Fiancé to Lie [Completed]

PART 4. Devina

Aku membuka pintu studio yang letaknya beberapa blok dari tempat kerjaku. Mario menggeret 2 koper masuk ke dalam ruang tamu di studioku. Ia memandang takjup studioku.

"It's pretty big" desah Mario kagum sambil mengamati tiap ruang di studioku.

Studioku terdiri atas 4 ruang. Ruang tamu sekaligus tempat untuk bersantaiku yang memiliki sofa merah yang lumayan besar. Di depannya ruangan kamarku yang berukuran 4x4 meter berisi ranjang tempatku tidur dan beberapa koleksi buku ku. Ruang selanjutnya yaitu dapur yang berukuran 2x1 meter. Sedangkan kamarmandi berada di sebelahnya. Well lumayan besar untuk seukuran flat di London.

"You could rest on my bed. Aku akan tidur di sofa untuk malam ini" kataku sambil menggantung coat hitamku.

"Hell no. Aku yang tamu disini Dev. Lagian aku sudah terbiasa tidur di sofa"

"I insist you, Rio" kataku menatapnya. Ia menatapku balik dengan tajam tak mau kalah. Wajahnya masih terlihat bingung.

"So do I" tekannya.
Memikirkan Mario tidur di bedku akan sangat mengganggu. Apalagi jika aku menghirup aromanya setiap hari. Akan jadi bencana.

"Jadi, tidakkah pacarmu marah jika aku tinggal disini?" Kata Mario memecah keheningan. Aku tahu sejak di cafe tadi dia memandangi jemariku, sama ketika aku memandangi jemarinya. Memastikan dia belum menikah. Jika aku tahu dia sudah menikah.. Well you could kill me.

"I'm not a cheater type" aku memutar mataku. "Kalo aku punya pacar sudah kusuruh kau menginap di flatnya"

"That's good" ia tersenyum merekah. Apa yang sedang ia fikirkan. Devina yang sudah berumur 25 tapi belum juga punya pacar? Hfff.

"What are you thinking?" Tanyaku kesal.

"No, I am guessing what kind of man in London which not interested in you" ia menatapku tajam. Jantungku seolah melonjak. Pipiku tersipu merah. Sial Mario.

"So what about you?"

"I am not interested in relationship. Single is awesome. You can do whatever you want tanpa ada yang melarang" ucapnya masih dengan tajam dengan senyum dibibirnya.