AS • 20

8.3K 491 12
                                    

SELAMA perjalanan menuju ke parkiran motor, Rahma dan Bayu hanya berdiaman. Semenjak tadi, keduanya sama-sama tak berani untuk memulai pembicaraan. 

Saat telah mendekati motornya, Bayu segera menghidupkan motornya dan memundurkannya, agar Rahma lebih mudah naik. Bayu menyodorkan helm satunya lagi kepada Rahma.

Dengan kikuk, Rahma mengambilnya dan langsung memakainya. Namun, Rahma merasa sedikit kesusahan saat kaitannya tak dapat dikaitkan. Sudah berkali-kali Rahma mencoba, namun masih tak bisa.

Bayu menoleh untuk melihat Rahma yang tak kunjung duduk di belakangnya.

Melihat Rahma yang sedang kesusahan mengaitkan kaitan helm-nya itu, Bayu menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum simpul.

Bayu pun membantu gadis itu mengaitkan helmnya. Ia langsung meraih kaitan yang tadi Rahma pegang, membuat tangan keduanya tak sengaja bersentuhan. Saat merasakan tangan Bayu menyentuhnya, dengan cepat, Rahma langsung menarik tangannya.

Rahma sempat terdiam saat Bayu membantunya mengaitkan helm itu. Melihat dekatnya jarak wajah Bayu, Rahma langsung mengalihkan pandangannya dari Bayu.

Meskipun begitu, sesekali ia memandangi Bayu yang sedang memasangkan kaitan helm-nya itu.

"Ini emang harus dikaitin agak kuat, Rah. Nah, kalah diginiin baru bisa." Bayu bergumam.

Sesaat setelah ia selesai mengaitkan kaitan helm Rahma, Bayu melirik ke Rahma sekilas.

Saat melihat pandangan mata Rahma yang langsung teralih, agar tak bertemu dengan pandangan matanya, Bayu kembali tersenyum.

Lalu, Bayu kembali menoleh ke arah depan. Bayu tak menyadari rona di wajah Rahma yang bersemu merah karena dirinya barusan.

"Naik gih, Rah," ujar Bayu.

"Udah nih," ujar Rahma, sesaat setelah naik ke jok belakangnya.

"Pegangan, ya! Nanti lo jatoh," ujar Bayu.

Nah, seketika Rahma bingung. Ia harus pegangan kemana? Pikirnya. Biasanya, kalau boncengan dengan Bayu, Rahma berpegangan ke tas Bayu. Namun, hari ini, Bayu sedang tidak memakai tasnya.

"Oh, iya! Gue lagi gak bawa tas. Pegang di bahu aja bisa?" tanya Bayu.

Rahma mengganguk pelan. Perlahan, ia berpegangan ke bahu Bayu, walaupun dirinya merasa sedikit aneh.

Setelah Rahma berpegangan di bahunya, Bayu mengernyitkan dahinya.

Kaya ada yang kurang? Pikirnya.

Mengetahui apa penyebab kekurangan tersebut, Bayu tersenyum tipis. 

"Eh, gak jadi deh Rah! Gue agak aneh kalau pegangan di bahu. Serasa main ular naga," sangkalnya.

"Lah? Terus, pegangan ke mana?" tanya Rahma, seraya mengernyit.

"Hm, ke mana ya?" ujarnya.

Bayu mendekatkan telunjuknya ke dagu, seperti memikirkan sesuatu. Seketika, sebuah senyum tersungging di bibirnya, saat sebuah ide brilian terlintas di otaknya.

After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang