PART 6. Devina

15.7K 531 4
                                    

Hai teman teman, maaf sekali ga update. Lagi ga ada ide yang bagus untuk melanjutkan kisah mario dan devina ini wkwkwkwk. Lebih enak baca cerita dari nulisnya. Menuangkan ide dalam tulisan adalah hal paling sulit jika tidak dengan hasrat yang kuat (?) halah alesan aja aku mah ekwkwk.
Okay enjoy.
Give me some rate biar aku semangat lagi nulis mereka. Enjoy! :')

***
Aku melihat Mario sudah pulang dari mencari flat. Ia terlihat kelelahan ketika kulihatnya meneguk gelas di dapurku.

"Kau sudah pulang Rio?" Kataku sambil tersenyum menatapnya.

Ia menoleh kemudian matanya tajam menatap kearahku. Dan sialnya aku lupa jika kondisiku sedang dalam keadaan basah. Kenapa aku bodoh.

Matanya tajam menatap kearahku dari bawah keatas. Gerahamnya mengeras ketika ia matanya tertuju pada dadaku dan rambut basahku.

Sedetik kemudian ia menarikku, menempelkan pergelangan tangannya di pinggangku. Sedangkan tangan satunya menahan pipiku. Ia menempelkan bibirnya kepadaku, kemudian mengulumku keras. Aku mendengarnya mendesah.. Entahlah seperti desahanku atau desahannya. Pikiranku buyar dengan hasrat ini. Organ kewanitaanku mencengkeramku keras.
"Rio.." Desahku ketika sejenak aku mampu bernafas. Ia mengulumku lagi dengan menguatkan cengkeraman tangannya di pinggangku. Kali ini mulutnya mendorong agar mulutku terbuka. Aku meleleh. Aku tak bisa berfikir normal.

Sementara tangan kangan rio mulai menjalar ke bawah tubuhku dan menggerayangiku disana. Kecupan indahnya pun bergeser kebawah menuju rahangku, lalu menjalar ke leherku. Ia menghisapku keras dibagian pertemuan leher dan telingaku.
"Ahh.." Desahanku makin kuat ketika aku sadar punggungku sudah menempel pada kasur. Aku terbaring sementara Rio berada di atasku dengan masih mengecup lembut leherku dan dadaku.

"Kau sangat cantik Devina"
Ia kembali mencium bibirku dengan hasrat kuatnya. Sangat berhasrat. Tangannya meremas payudaraku kuat. Aku sudah tak tahan lagi ketika ia membuka buntelan handukku dan dengan tangannya yang keras meremas payudaraku. dengan sesekali mencubit putingku.

Aku semakin menjadi gila ku lingkarkan tanganku di lehernya sembari balik menciuminya.

Ketika ia kembali menurunkan kecupannya di dadaku, turun menuju payudaraku. Aku menjerit keras.

"So responsif" ujarnya sambil terus menyedot putingku dengan tangan yang satunya ia memainkan putingku lainnya. Ia memandangku dengan mengernyit senyum..

"Rio... Ku mohon" Aku memandangnya dengan badanku masih menggeliat. Jantungku berdetak kencang. Kemaluanku mendecit keras akan kebutuhan.

Ia menyeringai, "apa yang kau butuhkan?"

Tangan Rio mulai menjalar ke clitku dan lubangku. Mempermainanku disana berkali kali. Aku menggeliat penuh dengan kebutuhan. Aku gila akan tangannya..

"Ku mohonnn" desisku lagi.

Kali ini kurasakan satu tangannya masuk ke dalam lubang kemaluanku. Aku menjerit. sedang ia memandangku dengan senang.
"Apa yang kau inginkan? Katakan"

"Tanganmu Rio, lebih cepat.. Ku mohon"

Tangannya mulai bergerak maju mundur. Kali ini dengan dua jari.. Kemudian tiga. Aku gila hasrat. Berkali kali ia memainkan jarinya masuk dan keluar.

Ketika aku hendak mencapai puncak. Gemuruh hasratku ingin meledak. "Rio..rio" ia semakin mempercepat tangannya. Dan....

Aku menjerit karena nikmatnya pengeluaran. Aku mendesis pelan. Mengeluarkan ritme nafasku. Itu adalah orgasme pertamaku seumur hidup.

Rio kemudian menghisap tangannya bekas cairan orgasme ku. Kemudian memandangku dengan seringai terhebat yang ia berikan.

"Kau sangat responsif"

Aku tertawa, kemudian memukulnya. "Apa yang kau lakukan"

Ia memandangku lekat. Kemudian ada shock besar dimatanya yang tiba tiba membelalak. "Jangan bilang kau belum pernah melakukannya?"

Aku terdiam. Malu.. "It was my first"

Mario berdiri dari kasurku dengan mengelus rambutnya. "What the hell Dev" ia berjalan memandangi jendela.

"Maafkan aku harusnya aku bilang kepadamu" kataku lirih.

"Tidak. Ini bukan salahmu. Ini salahku" ia menoleh menatapku tajam dengan posisiku masih telanjang hanya tertutup handuk. "Apa yang aku lakukan terhadapmu? Bagaimana bisa kau masih virgin?"

Aku tertunduk malu. "Well.. It such a shame isn't? Memalukan bukan?"

"No" Mario mendekatiku dengan mengelus pipiku lembut. "You are a great woman. Aku yang harusnya merasa tersanjung karenamu"

Aku tersenyum manis kepadanya. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan itu?" Aku menunjuk kemaluan dibalik celana jeansnya yang mengetat.

Aku tertawa.
Mario kemudian bediri dan segera menuju kamarmandi. "Jangan ganggu aku selama 10menit" ucapnya sambil berteriak.

Aku terbahak keras. Well.. Not only me who has this high desire.

Fiancé to Lie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang