Siang itu di ruang tengah rumah Pak Ridwan Kades desa Rawa Senang.
Nampak tiga manusia duduk saling berhadapan dengan amat serius.
Udara siang yang panas semakin terasa begitu menyengat di permukaan kulit. Nampak bulir - bulir keringat mulai membasahi pakaian ketiganya. Kipas angin yang berputar seakan tidak berdaya mengusir panasnya hawa ruangan.Di hadapan Pak Ridwan duduk seorang pemuda hilang ingatan. Pemuda dengan rambut putih agak ikal dikedua sisi kepalanya, hidung yang mancung, mata yang tidak terlalu sipit, tanpa kumis dan janggut. Pemuda ini sementara mengenakan pakaian Pak Ridwan. Dia menjadi orang sebatang kara, tanpa keluarga, tanpa tempat pulang.
Pemuda tersebut mulai berbicara soal tuyul yang tadi malam memasuki rumah Pak Ridwan, sementara Pak Ridwan dan Bu Retno istrinya serius mendengarkan.
"Ia tuyul, mahluk kecil gundul yang suka mencuri uang. Tuyul memang biasanya mencuri hanya sebagian dari uang yang ada. Dia tidak mencuri semuanya, hanya sekitar 5% sampai 10% dari total uang. Hal ini, membuat yang kehilangan akan bingung, dan cenderung mengira keteledoran yang mereka buat. Apa bapak ibu juga pernah kehilangan sebelum ini?" Putih memandang kedua orang tua dihadapannya bergantian. Nampak dia memperhatikan gerak gerik pasangan dihadapannya dengan seksama.
Pak Ridwan menarik nafas panjang lalu berkata
"Betul nak, bukan cuma kami, semua warga desa juga mengalaminnya. Bapak banyak mendapat laporan namun tidak tahu harus berbuat apa"."Putih, kamu bisa melihat tuyul itu???" kekhawatiran terdengar dari nada suara Bu Retno. Mata Bu Retno melirik suaminya yang duduk tersandar di kursi.
"Bisa Bu, saya bisa melihatnya dan entah bagaimana caranya, saya sepertinya mengerti cara menangkapnya" Putih mengerutkan dahinya lalu memiringkan sedikit kepalanya, tanda dia sedang berpikir.
"Kau serius nak, kita bisa menangkapnya???" Pak Ridwan memajukan badannya lalu menopang dagunya dengan jari tangannya, dia menanggapi serius ucapan pemuda dihadapannya.
"Iya pak, tuyul dibuat dari mayat anak kecil. Jadi sebenarnya dia memiliki fisik kasar seperti kita. Namun karena yang mendiaminya spirit dari alam lain, dia mampu berbuat diluar nalar kita" Putih kini duduk lebih tegak menjelaskan semuanya.
"Lalu apa yang kau perlukan Putih??? Kami akan berusaha membantu sebisanya" Bu Retno memandang pemuda dihadapannya dengan penuh harapan.
"Saya perlu mempersiapkan beberapa benda Pak. Emm..., bolehkah saya minta bantuan beberapa warga yang dapat dipercaya???"
Pak Ridwan terdiam sejenak.
"Bagaimana ya nak... Sulit meyakinkan warga kalau tidak ada bukti kuat. Bapak justru khawatir jika hal ini tersebar ke luar, malah akan menimbulkan masalah baru. Tidak semua warga percaya dengan hal mistis seperti ini nak" Pak Ridwan mencoba menjelaskan situasi yang mereka hadapi. Sebagai Kades dia tentu mengerti karakteristik umum warganya."Saya hanya perlu beberapa warga saja pak. Warga yang bisa bapak percaya, tidak memelihara tuyul dan mau berjuang demi desa ini"
"Kau mampu menyakinkan mereka putih???" Bu Retno menanyakan pertanyaan yang mengganjal dihatinya.
"Bisa Bu, saya akan buktikan kalau sosok tuyul itu ada kepada mereka"
"Bagaimana caranya nak? Bapak saja tidak bisa melihatnya"
"Bapak tadi bercerita kalau di kantor bapak memasang cctv kan???"
"Iya, dan bapak sudah memeriksa rekamannya. Tidak ada tuyul nak, hanya brankas yang diam tak bergerak. Semua normal, brankas besi itu, bahkan tidak didekati oleh siapapun semalaman"
"Saya ingin memeriksa rekamannya, bisakah bapak kumpulkan warga yang dapat dipercaya? Kita akan memeriksa rekaman tersebut sekali lagi, sekalian saya akan tunjukkan kalau tuyul itu ada"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuyul ( COMPLETED )
HorrorBuat kalian yang suka cerita horror (murni horror), gak pake embel - embel 18+ atau 21+... Baca aja siapa tau anda suka, jangan lupa bintangnya !!! Bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah bosan menjadi miskin tak punya apa - apa. Sayangnya...