Semua Tak Terduga

1.6K 69 10
                                    

"Heh... Heh..." aku masih mendengar suara nafasku sendiri di telingaku.

Padahal aku sudah sebisa mungkin mengatur nafasku, tetapi peristiwa yang ku saksikan membuat nafasku kian memburu. Jantungku berdegup semakin kencang, keringat bagai bulir jagung berjatuhan dari mukaku. Oh tidak tanganku sangat dingin, lebih dingin dari biasanya. Tubuhku bergetar hebat karena rasa takut yang kuhadapi. Tetapi aku harus tetap fokus, aku harus mengatur nafasku mengumpulkan keberanianku.

Aku masih merangkak bersembunyi dalam ruang arsip bersama Pak Ridwan. Kami menyaksikan Putih mengajak Mas Dedi dan Joko  menyelinap ke belakang tuyul yang asik bermain di pinggir baskom. Aku sempat melirik raut muka Pak Ridwan tidak kalah pucat dan tegang denganku.

Awalnya semua berjalan lancar, hingga akhirnya...

"Bruakkkk..."
Nafasku hampir berhenti saat ku lihat Mas Joko tanpa sengaja menendang kursi kosong di belakang badannya.

Celaka
Hanya itu yang terbersit pertama kali dipikiranku, aku langsung berdiri memegang daun pintu ruang arsip.

Beberapa waktu kemudian terlihat Putih dan Joko bergulat hebat dengan sesosok mahluk yang berhasil mereka masukan ke dalam karung beras.

"Mas Joko talinya... Mas Joko"
Putih berteriak ke arah Joko sambil tetap memegangi mahluk yang sangat kuat dalam karung tersebut bersama Dedi.

Astaga, apa yang dilakukan Joko. Dia... Dia... terlalu takut dan tidak mampu bergerak.

"Mas Joko cepat..."

"Kreeeeekkk... Kreeek...."
Mahluk mengerikan itu merobek karung yang membungkusnya. Kepalanya menyeruak, lalu dengan sangat cepat badannya keluar dari karung, sempat menyeret Putih dan Dedi, membuat keduanya jatuh di lantai ruangan.

Lalu tuyul itu berlari dengan langkah kaki sangat cepat, memamerkan gigi dan kukunya yang runcing ke arah Joko.

Tidak... Bahaya... Apa yang mesti ku lakukan?

"Tidak... Mas Joko awas... menghindar Mas..."
"JOKO LARI... JOKO..."
Sempat ku dengar Putih dan Dedi berteriak.

Tanpa berpikir panjang aku langsung menyambar potongan bambu sisa membuat kurungan di lantai ruang arsip.

Entah dapat kekuatan dari mana, aku berlari keluar ruang arsip.

"Bruakkkk..." pintu ruang arsip berbenturan dengan dinding ruangan saat aku mendorongnya sekuat tenaga.

Rasa takut menyeruak memenuhi seluruh tubuhku yang bergetar hebat. Terlihat sangat jelas bagaimana tuyul gundul itu sangat marah, matanya melotot sangat besar, mulutnya menganga sangat lebar. Aku bahkan bisa melihat giginya yang hitam tersusun rapi di dalam mulutnya.

Namun aku yang ketakutan justru berlari ke arah tuyul yang ingin menerjang Joko.

"Aaaaaaaaa..... Aaaaaaaaa..."
Tuyul itu meloncat ingin mengigit leher Joko.

Aku harus bisa....
"Bruakkkk...."
Tuyul itu terlempar kebelakang saat bambu ditanganku terayun sangat kencang memukulnya.

"Hah... Hah... Hah... "nafasku ngos-ngosan sempat ku lirik bambu di tanganku retak hampir patah berbenturan dengan kepala tuyul. Aku hampir jatuh terlutut ke lantai, kurasa kedua kakiku sangat lemas.

Tidak jauh dari ku, tuyul itu memegangi mukanya, sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.

"Mas Dedi cepat... " sekali lagi Putih melompat menyarungkan karung yang sudah sobek ke tuyul tersebut.

Dedi segera bereaksi ikut melompat, memeluk tuyul yang kembali berontak sekuat tenaga.

"Mas Andi... Tali... Tali haduknya... Mas Andi" Putih berteriak ke arahku sambil sekuat tenaga memegangi tuyul dalam karung bersama Dedi. Sempat ku lihat kuku tuyul itu merobek karung, bahkan sampai melukai Putih dan Dedi.

Tuyul ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang