#7 Baekhyun Side ● Soulmate

785 125 5
                                    

Don't forget to leave a comment.

.

.

.

Guys, please ingetin aku ya kalau ada typo. Soalnya aku kalau nulis biasanya malam hari, jadi sering typo:') Ya gimana, otakku baru mau jalan kalau malem sih hehehe

.

.

.

Semuanya terasa sangat cepat. Reaksi Mia yang jauh berbeda dari imajinasiku sebelum kembali ke Lyon untuk mengucap maaf dan rasa rindu padanya kembali membuatku yakin bahwa dialah satu-satunya. Mia tidak menyumpahiku, tidak menamparku, dan tidak pula membenciku.

Saat itu, Mia memelukku erat, mengatakan bahwa ia bahagia bisa melihatku lagi. Mia bahkan rela melepasku bila alasanku pergi karena sudah tidak mencintainya. Ia menyadari bahwa perasaan tidak bisa dipaksakan, tapi dia salah sangka. Aku selalu mencintainya, aku pergi karena mencintainya, dan aku kembali karena mencintainya.

Lalu di sinilah aku sekarang. Berdiri di depan cermin, memasang jam tangan, dan melirik sebentar ke arah jendela.

"Aku tidak percaya kau akan menikah sekarang."

Suara Julien menggema, ia menyandar di depan pintu yang terbuka.

"Aku juga tidak menyangka akan melamar Mia saat itu juga," balasku, kemudian menghampiri Julien dan keluar ruangan.

Benar. Aku langsung melamar Mia saat kami bertemu pertama kalinya setelah kepergianku. Setelah mengatakan bahwa apa yang Mia pikirkan mengenai perasaanku yang telah menghilang padanya salah, Mia menangis dan memintaku untuk tidak menghilang lagi. Iya, dia menghitungnya sebagai 'menghilang' bukan 'meninggalkan.'

Saat itu pula, aku mengajukan sebuah syarat padanya. Suatu pengikat yang hanya bisa dilepas ketika ajal mengambil salah satu dari kita. Ya, aku melamarnya, mengatakan bahwa aku tidak akan pergi jika ia mau menikah denganku. Benar-benar tanpa persiapan, tanpa cincin, maupun kata-kata romantis yang disusun sebelumnya. Aku melamarnya dengan modal seluruh hidup juga matiku. Aku melamarnya dengan rasa cinta juga kasihku. 

Dan Mia menerimanya.

Dia bersedia menjadi pengantinku.

Sungguh, aku tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika berjalan di altar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, aku tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika berjalan di altar. Kami hanya mengundang beberapa orang saja, berusaha membuat hari spesial yang disiapkan hanya dalam seminggu ini berjalan lancar, sakral, dan sempurna. Awalnya, beberapa teman Mia mengecam keputusan kami untuk menikah, namun, dua hari lalu, entah apa yang terjadi hingga mereka meminta maaf dan mengatakan bahwa memang hanya aku, Byun Baekhyun, lelaki yang pantas untuk Mia.

Hingga akhirnya Mia muncul dari ujung sana, tersenyum lebar sambil menautkan tangannya pada lengan Mr. Banner, lelaki berusia akhir lima puluhan yang telah dianggap Mia seperti ayahnya sendiri. Dia tinggal bersama sang istri di samping apartemen Mia. Kehadiran mereka seolah mewakili kedua orang tua kami yang telah pergi.

Astaga, aku bahkan tak sadar telah menitikkan air mata ketika melihat Mia berjalan ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Astaga, aku bahkan tak sadar telah menitikkan air mata ketika melihat Mia berjalan ke sini. Gaun putih berlengan panjang yang dipilihnya membuat Mia nampak elegan dan natural di saat bersamaan. Ia terlahir seperti Dewi, begitu cantik dan mempesona dari luar maupun dalam.

Tanpa keraguan, Mia meraih tanganku. Senyum manisnya tak pernah pudar, tatapannya yang dalam begitu memabukkan. Ketika akhirnya kami mengucap janji suci untuk saling mencintai sehidup-semati, dalam susah ataupun senang, kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit, dan berjanji untuk tidak menyerah satu sama lain, aku merasa seolah bersatunya kami berdua memang ditakdirkan oleh semesta.

Kami terlahir untuk saling menemukan.

Kami terlahir untuk saling mengisi.

Kami terlahir untuk saling mengerti.

Mungkin... inilah yang disebut dengan belahan jiwa.

Mia adalah belahan jiwaku.

Aku adalah belahan jiwanya.

Astaga, aku benar-benar menikahinya! Rasanya seperti mimpi. Seorang gadis yang namaya selalu terselip dalam setiap doaku, entah siang ataupun malam, benar-benar menjadi pendamping hidupku.

Seorang gadis yang kehadirannya telah mengibarkan kembali semangatku untuk tetap hidup dan berusaha melawan setiap cobaan di dunia.

Seorang gadis yang mencintaiku secara sederhana, namun dengan kesungguhan hati yang tak terkira.

Seorang gadis yang mau menerimaku apa adanya, meski puluhan pria lain berusaha mengambil hatinya.

Sungguh, dia sangat istimewa.

Atau bahkan...

Dia terlalu istimewa.

Benar, dialah gadisku, istriku, teman hidupku.

Dialah Mia Alexandra Savannah.

Dan aku bangga, juga bahagia karena telah resmi menjadi suaminya.


To Be Continued



*Jadi, harusnya gaun Mia kaya gini, tapi karena susah nyari foto buat walk on the aisle yang make gaun lengan panjang, akhirnya reverensi ini aku taruh di bawah.

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang