22 ● Confession

3.6K 958 33
                                    




Suara ketukan jam dinding menggema ke seluruh ruangan. Kulirik jarum pendek sudah menunjuk ke angka sebelas, sedangkan jarum panjang di angka enam. Aku masih memikirkan kata-kata Baekhyun barusan. Kenapa dia mengucapkan terima kasih padaku? Apa ada maksud tersembunyi di dalamnya?

"Kau belum tidur, Hailey?"

Suara lirih seseorang mengagetkanku. Aku menengok ke kiri dan mendapati Suho berdiri di ambang pintu kamarnya bermandikan sinar temaram dari cahaya lampu yang tersorot. Tubuhnya berbalutkan jubah satin biru tua. Ia berjalan mendekat dan duduk di sampingku. Tepat di meja bar dapur mansion-nya.

"Tuan Kim," sapaku begitu ia duduk.

Ia menerawang, menatapku penuh tanya. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kenapa tidak tidur?" tanyanya.

Aku menggeleng pelan. "Tidak Tuan, saya hanya tidak mengantuk. Bagaimana dengan Tuan?"

"Aku?" Ia menggedikkan bahu. "Entahlah, aku juga heran kenapa malam ini tidak bisa tidur."

Aku hanya menganggukan kepala beberapa kali dan kemudian hening. Aku tidak tahu harus menjawab apa, biasanya memang Suho lah yang memulai pembicaraan, mengingat aku hanyalah bawahannya yang sepertinya tidak pantas jika terlalu banyak bertanya.

Oh astaga, apakah aku mulai terbiasa dan melupakan tujuan utamaku ke sini? Seharusnya aku mencari informasi, bukannya malah menikmati dan bersikap seolah benar-benar anak buah Suho.

"Mau menemaniku minum?

Aku terhenyak sesaat, berusaha menelaah kalimat Suho barusan.

Apakah aku tidak salah dengar? Dia memintaku untuk menemaninya minum?

"Bagaimana?"

Karena aku tak kunjung memberikan jawaban, Suho kembali bertanya. Ekspresinya seolah menaruh harapan yang besar padaku. Tentu saja aku tak bisa menolak keinginannya, dan siapa tahu nanti kalau dia mabuk aku bisa memanfaatkan saat tersebut untuk mengambil sidik jarinya.

Kuanggukkan kepalaku. "Iya, Tuan," jawabku.

Suho tersenyum miring. Ia bangkit dan mengambil wine beserta gelas di rak kaca, lalu kembali duduk di sampingku. Aku hanya terdiam mengamatinya membuka botol wine, kemudian menuangnya ke gelas.

Tak lama kemudian Suho mengangkat kedua gelas tersebut dan memberikan salah satunya padaku. "Anggap saja kita sedang merayakan keberhasilan misi hari ini, cheers."

"Cheers," kataku sambil melakukan cheers dengan Suho.

Ia adalah tipikal pria yang kuat minum. Setidaknya kami sudah menghabiskan dua setengah botol wine. Bukan, sebenarnya aku hanya menghabiskan setengah, sementara Suho dua. Aku harus berusaha untuk tetap sadar, aku tidak boleh mabuk karena aku harus mendapatkan sidik jari Suho malam ini.

Suho tidak banyak mengoceh, entah aku harus menunggu seberapa lama lagi agar dia mabuk. Kulirik jam di dinding, kami sudah menghabiskan waktu lebih dari dua jam. Kuharap Suho segera kehilangan kesadaran.

Bruk!

Aku hampir melompat dari kursi saat tubuh Suho terjatuh di atas meja bar. Ia tertawa keras dan menengok ke arahku sambil menggerak-gerakkan jari telunjuk kirinya di depan wajahku.

Apa dia mabuk?

"Hailey... Hai-ley... astaga... kau memang sangat cantik hahahaha."

Suho benar-benar mabuk. Dia bahkan memutar bola matanya di hadapanku.

"Apa kau mau menggantikan tempat Katrina bersamaku? Hahahahaha." Lagi-lagi Suho tertawa, ia mengangkat kepala dan mendekatkan wajahnya padaku kemudian berbisik, "Aku bisa melakukannya kalau kau mau. Aku sudah muak melihat Katrina." Ia berhenti sebentar. "Haruskah aku menyingkirkannya?"

Aku menggeleng cepat. "Tuan, lebih baik sekarang anda istirahat. Saya akan mengantar anda ke kamar."

Suho memicingkan matanya padaku. "Ke kamar? Kau mau menemaniku di kamar? Ide bagus hahaha."

Oh, shit.

Aku tidak menyangka Suho akan melantur seperti ini ketika mabuk.

Tanpa pikir panjang kutarik tangan Suho agar melingkar di leherku, lalu kedua tanganku memeluk perutnya agar pria itu mau berdiri. Kami berjalan dengan sedikit oleng, tak jarang Suho menatapku dan tertawa. Ya ampun, dia benar-benar mabuk.

Aku membawanya ke kamar dengan susah payah. Setelah menutup pintu, kembali kuajak Suho untuk berjalan mendekat ke kasur dan berniat untuk menidurkannya, setelah itu aku akan mengambil alat dari organisasi untuk mendapatkan sidik jari dan kalau bisa sekalian mendapatkan copy-an matanya.

Baru saja tanganku berniat melepaskan tubuh Suho agar dia berbaring, pria itu sudah lebih dulu meraih lengan kananku dan menjatuhkan dirinya ke kasur, sehingga otomatis aku juga mengikutinya.

Tarikan Suho membuatku terjatuh di atas tubuh pria itu. Mata kami saling berpandangan, ia tersenyum licik kepadaku. Kali ini kedua tangannya melingkar dan menahan punggungku agar tidak bergerak.

What the hell?!

Apa dia berniat membuatku membeku dengan melakukan ini?

Aku berusaha memberontak, kugerakkan tubuhku agar bisa terlepas darinya. "Tuan, kita tidak boleh melakukan ini," gumamku sambil terus berusaha.

Bukannya kendor, Suho semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengangkat sedikit wajahnya sehingga jarak kami hanya berbeda lima centi.

"Jangan menolakku, Hailey." Ia berhenti, sedetik kemudian kembali mendekatkan wajahnya dan memberikan sebuah kecupan singkat di bibirku.

Sial!

Apa yang kulakukan?

Kenapa aku hanya terdiam saat Suho melakukannya?!

Sadarlah Mia!

Kau tidak boleh terlena!

Suho berbisik pelan, "Kau cantik Hailey. Aku menyukaimu."

Dan setelah itu dia tertidur.

Tapi tubuhku masih membeku, bahkan semakin kaku setelah mendengar kalimatnya barusan...

Maksudku...

Bagaimana mungkin?

Bagaimana mungkin Suho bisa menyukaiku?

Ini tidak nyata kan? Dia hanya terpengaruh dan mengoceh seperti itu karena mabuk kan?

Tapi kenapa...

Kenapa caranya menyampaikan pikiran terdengar sangat tulus?

Apa dia benar-benar menyukaiku?

Tidak mungkin!

Aku harus menganggap semua ini hanya omong kosong dan kembali melanjutkan rencanaku yang sebelumnya. Suho pasti asal bicara. Dia tidak mungkin menyukaiku.





TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang