Ratih dan Arman terdiam dengan mulut ternganga melihat pemandangan dihadapannya.
Rasa lelah habis berlari seakan hilang, keduanya lalu berpelukan lega memandang pondok dihadapannya.Pondok yang sangat tua, banyak tanaman liar tumbuh menutupi dinding pondok itu. Cat yang telah pudar tak terlihat, beberapa kayu yang patah menjadi hiasan tersendiri bagi pondok tersebut. Belum lagi sarang laba - laba yang bergelantungan di bagian atas pondok, seakan membentuk wajah lelaki tua tersenyum menyambut kedua tamunya.
Pondok yang tidak terlalu besar ini berdiri kokoh di wilayah agak terbuka. Pepohonan seakan tumbuh menjauh dari pondok itu beberapa meter. Hanya semak belukar yang dengan gagahnya menghiasi sekitar pondok. Pondok ini berdiri diatas gundukan tanah yang lebih tinggi dari wilayah sekitarnya. Nampak ada tangga dari tanah menuju ke pintu masuk pondok.
Berbeda dengan di dalam hutan, kini cahaya bulan sangat jelas menyinari wilayah itu. Pohon - pohon rindang seakan merapatkan barisan mengelilingi pondok itu. Di balik pepohonan kadang - kadang muncul warna putih bercahaya berkelip - kelip. Namun cahaya itu hanya sesaat, lalu hilang ditelan gelapnya malam.
Angin mulai kembali berhembus, membuat pohon - pohon dan semua makhluk disekitarnya menari sambil menyanyikan lagu sunyi memuja sang kegelapan malam.
WHUSSSSS....
Entah angin kencang dari mana bertiup. Lalu obor di samping pintu pondok tiba - tiba menyala dengan sendirinya.Krekkk.....
Pintu pondok itu berderit bergeser pelan membuka. Nampak ada cahaya remang - remang dari dalam pondok."Bang lihat, pintu ... Pintu pondok itu terbuka bang..."
Ratih kembali memeluk erat lengan suaminya. Waktu telah lewat tengah malam, bulan bersinar sangat terang.Arman hanya mengangguk pelan, menelan ludah beberapa kali sambil berjingkit berusaha mengintip pemandangan di balik pintu yang tiba - tiba terbuka dengan sendirinya.
Lalu Arman dan Ratih melangkahkan kakinya mulai menaiki anak tangga tanah menuju pintu itu.
Baru beberapa kali melangkah, tiba tiba Arman dan Ratih merasakan ada benda agak licin dikaki mereka. Benda itu agak panjang, melilit dan berdesis pelan.
"Zzzzzz.... Zzzz... Sssss..."Kedua pasangan itu melirik ke kaki mereka, berusaha menembus kegelapan, melihat apa yang mulai membelit kaki mereka.
"Aaaaaaaaa... Ular bang..." Ratih kontan menarik mundur suaminya.
Arman dengan cekatan melompat mundur ke anak tangga dibelakang mereka. Terlihat sekumpulan benda hitam melata, berbalut jadi satu menutupi semua anak tangga dihadapan mereka.Belum lagi rasa kaget itu hilang, kini keduanya merasakan ada benda kecil sangat banyak merayap naik dari kaki mereka. Mahluk ini bergerombol merayap naik sangat cepat, sudah merayap di muka kedua pasangan itu.
Arman mencoba melihat jelas benda panjang warna kemerahan berkaki sangat banyak merayapi muka Ratih dan mulai masuk ke hidung, mulut dan telinga istrinya.
"Aaaaaaa.. aaaaaa... "
Keduanya berloncatan ditempat, mereka menggunakan kedua tangannya membersihkan kelabang yang kini telah memenuhi rambut mereka."Aaaaa... Aaaaa... AA....."
Setelah beberapa waktu keduanya panik berteriak ketakutan.Tiba - tiba semuanya lenyap...
Kelabang dan ular seperti hilang musnah menjadi kabut agak berbau busuk yang kini mulai memenuhi tempat itu.Arman bergegas menggandeng lengan Ratih yang masih sangat terguncang menaiki anak tangga menuju pondok itu.
"Ayo cepat de, liat ular dan kelabang itu telah lenyap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuyul ( COMPLETED )
HorrorBuat kalian yang suka cerita horror (murni horror), gak pake embel - embel 18+ atau 21+... Baca aja siapa tau anda suka, jangan lupa bintangnya !!! Bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah bosan menjadi miskin tak punya apa - apa. Sayangnya...