PART 2. Mario

16K 526 4
                                    

Deru lampu kota London dan lalu lintas melintas di depan mataku. Baru saja 14 jam yang lalu aku sampai di London dan langsung saja aku tertipu oleh agen perumahan yang aku pesan.

"I already booked this flat via findingflat.com, sir" tegasku pada pemilik agen perumahan.

"No, those flat was never exist. We don't have a flat with those size" tangkas pemilik agen.

"What?" Aku tidak percaya dengan apa yang baru pemilik agen itu katakan. "So where did all the money that I transfered. It half a million dollars!!"

"I'm sorry, sir. But this mistake was not our fault" jelas lelaki pemilik flat dengan wajah kasihan kepadaku. "But if you have any dollars, you could stay here in days. I could help you"

Aku menatap dinding kamar pemilik rumah tadi. Beruntung bapak tua yang umurnya sekitar 55tahun, aku rasa.. masih mau menyewa salah satu kamar untuk aku menginap sementara. Pertama kali datang ke London dan aku sudah ditipu oleh agen bohongan. Hahaha. Tidak akan lagi aku memesan flat via internet. Bodoh sekali pikiranku.. Uang 20 juta lenyap dalam waktu semalam.

Ku pikir ketika aku sampai disini akan mendapatkan ketenangan yang indah karna aku jauh dari rumah, karna pekerjaan disini lebih menghasilkan uang lebih dari pada di Indonesia. But now.. It was never better. Aku menghela nafas panjang dan merebahkan tubuhku di kasur yang lumayan empuk. Beruntung aku tidak jadi gelandangan karena tidak ada tempat untuk berteduh. Sudah pukul 3 malam London, mana mungkin aku bisa tidur. Aku memutar otak untuk langkah selanjutnya.

Sambil membuka smartphone dan melihat kontak whatsapp ku. Tidak mungkin aku menghubungi Jeremy karena ia sedang pulang ke Indonesia. Tapi aku tidak punya siapa pun yang aku kenal lagi disini. Kecuali..

"Hallo" suara wanita diujung sana memecah keheningan kamarku.

"Hallo Dev"

"Rio?" Jawab Devina dengan heran.

Aku tersenyum karena dia masih mengingat suaraku.

"What are you doing with UK number?" Dia terdengar kaget.

"I am in London. Surprise"

"What?!" Aku mendengar ia tercengang karena jawabanku.

Aku terkekeh pelan. "Apakah aku membangunkanmu?"

"No, I am on duty. Aku lembur menyelesaikan proyek kerjaku." Aku mendengar suara seperti ia berpindah tempat. "Are you alright? I mean apakabarmu? We could have a meet up!"

"I have a some trouble. I don't know who I should ask for help" kataku pelan.

"Okay. So where are you? Dimana kamu menginap? Dengan siapa? Are you alright?" Katanya gusar. Seperti ia bangun dari posisi tidurnya.

Aku menghela nafas panjang, sambil memandangi koper koper bawaanku yang aku letakkan di samping tempat tidur. "For today I could handle, but could you please help me?"

Lalu dengan sendirinya aku menceritakan tentang pekerjaanku, lalu memesan agen dan tertipu. Aku tahu ini terdengar konyol. Aku tidak pernah meminta bantuan pada siapapun. Apalagi Devina.. Teman SMA ku dulu. Devina dengan pipi tembem nya dan kulit hitamnya. Aku masih ingat membayangkan wanita paling tledor di kelas dulu. Wanita yang selalu jadi candaan teman-teman tapi membuat suasana kelas terasa nyaman dan hangat.

Aku mendengar suaranya tersenyum lebar. Kemudian hening. "Meet me at Starback caffe behind your building. Setelah aku pulang kerja"

Entah kenapa setelah mendengar suara Devina, hatiku jadi tenang. Aku menutup telefon, kemudian terlelap..

Fiancé to Lie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang