Dunia seakan mau runtuh sore itu. Langit siang yang tadinya biru dengan awan -awan putih menghiasinya seperti ditelan kegelapan. Semua berubah menjadi hitam pekat, menyembunyikan sinar matahari.
Angin mulai berhembus kencang, menggetarkan dahan - dahan pepohonan di kiri dan kanan sebuah jalan setapak.Jalan belum beraspal, jalan yang hanya ditutupi dengan pasir dan bebatuan. Nampak debu - debu mulai beterbangan, menari - nari menutupi pemandangan sepanjang jalan itu.
Dari balik debu - debu itu tampak sesosok bayangan pemuda berjalan dengan langkah perlahan. Pemuda itu memakai baju lengan pendek kotak - kotak yang sudah terkeluar dari celana hitamnya. Sepatu hitamnya yang mengilap telah ditutupi debu sepanjang jalan.
Di tangan kanannya sebuah tas berwarna hitam tergenggam erat. Tangan kirinya menutupi hidung dan mulutnya dari debu - debu jalan. Debu - debu jalan itu berterbangan menutupi baju dan rambut hitamnya. Nampak sebuah tulisan kecil di dada kiri pemuda ITU, "ARMANSYAH". Itulah nama pemuda yang biasa dipanggil Arman itu.
"Hari ini benar - benar menyebalkan..."
Pemuda itu mengumpat seorang diri sambil terus berjalan.Detik berikutnya nampak sebuah butiran air membasahi kepala Arman.
Lalu Arman memandang ke langit, nampak ribuan butir air lainnya berlomba jatuh membasahi dirinya.
"Dreeeeessssssss"
Air begitu banyak tumpah ruah dari langit, semua yang berada dibawahnya tanpa terkecuali basah diterjangnya."Duaaaarrrr ... Duarrrr ... Deeeeerrrr ... "
Kilat menyambar bersahutan di angkasa, memecah bunyi hujan yang terus bertambah lebat.Jalanan yang tadinya berdebu, sekarang mulai tergenang air dibeberapa tempat. Pasir kering berubah menjadi lengket, membuat sepatu Arman makin kotor di semua bagian.
Arman bukannya menggunakan tas ditangannya menutupi kepalanya, dia cuma diam sesaat.
"AAAAAAAAAAAA ...."
Arman tiba - tiba berteriak sangat nyaring. Namun, suaranya habis ditelan bunyi derasnya hujan dan kilat yang menyambar.Arman melanjutkan perjalannya, dia terus maju menuju desanya. Dibiarkannya air hujan membasuh tubuhnya dari kepala hingga kaki. Hawa dingin yang menyerang semua tak terasa karena panasnya hati Arman.
Setelah berjalan beberapa saat, dia mulai memasuki desanya. Dia lalu berjalan, berbelok dibeberapa tikungan. Arman telah hafal betul jalan di desanya ini. Desa Rawa Senang, tempat dia dilahirkan dan tumbuh dewasa. Tempat dia bertemu pertama kali dengan Ratih istrinya. Tempat dia berusaha berjuang mewujudkan mimpinya...
Setelah berjalan beberapa lamanya dalam guyuran hujan akhirnya Arman tiba disebuah rumah.
Halaman rumah itu lumayan luas, di tumbuhi beberapa pohon mangga dan bunga - bunga bermekaran. Pagarnya terbuat dari kayu yang sudah mulai lapuk. Cat kuning muda pagar itu telah hilang dibeberapa tempat. Bahkan beberapa anak pagarnya ada yang terlepas dari tiangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuyul ( COMPLETED )
HorrorBuat kalian yang suka cerita horror (murni horror), gak pake embel - embel 18+ atau 21+... Baca aja siapa tau anda suka, jangan lupa bintangnya !!! Bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah bosan menjadi miskin tak punya apa - apa. Sayangnya...