PART 14. Devina

6.7K 388 6
                                    

Happy reading💞

***

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Hari ini adalah tanggal 4 april ketika aku mendaratkan kakiku di bandara Soekarno-Hatta bersama Mario, tunangan palsuku.

Aku menggeret satu koper sedangkan Mario menggeret dua koper yang tak lain adalah punyaku. Punyanya hanya beberapa baju. "Kau tidak harus membawa seluruh bajumu" ucapnya kesal.

Aku terkekeh. "Kau tahu kan kita disini selama sebulan. Banyak acara yang harus kita datangi. Tidak mungkin aku memakai pakaian yang sama pada tiap acara berbeda"

Belum sempat ia protes akan jawabanku. Seseorang dari jauh memanggil namaku.

"Devina!" Suara kakakku dari kejauhan.

Ia menghampiriku bersama seorang wanita mungil nan cantik.

Well aku melihatnya kemudian kami berpelukan. "Kau tambah berisi saja kak"

"Kau semakin kurus. Kau seharusnya makan yang banyak" ucapnya tidak melepas pelukannya.

"Kenalkan kak ini Mario. Tunanganku" ucapku sambil menggandeng Mario kemudian mas Andrew dan Mario bersalaman.

"Dan ini adalah calon istriku. Anastasia" ucapnya. Aku langsung memeluk wanita mungil dan cantik yang mas Andrew bawa.

"Dia sangat cantik kak!"

"Apa ku bilang" kemudian kami terkekeh.

Mas Andrew membantu koper ku diangkat ke mobilnya. Kemudian aku duduk di belakang dengan Mario, sedang mas Andrew dan Anastasia duduk di depan kemudi.

"Mom dan Dad akan mengumumkan pertunangan ku dan anastasia besok ketika perayaan anniversary mereka" ucap mas Andrew tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Baguslah" ucapku.

"Mereka juga akan mengumumkan pertunanganmu" ia melirikku lewat kaca spion atas.

"What?! Kenapa jadi pertunanganku juga diumumkan? Kami.. Kam"

"Dev kau tahu sendirikan mom dad gimana?"

"Bahh apa apaan. Kami belum ada rencana ke pernikahan seperti kalian!" Teriakku kesal.

Audi milik mas Andrew melaju membelah kota Jakarta. Kota yang selama ini ingin aku hindari. Mengingat kembali memori di saat itu membuatku sakit. Mengumumkan pertunangan? Apa ayah dan ibuku sudah gila?

Semenjak aku tinggal di London ketika aku lulus SMA, aku tidak pernah cuti ke Indonesia lebih dari seminggu. Biasanya ketika aku pulang aku hanya menikmati liburanku dengan di rumah dan menghabiskannya dengan ayah ke tempat pemancingan, atau sekedar bermain tennis dengan mas Andrew. Aku tidak pernah bertemu dengan teman-teman SMA ku. Hanya Hanna dan Fina yang mengunjungiku di rumah dan selalu kesal karena aku tidak ingin diajak kemanapun.

Memori tentang kejadian itu sangat menggangguku. London adalah pelarian yang tepat karena aku tidak perlu pulang. Keluargaku hanya perlu mengunjungiku ke London dan semua masalah selesai.

***

Kami tiba di kediaman rumahku di Kemang dan sesaat sampai aku langsung mengkonfrontasinya kepada ayah dan ibuku.

"For Gods Shake kau baru saja tiba. Kenapa kau sudah marah-marah?" Ucap ayah menenangkanku.

Sedang ibu mempersilahkan Mario untuk duduk.

Fiancé to Lie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang