CHAPTER 43

18.6K 519 8
                                    

Qia POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Qia POV


"Emmh.."

Aku mengeram keras ketika perutku benar-benar terasa sakit. Sebenarnya aku ingin berteriak keras, tapi rasanya sangat lemas.

Kini aku berada didalam air kolam. Aku pikir kalau aku memaka metode water-birth aku tidak akan merasakan sakit. Tapi tetap saja aku merasakan sakit, namun rasa sakitnya lebih berkurang dan aku nyaman berendam di air.

Ada mas Rio yang duduk tepat di hadapanku sehingga aku bisa memegang tangannya kuat-kuat saat aku merasakan sakit. Selain mas Rio ada ibuku, mama, Athia, bi Minah, dokter Syifa dan suster yang membantunya yang ada di dalam kamar ku.

10 jam berlalu.

Perutku kini benar-benar sakit. Dokter Syifa mengatakan kini sudah pembukaan sepuluh dan inilah waktunya bayi yang ada dalam kandunganku lahir.

"Ah...!" aku menjerit kesakitan.

Perutku benar-benar sakit dan mulas. Aku menggenggam erat tangan mas Rio. Mas Rio meringis. Mungkin aku terlalu kuat mencengkram tangannya.

"Kamu pasti bisa, sayang." Ucap mas Rio sambil menatap wajahku dan mengusap-usap tanganku yang menggenggam tangannya.

"Huh..huh.." Napasku tak karuan karena bebarengan dengan rasa sakit luar biasa.

Ibu mendekat kearahku. Beliau mengusap keringat yang menetes di pelipis ku.

"Qia, ayo. Kamu pasti bisa, nak." Ucap ibu yang kemudian mencium keningku.

"Huh..huh..emmhh.."

Aku mencoba mengatur napasku kembali. Sekilas aku melihat Athia yang menutup matanya dengan kedua tangannya, tak lama kemudian dia pergi berlari keluar kamar. Mungkin gadis itu tak tega atau bahkan takut melihat aku melahirkan.

"Come on sweetie. Come out." Gumam ku di sela-sela aku mengatur napas.

"Akh....!"

Aku menjerit dan berusaha mendorong bayi ku keluar dari dalam perut.

"Iya sayang. Terus. Dorong terus. Atur napas kamu. Tarik napas kamu dalam-dalam keluarkan dan dorong sekuatnya." Ucap mama Ardiya yang memijat punggungku.

"Sakit..mahh..ahh..!"

"Kamu bisa. Kamu kuat. Sakitnya pasti hilang kalau anak kamu lahir. Atur napas kamu dan dorong sekuat tenaga."

Aku mengikuti apa yang mama Ardiya ucapkan. Aku mencoba menarik napas dalam-dalam dan mendorong sekuat tenaga ku.

"Iya, terus mbak Qia. Lihat! Baby nya sudah kelihatan. Atur napas lagi dan ulangi."

Ucap dokter Syifa . Aku merunduk dan benar. Bagian kepala bayi ku mulai terlihat. Perasaan senang tak karuan menjalari tubuhku. Melihat sedikit bagian tubuh anakku saja sudah membuatku semangat. Aku ingin segera melihatnya secara utuh dan menggendong bayi ku.

I Choose You -  "QIA & RIO"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang