Dedi dan Joko, dua warga desa Rawa Senang bersama menggendong pemuda berbaju putih yang mereka temukan hanyut di sungai.
Tubuh pemuda ini terasa panas padahal telah terendam di air sungai yang dingin. Nafas pemuda itu hampir tidak terdengar, detak jantungnya sangat lemah. Tubuhnya lemas tak bertenaga. Hanya semangat yang membuat pemuda ini bisa bertahan hidup.
Setiba di jalan desa...
"Tolong, tolong, tolong kami...."
Joko dan Dedi meminta bantuan warga yang kebetulan lewat."Ada orang hanyut, cepat bantu kami membawa pemuda ini ke balai desa. Lapor pada Pak Kades Ridwan segera"
Dedi menyuruh seorang warga melapor lebih dahulu ke balai desa.Warga desa lain yang melihat kejadian tersebut bergotong royong membantu tanpa diperintah. Mereka sejenak meninggalkan pekerjaan mereka membantu Joko dan Dedi.
Tak berapa lama kemudian mereka tiba di balai desa.
Sebuah bangunan tua, lumayan luas dengan dinding dari beton yang sudah agak retak di beberapa bagian. Cat hijau yang telah pudar dan lumut dibagikan bawah bangunan, menggambarkan bangunan ini lama tidak direnovasi.
Atapnya dari multiroof merah masih terjaga dengan rapi, sehingga walau tua, saat hujan datang bangunan ini belum bocor.
Jika ada masalah atau rapat besar desa, mereka akan menggunakan balai desa sebagai tempat berkumpul warga.
Balai desa ini terletak di samping kantor desa. Kantor tempat Pak Kades dan pengurus desa menjalankan tugas sehari - hari mereka.
Kedua bangunan ini berada dalam satu pagar berdampingan. Halaman depan yang luas, di tumbuhi banyak tanaman, sehingga teduh dan membuat udara menjadi segar.
Nampak Pak Kades yang telah mendengar berita, sudah menunggu bersama beberapa pengurus desa.
Mereka lalu membawa pemuda itu masuk ke balai desa. Menyenderkannya pada bangku tua, di bagian dalam balai desa.
"Dimana kalian menemukan pemuda ini?" Pak Kades Ridwan bertanya pada warga yang membawa pemuda tersebut.
"Anu pak, ... Heh huh heh... saya dan Joko menemukan pemuda ini di..."
"Di sungai tempat kami... Heh... biasa mancing pa..."
Dedi dan Joko coba menjelaskan dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
Pak Kades Ridwan lalu memperhatikan pemuda yang kini terbaring tak sadarkan diri di kursi balai desa.
Nampak ada luka di bagian kepala pemuda itu. Lalu di bagian dadanya juga nampak bercak darah.
Baju putih dan celana jeans yang dikenakannya sobek di beberapa bagian. Banyak sekali luka lebam dan goresan di badan pemuda ini."Apa ada indentitas pemuda ini???"
Pak Kades Ridwan lalu memeriksa kantong celana jeans yang dikenakan pemuda itu.Kosong...
Tidak ada HP tidak ada dompet."Mungkin identitas pemuda ini hanyut dibawa air sungai pak" Dedi kembali menjawab setelah nafasnya sudah kembali teratur.
Nampak Joko dan Dedi duduk di lantai balai kota, sambil minum dua gelas air putih yang dibawakan buat mereka. Warga lain berkerumun menyaksikan peristiwa tersebut.
"Bagaimana selanjutnya pak???" nampak pemuda lain berbaju dinas mendekati Pak Ridwan.
"Dilihat dari kondisi yang parah seperti ini, tidak mungkin kita mengantarnya ke dokter di kota" pak Ridwan lalu diam sejenak.
"Coba Andi, kau panggil ibu. Mungkin ibu dapat membantu"
"Baik pak"
Pemuda yang dipanggil Andi itu langsung pergi keluar memanggil istri Pak Ridwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuyul ( COMPLETED )
HorrorBuat kalian yang suka cerita horror (murni horror), gak pake embel - embel 18+ atau 21+... Baca aja siapa tau anda suka, jangan lupa bintangnya !!! Bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah bosan menjadi miskin tak punya apa - apa. Sayangnya...