Siang pun berganti sore, dan akhirnya sore pun berganti malam.
Matahari mulai bersemayam meninggalkan sinar warna kuning keemasan di ufuk Barat. Burung - burung mulai berterbangan kembali ke sarang mereka menghiasi langit senja itu.Lambat laun sinar keemasan itu pun meredup di telan gelapnya sang malam. Angin malam mulai berhembus pelan membuat pohon - pohon menari bergoyang bersamaan. Membuat irama merdu dengan gesekan batang dan dedaunannya.
Nampak bulan purnama bersinar sangat terang malam itu. Ditemani bintang - bintang bertaburan menghiasi langit malam desa Rawa Senang yang cerah.
Sebuah rumah yang baru direnovasi nampak berdiri gagah diantara rumah lainnya di tengah desa Rawa Senang.
Pagar rumah yang dulunya lapuk, telah diganti menjadi baru. Dari kayu dengan cat putih di ubah menjadi besi dengan cat berwarna hitam dengan garis kuning keemasan.
Pepohonan dihalaman tumbuh dengan rapi, terawat dan subur. Mereka menjadi saksi bisu, penghuni rumah yang telah termakan keserakahan dunia.
Dalam sebuah ruang makan di rumah tersebut, terdapat lampu berderet rapi di sepanjang dinding ruangan. Lampu - lampu berbentuk bulat, sengaja dibuat agak redup remang - remang membawa nuansa ruangan menjadi agak kuno dan klasik.
"Teng... teng... teng... teng... teng... teng... teng... teng..."
Sebuah jam besar berdentang pelan berirama delapan kali menandakan waktu jam 8 malam. Badan jam yang setinggi manusia terbuat dari kayu jati pilihan. Kaca bagian depan yang bening memamerkan bandul besar yang bergerak pelan teratur ke kiri dan ke kanan. Belum lagi angka dan anak jarum seakan terbuat dari emas bertaburan banyak batu permata. Atap jam berbentuk seperti atap rumah berwarna coklat berkilauan dalam keremangan ruangan tersebut.
Tampak pula lukisan sepasang suami istri mengenakan baju mewah berwarna merah berukuran besar tergantung menghiasi dinding ruangan makan tersebut. Seorang anak kecil lucu tak berambut tersenyum manis dalam pangkuan mereka. Latar belakang lukisan dibuat warna gelap kecoklatan, semakin menonjolkan karakter tiap orang dalam lukisan tersebut. Bingkai berwarna kuning keemasan sengaja dipesan khusus, membuat lukisan tersebut sangat anggun dipandang mata.
Dibawahnya terdapat lemari kaca berisi banyak piring, gelas dan peralatan makan lainnya.
Gorden ruangan di buat dari kain beludru, berwarna hijau tua dengan renda putih menghiasi tiap jendela ruangan yang tertutup rapat.
Karpet besar berwarna merah darah membentang megah dari pintu hingga ujung ruangan.
Di tengah karpet, tepat menghadap lukisan, terdapat satu set meja makan agak panjang lengkap dengan sepuluh kursinya.
Satu set meja makan klasik terbuat dari kayu jati pilihan dan ukiran khusus bergaya Jawa kuno sangat indah, memanjakan siapapun yang bersantap di atasnya.
Di atas meja tersusun rapi piring porselin berwarna putih tertelungkup, lengkap dengan sendok dan garpu mengkilap di kanan kirinya.
Mangkuk kecil beraneka ukuran tersusun agak ke depan piring, dan serbet putih bergambar bunga mawar merah menjadi alasnya.
Agak ketengah meja ada lima lampu lilin menyala, di atas tempat lilin dari perak yang berkilauan diterpa nyala api dari lilin. Di sekitarnya nampak lilin kecil beraneka ukuran, membuat suasana sangat romantis.
Beberapa gelas dan cangkir tersusun rapi mengkilap menunggu setiap tuan yang akan bersantap malam.
Nampak seorang laki - laki duduk di kursi paling besar dan mewah pada sisi lebar meja langsung menghadap lukisan dirinya di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuyul ( COMPLETED )
HorrorBuat kalian yang suka cerita horror (murni horror), gak pake embel - embel 18+ atau 21+... Baca aja siapa tau anda suka, jangan lupa bintangnya !!! Bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah bosan menjadi miskin tak punya apa - apa. Sayangnya...