PART 13. Mario

7.2K 405 2
                                    

Lanjut nih langsungan part selanjutnya!!
Warning sekali lagi untuk adek adek dibawah umur jangan bandel 😼😼

****

Besok adalah hari aku akan kembali ke Indonesia untuk menemui keluarga Devina. Entah kenapa kembali ke tanah air terasa berbeda. Tiga bulan yang lalu aku berpisah dengan ibuku, dan kali ini aku kembali ke Jakarta dengan menjadi tunangan palsu seseorang.

"Ceritakan bagaimana keluargamu" tanyaku ketika kami menyiapkan baju-baju kami untuk pulang.

"Well aku sejak kecil tinggal bersama kedua orang tuaku. Aku memiliki seorang kakak bernama Andrew. Ayahku seorang yang keras, ia menjadi panutanku dan mas Andrew sejak kami kecil. Mengajariku untuk jadi wanita dewasa yang mandiri dan tidak bergantung pada lelaki"

Aku mendengarkannya bercerita.
"Sedangkan ibuku sendiri seorang dokter. Namun sejak ia melahirkanku ia merelakan karirnya untuk merawatku dan mas Andrew"

"Bisnis ayahku sangat sukses. Sejak mas Andrew lulus ia langsung diminta magang di tempat ayah. Langsung menduduki wakil direktur. Sementara ketika aku diminta untuk menjadi kepala divisi aku langsung menolaknya. Aku ingin sesuatu yang baru. Aku suka berpetualang" katanya. Aku memandanginya takjub. Devina yang dulu waktu SMA sangat polos, ternyata ia bukan seorang yang manja.

"Ibuku menangis ketika aku pertama meninggalkannya. Ia bilang seharusnya aku berada di sisinya karna aku seorang wanita" ia menghela nafas kemudian melanjutkan. "Tapi aku masih ingin mimpi-mimpiku terwujud. Aku masih ingin berkelana.."

"Dan ketika mereka menjodohkanmu kau menolaknya?"

"Ya. Aku benci ketika aku harus mengenal seseorang yang bahkan aku tidak tahu" Devina menatapku. Memberikan simpul manis senyum di bibirnya.

Aku meraih lehernya kemudian mengecupnya. Fakta bahwa ia dahulu akan dijodohkan menggangguku. Aku tidak menyukainya.

Ia terkekeh ketika aku melepas ciumanku. "Aneh sekali kan? Dahulu kita tak pernah menyangka bahwa beberapa tahun dari masa SMA kau akan menciumku seperti ini"

"Apa?"

"Aku dulu sempat naksir kepadamu" ia tertunduk malu.

"Kau?"

"Iya kau adalah impian beberapa gadis SMA saat itu Rio. Kau tampan dan juga pintar."

"Lalu sekarang? Apakah kau masih naksir terhadapku?" Tanyaku tajam. Aku sungguh penasaran dengan apa yang Devina rasakan saat ini. Dia pengagumku dahulu kala. Pasti sekarang dia juga merasakan yang sama kan.

Devina tertawa. "On your dreams!" Ia memukulku dengan bantal.

"Hey!" Aku meneriakinya.

"Bagaimana denganmu? Ceritakan tentang keluargamu." Tanya nya kali ini.

"Aku tidak ingin membicarakannya" tolakku. Lalu aku berdiri dan kembali membereskan barang-barangku.

"Kau bisa cerita apapun kepadaku" ucapnya kemudian. Membuatku berhenti bergerak. Ia memelukku dari belakang.

"Aku tahu cerita tentangmu ketika SMA" seketika tubuhku menegang. Seberapa banyak yang ia tahu tentang masa laluku. Aku sungguh tidak ingin mendapat belas kasihan dari wanita ini.

"Kau sangat beruntung memiliki ayah ibu dan kakakmu yang menyayangimu" ujarku.

Devina mempererat pelukannya. Menyandarkan kepalanya di punggungku. "Apakah kau pernah bertemu ayahmu?" Ucapnya pelan.

Satu kalimat yang sangat aku hindari selama ini. Tubuhku kembali menegang. Entah kenapa ketika konteks pembicaraan ini muncul aku membencinya. "Tidak" jawabku.

Aku membalikkan badanku dan menatapnya. Ia sangat terkejut melihat tatapanku. Tatapan geram dan gelap yang aku pendam karena mendengar kata 'ayah'.

Devina mengelus punggung lengangku kemudian memeluk leherku. Aku melingkarkan lenganku di pinggangnya kemudian memeluknya erat. Ia mengecup leherku yang langsung membuatku mengeras..

"Kau tidak harus menyimpannya sendiri. You always have me" ucap Devina tepat di tengkukku.

Aku mendorong Devina keras di kasurnya. Menciumnya dengan kasar. Melucuti semua bajunya. Yang ingin aku lakukan hanyalah membenamkan kemaluanku ke dalamnya. Membenamkan diriku padanya sehingga aku dapat melupakan pikiran-pikiran sakit yang menggangguku. Tubuh Devina adalah candu, dan aku sangat membutuhkannya sekarang.

Aku membalikkan tubuhnya, memasukkan kemaluanku yang sudah mengeras kepadanya. Ku pompa ia dari belakang.

Aku benci melihatnya seperti ini. Aku tidak suka melihatnya mengasihaniku. Wajah Devina menghadap kasur. Desahan kenikmatan keluar dari mulutnya yang semakin membuatku ingin mempercepat ritmeku.

Ku bisikkan tepat di telinganya. Menahan gertakan gigiku karena luapan amarah. "Aku. benci. dikasihani"

Keras. Keras. Keras dan cepat hingga aku mampu melupakan dunia.

***
Siapa team Devina?
Siapa team Mario? Wkwkwkwkw
Masih banyak part nya! Mungkin sampai 30 atau 40 part.
Tulis pendapat kalian tentang kisah ini. Aku tunggu yaaa 👻
Jangan lupa vote nya juga. Kalo bisa 40 vote langsung aku publish hari ini juga 😌 (ngancem yang tdk berfaedah wkwk)
Selamat membaca.

Fiancé to Lie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang