CHAPTER 4

33K 1.1K 2
                                    

Hari-hari berlalu. Entah mengapa, Qia semakin dekat dengan Rio begitu juga sebaliknya. Seakan rasa canggung yang menjadi jarak mereka kini telah mulai hilang. Bayangkan saja, sekarang mengantar Qia ke kampus saja Rio mau, padahal sebelumnya ia jarang melakukan hal itu. Dalam hal bepergian pun sekarang Rio sering mengajak Qia dan Sevan.

Kedekatan yang tercipta di antara mereka membuat Qia semakin kagum pada Rio, dan tak disangka dalam hati yang paling dalam mulai tumbuh perasaan yang berbeda untuk Rio. Apakah itu pertanda Qia sekarang bukan hanya menganggap Rio sebagai 'boss' dan 'kakak' nya saja? Mungkinkah diam-diam ia menyukai CEO tampan itu?

Tapi, tak kalah dekat dengan sang 'Papa Ganteng' dari anak kecil yang ia rawat, kedekatan juga mulai terasa antara Qia dan Akmal.

Qia dan Akmal sering pergi berdua hanya untuk sekedar jalan-jalan. Tapi tak jarang mereka menghabiskan waktu berdua untuk belajar bersama dan saling membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ya, walaupun kampus mereka berbeda, tapi untuk belajar bersama tak ada masalah.

~~**~~

Pagi-pagi sekali suara gaduh di luar kamar Qia sudah terdengar. Ya, siapa lagi jika itu bukanlah kebiasaan dari teman-teman kostnya. Mereka dengan senang hati akan membangunkan mereka yang masih tertidur di saat matahari sudah bersinar.

"Qia..! Bangun woy!"

Teriak Felly sambil menggedor gedor pintu kamar kost Qia. Ia tampak semangat untuk membangunkan Qia yang tampaknya masih tertidur karena sampai matahari bersinar cerah ia belum membuka pintunya.

"Qia! Lo udah dijemput nih!!" teriak Ayudia tak kalah keras dari Felly.

Di saat Felly dan Ayudia berteriak-teriak dengan konyolnya, Defana, Vica dan Aisyah hanya diam didepan pintu kamar kost mereka masing-masing. Mereka hanya bisa terkikik melihat Felly dan Ayudia yang benar-benar membuat perut terkocak geli.

"Lo temen nya Qia? gila ya tuh anak temen cowoknya ganteng-ganteng banget. Lo tinggal dimana? By the way, emang lo sekampus sama Qia? oh,iya. Lo tadi udah sarapan?"

Ayudia mencecar Akmal dengan pertanyaan bertubi-tubi. Lelaki itu tak kuasa menahan senyumnya sehingga tampak manis dan sangat manis untuk dipandang.

"Mbak, tanya nya satu-satu dong. Saya jadi bingung mau jawabnya."

Jawab Akmal sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Tapi itulah reaksi Akmal yang merasa kebingungan dengan semua pertanyaan dari Ayudia.

"Masa lo panggil gue mbak,sih! kita kan seumuran. Panggil aja Ayudia."

Ayudia mengulurkan tangannya pada Akmal sambil mengedipkan sebelah matanya. Memang tampak genit, dan lagi-lagi Akmal hanya tersenyum lebar. Akmal mengulurkan tangannya untuk membalas uluran tangan Ayudia.

"Ahahah.. emang lo pantes dipanggil mbak kali, Yud.."

Teriak Vica pada Ayudia diiringi tawa nya yang pecah. Tawa itu pun di sambung oleh Defana dan Aisyah yang juga terkekeh karena gurauan mereka.

"EHEM!!"

Qia yang baru saja keluar dari kamar berdehem didepan pintu kamar kostnya sambil melipat tangannya di dada.

"Genit banget sih lo,Yud. huh!"

"Yaelah.. Qi. Gue kan cuma kenalan aja sama abang ganteng ini.."

Akmal hanya tertawa kecil karena tingkah konyol Ayudia. Qia menutup pintu kamarnya dan berjalan mendekati Akmal yang masih duduk diatas motor matic nya.

"Udah,ah. Misi, gue mau berangkat ke kampus. Mandi sana lo,Yud." Ucap Qia pada Ayudia dengan nada sinis.

"Sinis banget sih lo,Qi. Gue udah mandi kalii.."

I Choose You -  "QIA & RIO"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang