Sudah 2 hari semenjak aku menginap di studio Devina. Gadis itu terus memaksaku untuk tinggal disana. Mungkin minggu depan aku akan mencari flat yang cocok. Sementara aku tinggal dengannya beberapa hari.
But hell, adik kecil di bawah perutku selalu kegirangan ketika Devina berada di dekatku. Ia sangat tidak bisa diajak kompromi. Mencium aroma tubuhnya saja sudah membuat ototku menegang. Sialan. Wajah manisnya, bibir tipisnya, lesung di pipinya, rambutnya beraroma vanila, tubuh indahnya. Aku selalu menebak apa di balik timbunan sweeter tebal itu. Apakah pas dengan genggamanku, apakah sehalus sutera. PIKIRAN MACAM APA INIII. Aku harus segera mencari tempat baru sebelum aku akan bertindak hal yang bodoh seperti menggiring Devina di sofa merahnya. Atau menempelkannya di tembok putihnya dan menghantamnya berkali-kali dengan kemaluanku yang keras.
Sial. Memikirkannya saja membuatku langsung menegang.
Ketika itu juga panggilan telepon datang. Nama gadis itu muncul.."Hallo Rio, where are you?"
"Hey aku lagi di daerah district sebelah kantor baruku"
"Kau tahu jalan? Aku akan menyusulmu jika perlu"
"Kau kan akan bekerja sore ini. Sepertinya aku bisa mengatasi ini sendiri"
"Baiklah. Berhati-hati lah" jawabnya tenang. Lalu dia menutup teleponnya.
Mendengar suaranya yang merdu membuat hasrat di tubuhku menjadi. Aku harus mencari pelampiasan atau aku tidak mampu menahannya.
Aku mengumpat diriku sendiri sambil melangkahkan kakiku menuju flat Devina. Dua hari lagi aku akan bekerja jadi tidak akan mungkin aku memiliki waktu luang untuk mencari flat yang cocok. Gadis itu memaksa untuk menemaniku mencari flat. Tidak aku sudah banyak merepotkannya. Dan adik kecil dibawah perutku akan kegirangan jika aku selalu di dekatnya.
Seharian mencari flat namun tidak ada yang cocok dengan harga kantongku. Aku memasuki studio Devina dan langsung menuju dapur untuk meminum air mineral menyegarkan pikiranku.
"Kau sudah pulang Rio?"
Aku menoleh ke belakang dan sedetik kemudian aku beserta adik kecilku terkaget dengan apa yang kami lihat. Devina dengan rambut basahnya, memakai hanya sehelai handuk putih melekat di tubuhnya. Tetesan air masih menempel di kulit indahnya. Semerbak harum wangi sabun menghinggap di penciumanku. Otot dibawah perutku langsung menegang.Devina berada 1 meter di belakangku, dimana aku berdiri di depan kulkas.
Aku melihat bibir merah tipisnya dan tengkuk indahnya. Sedetik kemudian aku sudah meraih tubuhnya dan menempelkan bibirku padanya. Manis, wangi.. Aku menyukai rasa itu. Aku mengulumnya pelan, kemudian keras. Aku mendengar ia mendesah karenaku. Membuat adik di bawah perutku semakin menengang."Rio.." Desahnya.
Pikiranku buta karena hasrat ini. Aku masih menciumi bibirnya, memaksanya untuk membuka. Dengan tanganku mulai menjalari tubuh indahnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé to Lie [Completed]
Ficção GeralWarning!!! 18+ [CERITA DI PRIVATE. FOLLOW DAHULU KALAU MAU BACA FULL PART] Desakan menikah dari orangtua, membuat Devina kebingungan mencari calon suami. Tanpa sengaja keceplosan sudah mendapatkan calon, membuatnya kebingungan setengah mati. Dis...