meninggalkan panti dan mendapat beasiswa di salah satu kampus swasta di kota ini.

Aku satu kampus dengan Seulgi dan Wendy. Mereka berdua menjadi teman dekat yang tidak pernah aku punya dalam hidupku.

Kejadian tiga tahun lalu itu....

Baby JeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang