heenapark.official on instagram
Line@ : @fbo0434t
.
.
.
.
Don't forget to leave comment
.
.
.
Baekhyun dan Yejin sudah sampai di mansion sejak pukul 7:00. Kami duduk di meja makan, tapi, kali ini aku berusaha menjaga jarak dengan Katrina dan Suho. Aku memilih duduk di antara Jisoo dan Mingyu dan tak membuat kontak mata sama sekali. Aku hanya ingin rencanaku berjalan lancar.
Kupikir, kejadian kemarin hanya diketahui oleh Mingyu, rupanya aku salah. Tadi, sebelum ke dapur, Jisoo tiba-tiba menarik tanganku dan menginterogasi soal apa yang terjadi padaku dan Katrina kemarin malam. Tentu saja aku mengatakan bahwa apa yang dilihatnya hanya salah paham. Aku tidak menyangka Jisoo menguping pembicaraan kami. Untunglah dia percaya, kurasa dia tidak melihat apa yang terjadi padaku dan Suho. Aku benar-benar bersyukur.
Pemandangan tak mengenakan kembali membuatku kesal. Yejin terus memaksa Baekhyun agar mau disuapi, sementara Baekhyun menolak. Berkali-kali pria itu berkata bahwa dia baik-baik saja dan masih bisa menggunakan kedua tangannya untuk makan, lagipula yang terluka adalah kakinya.
"Ayolah, tidak perlu malu. Lagipula kita akan menikah sebentar lagi. Buka mulutmu, ya?" rengek Yejin sembari mengerucutkan bibir, bertingkah sok imut agar Baekhyun luluh.
Oh ya ampun, bolehkah aku menampar Yejin?
Aku benar-benar tidak menyukainya.
"Apa kau tidak mencintaiku? Kenapa harus malu jika aku menyuapimu?" Lagi-lagi Yejin merengek. Ia menjauhkan sendok dari mulut Baekhyun dan menyilangkan kedua tangan berlagak marah.
Kenapa dia bersikap seperti itu?
Apa dia pikir kelakuannya imut?
Aku yakin di sini bukan hanya aku yang merasa geli melihat kelakuan Yejin.
Baekhyun tersenyum simpul dan memegang kedua pundak Yejin, kemudian memutar badan gadis itu agar mau menatapnya. Oke, apakah mereka tidak menganggap keberadaan kami?
"Kau tahu sendiri jika tidak ada gadis lain yang kucintai di dunia ini. Apa semua yang kulakukan masih belum cukup untuk menunjukkan betapa besarnya rasa cintaku padamu, Kim Yejin?"
Sakit...
Sakit...
Sangat sakit...
Terlalu sakit...
Di saat aku berusaha menyelamatkan Baekhyun demi hubungan kami, dia malah berbahagia dengan gadis lain.
Rasanya, aku ingin membalik keadaan. Kenapa tidak aku saja yang lupa ingatan dan Baekhyun yang berjuang? Semua ini terlalu menyakitkan.
"Hailey, kenapa kau menangis?"
Oh, shit!
Aku benar-benar tidak sadar ketika menitikkan air mata. Buru-buru aku menghapusnya dan mendongakkan wajah ke atap, berusaha menahan air mata lain yang memaksa keluar.
Sedangkan, Suho masih menunggu jawabanku. Ia mengerutkan kening dan kembali bertanya, "Kenapa kau menangis?"
"Apa lukamu masih sakit?" sahut Mingyu tiba-tiba.
Luka?
Benar!
Aku bisa menggunakan luka di leher sebagai alibi.
"Maaf." Kuusap pelan leherku yang tertutupi oleh turtleneck sweater. "Saya terluka kemarin malam dan memang masih cukup perih. Sepertinya saya harus mengganti perbannya. Permisi," kataku yang kemudian bangkit dan pergi ke kamar.
Aku bisa melihat Katrina menegang ketika Mingyu mulai menanyakan lukaku. Untung aku bisa melarikan diri dan sepertinya pembicaraan mengenai lukaku sudah berakhir.
Aku berusaha berjalan secepat mungkin ke kamar. Kukunci pintu rapat-rapat dan duduk di lantai sembari memeluk kedua lutut. Ucapan Baekhyun pada Yejin terus berputar di otakku.
Sungguh, aku bisa menahan berbagai macam rasa sakit, bahkan tidak masalah jika harus tertembus peluru sekalipun. Tapi, ucapan Baekhyun barusan... ucapan mengenai rasa cintanya yang begitu besar pada Yejin terlalu menyakitkan.
Bagaimana mungkin seorang suami menyatakan cinta pada gadis lain di depan mata istrinya?
Seluruh perjuanganku rasanya sia-sia!
Apakah jika aku terus berjuang maka perasaan Baekhyun akan kembali?
Apakah dia bisa mencintaiku lagi?
Bagaimana kalau aku gagal?
Bagaimana kalau dia memang jatuh cinta pada Yejin?
Yang bisa kulakukan sekarang hanya menangis. Toh aku tidak mungkin tiba-tiba mengaku sebagai istrinya, kecuali jika aku berniat bunuh diri. Saat-saat seperti ini membuat sekelebat pikiran untuk menyerah dan membiarkan Baekhyun bahagia bersama Yejin datang begitu saja.
Jujur, aku lelah. Aku benar-benar lelah menjalani tiga tahun yang menyakitkan ini. Aku merasa segala upayaku akan berakhir sia-sia.
"Hailey, kita akan segera pergi. Keluarlah," ucap seseorang dari balik pintu yang bisa kutebak adalah Jisoo.
Segera kuhapus air mata dengan telapak tangan, kemudian berkaca sebentar dan mengambil kaca mata. Aku tidak mau orang-orang melihat mata bengkakku sekarang. Mereka pasti akan bertanya-tanya dan aku sedang malas membuat alasan.
Sepanjang perjalanan ke airport maupun saat kami telah berada di dalam pesawat, aku berusaha menjaga jarak dengan Baekhyun. Rasa sakit hati yang menamparku entah kenapa terus mendorong agar aku tidak membuat kontak mata atau apapun itu yang berhubungan dengannya. Aku butuh waktu untuk berpikir, aku butuh waktu untuk menentukan pilihan dan aku butuh waktu untuk menerima keadaan.
Meski hatiku merasa ada bagian yang hilang, meski tubuhku begitu merindukannya, meski mataku selalu ingin melihatnya, jika Baekhyun memang telah memutuskan untuk hidup bahagia bersama Yejin, apakah aku pantas merusak impiannya?
Pandangan kosongku menerawang keluar jendela, gumpalan putih awan seolah mewakili apa yang sedang kurasakan. Putih, seolah tidak ada coretannya, seolah tidak pernah disinggahi cerita. Ya, tentu saja, karena seseorang yang membuat hidupku bewarna hanyalah Baekhyun. Lalu kalau pria itu pergi, siapa yang akan melanjutkan lukisannya?
Bukankah dulu Baekhyun pernah berkata bila separuh nyawanya ada padaku? Bukankah dia bilang setiap seminggu sekali harus melihatku agar daya hidupnya kembali terisi?
Lalu, apakah Yejin sudah menjadi pengisi nyawanya yang baru? Apa Yejin begitu kuat sampai-sampai dia berhasil mengalahkanku? Atau malah dari awal sebenarnya Baekhyun memang tidak mencintaiku?
Sekarang aku mulai bertanya, jika cinta begitu mudah hinggap dalam hatinya, apakah bila Baekhyun tidak lupa ingatan, cinta itu akan tetap tumbuh? Bukankah orang bisa jatuh cinta karena rasa nyaman? Kalau begitu... kupikir semua ini sama saja.
Ya...
Baekhyun mencintai Yejin...
Aku kalah...
Aku sudah kalah telak...
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIATE - Baekhyun
FanfictionAku menjalani tiga tahun belakangan dengan penuh pengorbanan, menahan rasa sakit juga kekecewaan demi Baekhyun yang telah pergi. Tidak, ia tidak pergi meninggalkanku begitu saja, melainkan dimanipulasi sedemikian rupa hingga melupakan segalanya. Mel...
