PART 9. Mario

8.1K 452 1
                                    

Ga menyangka kalau secepat ini yang ngasih vote hehehe. Terimakasih semua.

Untuk part ini aku minta 30 vote. Maap sekali kalo ceritanya masih pendek.
Ku harap kalian menikmatinya. Terimakasih 💞💞

***

Setelah adegan terindah tadi malam. Hari ini aku bekerja dengan memikirkan wanita itu. Aku tidak pernah segila ini dengan meniduri gadis perawan. Tidak pernah sehina ini berani menyentuh mereka. Tapi dengan Devina entah kenapa aku selalu dibuat kepayang. Addictive. Dia wanita yang berbeda. Tidur dengan memeluknya terasa berbeda, terasa nyaman. Baru kali ini aku tidur dengan pulas dengan seorang wanita.

Hari pertama mengantor dan pagi ini aku malah memikirkan wanita itu. Lucu sekali..

Aku harus mengalihkan perhatianku dengan bekerja penuh hari ini. Ku buang pikiran akan wanita itu. Kau hanya dimintanya menjadi tunangan palsunya. Jangan berharap lebih Mario.

Ketika sore menjelang, aku bersiap pulang dari kantor untuk bertemu dengan Jeremy. Tadi malam ia mengabariku bahwa ia sudah kembali ke London. Dan aku sebagai teman lamanya harus melapor kondisiku padanya. Yah semacam bromance. Walaupun sebenarnya malam ini aku hanya ingin memeluk Devina. Ah aku rindu kepadanya.. Wait? Rindu?

Aku membuang pikiran kotorku. Mungkin karena tubuhku saja yang kecanduan dengannya. Mana mungkin ketika sekali berhubungan badan langsung membuatku rindu kepadanya. Tapi apa yang dia lakukan? Apa ia akan menungguku?

Entah kenapa ada rasa ingin melapor padanya. Bukan. Kami tidak seperti pacaran. Hanya saja aku kan tinggal di apartemennya. Aku harus bilang padanya jika aku akan pulang terlambat. Ya karna itu.

I will late to come home. Don't wait me babe

Ku pencet send.

Beberapa detik kemudian ia langsung membalas chatku.

Babe? On your dreams! Ok be safe

Aku terkekeh melihat balesannya. Dasar wanita ini.

***

Aku menyeruput kopiku di cafe yang letaknya cukup dekat dengan kantorku. Jeremy sengaja memilihkannya karena ia tahu aku akan tersesat jika kita bertemu di tempat yang jauh. Sial anak ini.

"Jadi kau tinggal dengan teman SMA mu ini?"

"Yup. Aku tinggal dengannya sampai bulan April. Sementara aku juga menunggu rental flat kosong dari kantor"

Dua hari yang lalu aku ditawari oleh kantor flat dinas yang diberikan gratis oleh perusahaan. Tapi karena masih banyak kontrak yang menyewa flat tersebut akhirnya aku harus menunggu beberapa bulan. Tak hanya itu, Devina juga memaksa untuk tinggal di apartemennya. Dia takut jikalau ada mata-mata yang dilakukan keluarganya untuk menyelidiki hubungan kami. Well berlebihan memang.

Jeremy menganggung mendengar ceritaku.

Jeremy merupakan teman kuliahku. Kami bertemu ketika kami sama sama menghadiri mata kuliah yang sama di semester 2. Ketika itu aku belum memiliki banyak teman. Berkat Jeremy jugalah aku sekarang menjadi playboy terkelas seperti sekarang. Ia yang mengenalkanku pada gadis gadis cantik dan mengajak mereka berkencan, atau sekedar mengajak mereka tidur. Kalau dibilang siapa yang paling brengsek, dialah master of brengsek. Aku hanyalah anak buahnya yang mengikuti jejak sang master.

"Apakah dia cantik? Kau bisa mengenalkannya padaku" ia tertawa. Aku tahu maksud dibaliknya.

"Tidak akan. Dia berbeda." kataku geram.

"Hmm menarik. Apa kau sudah tidur dengannya?" Tanyanya menyelidik.

"Tidak hanya menidurinya. Aku juga mencuri keperawanannya" kataku sambil mengisap kopiku. Entah kenapa aku tidak suka ketika Jeremy bertanya lebih lanjut tentang Devina. Bukan karena sekarang aku dan Devina tidur bersama, tapi karena aku ingin menjauhkan Devina dari bajingan tengik ini.

"Dan bagaimana rasanya? Apakah nikmat? Kau bisa meminjamkannya padaku" Katanya tersenyum. Aku langsung menatapnya tajam. Ku redam emosiku agar aku tidak memukulnya. Meminjamkannya? Huh.

Melihat gelagatku, Jeremy terpingkal. Aku tahu dia hanya bercanda, tapi tidak seperti ini. "Easy bro" ia tertawa lagi.
"Baru kali ini aku melihatmu sepanik ini dengan perempuan"

Apakah benar aku terlihat panik?

"Aku tidak akan menyentuhnya." Jeremy menepuk punggungku. Entah kenapa mendengarnya aku terlihat lega.

"Huh" aku mendesah kecut. Sialan Jeremy ini..

"Kau bisa tinggal di apartemenku jika kau mau" ia berucap.

"Tidak. Sebenarnya aku sudah mengadadakan perjanjian dengan Devina"

"Perjanjian?"

"Aku akan menjadi tunangan palsunya"

"What? Are you kidding me?" Jeremy hampir tersedak ketika ku ceritakan hal yang sebenarnya. Mulai dari awal bertemu hingga perjanjian kami. Bahkan ketertarikan sensualku apda Devina..

"Aku tahu bro kalau kau sangat menginginkannya. Tapi tidakkah kau memikirkan perasaannya jika kau lakukan 'itu' terus menerus? Bagaimana jika ia jatuh cinta kepadamu?"

Tunggu tunggu. Tidak salah dengarkanh aku ini. Seorang Jeremy membela perempuan, pasti ada yang salah dengan orang ini. "Percaya padaku. Ketika rasa itu muncul itu akan menjadi mimpi buruk untuk kalian berdua. Aku tidak ingin melihatmu hilang kendali" ujarnya lagi.

"Well kurasa kami saling menguntungkan satu sama lain. Ia membutuhkanku dan aku membutuhkan tubuhnya. Setelah hal ini selesai aku akan bebas dan kita sama-sama akan melupakan kejadian ini pernah terjadi" kataku mantab.

Berbicara mengenai tubuhnya saja sudah membuatku merindukan tubuh itu.

" i know.. But the more you want her, the more you don't want to release her" Ia mengatakannya dengan keyakinan penuh. "Aku hanya mengingatkanmu. Jangan sampai kau jatuh cinta kepadanya"

"Aku jatuh cinta? Tidak akan!" Tandasku keras. Seorang Mario tidak akan jatuh cinta dengan wanita manapun. Benar jika aku mencintai ibuku, tapi karena aku menghormatinya sebagai ibu. Aku tidak pernah jatuh dengan wanita manapun. Yang ada wanita yang jatuh dan berlutut dihadapanku.

"Well, let's see" ucap Jeremy yakin.

***
Terimakasih apresiasinya. Part selanjutnya aku publish kalo vote sudah mencapai 30⭐️
Xoxo 💞💞

Fiancé to Lie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang