Aku dan Baekhyun berlari menuju sumber suara. Kami masuk melalui pintu samping mansion dan mendapati kerumunan bodyguard di ruang tengah. Suara tawa Suho dan seorang gadis terdengar menggelegar sampai aku tak bisa mengukur seberapa senangnya mereka.
Setelah berhasil melewati bodyguard dengan beberapa kali umpatan yang keluar dari mulut Baekhyun, kami akhirnya mampu melihat apa yang tengah terjadi.
Aku menutup mulut dengan telapak tangan, mataku membelalak kala menyadari gadis yang tengah terbaring di lantai dengan lubang tepat di dahinya adalah Lucy.
Seriously, apa yang sebenarnya ada dalam otak orang-orang ini? Kenapa mereka begitu mudah membunuh seseorang? Hei! Apa sebuah nyawa sebegitu tidak berartinya? Bagaimana kalau keluarga merekalah yang berada di posisi orang-orang itu?
"Bagus Yejin, kemampuan menembakmu memang tidak perlu diragukan lagi." Suho kegirangan, ia menepuk-nepukkan kedua tangannya, sementara Katrina memucat di sampingnya meski ia tengah menarik kedua ujung bibirnya untuk membentuk senyuman.
Bagaimanapun, mata tidak pernah bisa berbohong.
"I know, kau tidak perlu terlalu memujiku seperti itu, brother," gumam gadis yang dipanggil Yejin barusan. Ia mendekatkan ujung pistol ke dekat mulutnya lalu meniup asap yang keluar dari sana. "Bereskan mayat jalang itu! Aku tidak ingin ada bekas sedikitpun," lanjutnya.
Baekhyun yang semula berdiri di sampingku langsung menghampiri Yejin dan menggenggam tangannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi kelihatannya mereka berbincang sebentar. Yejin sempat memajukan bibirnya manja, gadis itu cukup lemah bila Baekhyun menanganinya.
Tunggu, apa dia menyukai Baekhyun?
Ya, pasti seperti itu.
Ugh, aku muak melihat tingkah manjanya yang sok cute seperti itu. Apa dia tidak sadar barusan membunuh orang? Bisa-bisanya langsung berubah manis di depan Baekhyun. Menyebalkan.
"Hailey, kemari!"
Aku mendengar teriakan Katrina dan segera berlari ke arahnya. Ia menggenggam tanganku kaku lalu menarikku pergi bersamanya. Otomatis aku mengekori dan membiarkan dia membawaku ke dapur. Selama beberapa saat Katrina mengatur napasnya yang tak beraturan sambil memegangi dadanya, ia sepertinya cukup shock setelah melihat kejadian penembakan barusan.
"Apa yang terjadi? Siapa wanita tadi?" tanyaku beruntun.
Katrina menggeleng. "Dia... Kim Yejin, adik Tuan Kim." Pada akhirnya Katrina menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Ia menumpu kedua tangan di pundakku agar mampu berdiri tegak. "Lucy adalah mata-mata. Bukankah kemarin sekelompok orang sempat berniat mencuri barang yang dilelang Tuan Kim? Lucy adalah bagian dari mereka. Tuan Kim sudah mengetahuinya sejak awal dan dia hanya berniat bermain-main sebentar sebelum membiarkan Yejin membunuhnya."
Sudah mengetahuinya sejak awal?
Mungkinkah ia juga mengetahui siapa diriku sebenarnya? Apakah setelah ini giliranku untuk mati?
"Apa maksudmu dengan mata-mata? Aku tidak mengerti."
Katrina menatapku lekat-lekat. "Orang-orang yang iri pada Tuan Kim, orang-orang yang gagal mendapatkan benda-benda hebat seperti beliau dan orang-orang yang dikirim pemerintah untuk menghancurkannya." Terdiam sebentar dan menunduk. "Mulai besok jam kerjamu dan Jisoo akan bertambah. Masing-masing tiga kali seminggu. Sekarang kau bisa kembali ke paviliun dan jangan banyak bertanya mengenai hal tadi, Tuan Kim tidak akan menyukainya," jelas Katrina padaku yang langsung kubalas dengan sebuah anggukkan.
Aku tak ingin mengulur waktu dan berniat memberikan laporan pada organisasi mengenai kejadian barusan. Kulangkahkan kakiku lebar-lebar keluar ruangan. Namun kala tubuhku sampai di ambang pintu, Katrina kembali memanggilku.
"Hailey," panggilnya pelan.
Aku menengok spontan. "Ya?"
"Aku melihatmu datang dengan Tuan Byun tadi." Oh sial. Aku tak menyangka Katrina mengawasiku, padahal aku melihatnya sedang pucat pasi di dekat Suho. "Apapun alasannya, jangan pernah mendekati Tuan Byun karena Nona Kim sangat tidak menyukai seseorang dekat dengan calon suaminya."
Keningku mengerut, mataku hampir keluar saking terkejutnya!
Baekhyun? Calon suami Kim Yejin?
♠
"This is M998010-RK speaking." Aku mendekatkan alat komunikasi ke mulut, kubiarkan selimut tebal menutupi seluruh tubuhku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"This is C180035-SK speaking," balas Siwon dari ujung sana. "Kenapa kau berbisik?" tanyanya lagi.
"Aku berada di bawah selimut dan berhentilah protes," ujarku yang dibalas kekehan pelan oleh Siwon. Yah, pria ini memang sering tertawa dan menertawakan orang lain. "Apa kau sudah mendapatkan petunjuk soal kelompok kemarin dan benda aneh di halaman mansion?"
"Ya, kelompok yang menyerang Suho adalah salah satu organisasi Mafia paling ditakuti satu dekade kebelakang. Organisasinya hancur saat Suho muncul dan menguasai pasar. Mereka tidak terima dan berniat membalas dendam namun gagal."
Pantas saja...
"Dan Lucy adalah anggota dari organisasi tersebut, tepatnya adik dari sang ketua organisasi. Cukup gila memang mengorbankan saudaranya untuk menjadi mata-mata. Mungkin setelah ini organisasi mereka akan menyerang Suho bertubi-tubi mengingat Lucy telah ditembak mati."
"Dan benda yang ada di halaman?"
Siwon berdehem. "Benda itu adalah sebuah pintu dengan pengamanan super yang hanya bisa dibuka menggunakan pemindai sidik jari dan retina. Aku tidak tahu menggunakan milik siapa, mungkin Suho, mengingat dia adalah tuan rumahnya. Bisa kupastikan benda yang ada di dalamnya sangat berharga."
Oke, aku bisa mengusahakan untuk sidik jari. Tapi retina?
"Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan copy-an retina Suho?"
"Well, kuharap kau bisa keluar dari benteng itu dan aku akan memberikan alat untuk mendapatkannya."
Aku berpikir sebentar. Jam kerjaku hanya sampai hari Sabtu, tentu saja bila Minggu tidak ada panggilan khusus dari Suho
"Ya, aku akan mengambilnya hari Minggu."
"Okey. Ah, Mia. Soal cincinmu, aku tidak menemukannya di kelab yang kau bilang. Maafkan aku."
Senyumku tersirat begitu saja saat teringat cincin yang kucari-cari rupanya berada di tangan Baekhyun. "Tidak masalah, aku sudah tahu di mana cincinku berada."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIATE - Baekhyun
FanfictionAku menjalani tiga tahun belakangan dengan penuh pengorbanan, menahan rasa sakit juga kekecewaan demi Baekhyun yang telah pergi. Tidak, ia tidak pergi meninggalkanku begitu saja, melainkan dimanipulasi sedemikian rupa hingga melupakan segalanya. Mel...