AS • 26

7.3K 436 12
                                    

"Halo, Rah? Lo mau makan gak nih? Kalau nggak, mau gue ambil semua!"

FARHAN mencomot sosis terakhir yang berada di atas piring. Rahma langsung tersadar dari lamunannya dan mendengus sebal saat melihat kakaknya itu mau merebut sosis yang akan dia ambil. Kalau soal makanan, Rahma langsung bertindak!

"Ih! Jangan diambil semua! Dasar maruk!" Rahma menepuk lengan Kak Farhan yang sedang mengambil sosis.

"Lah? Lagian lo gue panggil gak jawab-jawab! Yaudah, gue comot," ujar Farhan, seraya melahap sosis yang tadi ia ambil.

"Cih." Rahma mendecak, kemudian melahap makanan yang masih tersisa di piringnya.

Ia pun kembali terbenam dalam pikirannya. Sejak kemarin malam, pikirannya teralih. Rahma selalu teringat tentang waktu yang ia habiskan bersama dengan Bayu kemarin.

Semua hal yang Bayu katakan kemarin, ekspresi Bayu saat mengucapkannya. Hal-hal kecil itu selalu terbayang-bayang di pikiran Rahma, dan membuat senyum selalu terpasang di wajah manis Rahma saat membayangkan tentang kemarin malam.

Semakin Rahma mencoba untuk mengingat kejadian kemarin, semakin Rahma merasa malu. Sontak ia menggelengkan kepalanya untuk menepis pikirannya tentang kejadian kemarin.

Saat Rahma tersadar lagi dari lamunannya, Kak Farhan telah menghilang dari kursinya.

Rahma langsung bangkit dari kursinya, lalu menyambar tas sekolahnya. Ia melangkahkan kakinya dengan menggebu-gebu menuju pintu rumahnya, untuk menghampiri kakaknya itu.

Tampak Kak Farhan sedang berjalan seperti mengendap-endap menuju pintu depan. Dengan senyum licik di bibirnya, Rahma langsung menarik kerah baju kakaknya, spontan membuat Farhan tertarik ke belakang.

"Wakh!" Farhan memegangi lehernya yang tercekik.

"Not so fast," ujar Rahma.

Setelah menepis Rahma, Farhan langsung berbalik dan menghadap adiknya itu. "Gila ya?! Gue bisa kehabisan napas karena lo!"

"Salah kakak sendiri kenapa mau ninggalin Rahma!" pekik Rahma.

"Siapa bilang gue mau ninggalin lo? Gue mau manasin motor, terus baru gue panggil lo buat berangkat bareng," jelas Farhan, membuat Rahma terdiam.

"I-iya ya?" Rahma menggaruk kepalanya, seraya tersenyum kecut.

"Iya!" balas Farhan. "Tuh 'kan! Keseringan mikir kalau gue jahat."

"Yaudah, Rahma minta maaf! Panasin aja motornya." Rahma mendorong kakaknya sampai ke teras luar.

"Iya, iya! Lo tunggu disini! Jangan ke mana-mana," balas Farhan.

Rahma mengganguk, kemudian menunggu Kak Farhan di kursi ruang tamu. Beruntung kak Farhan mau mengantarnya ke sekolah. Biasanya, Rahma harus berdebat dengan kak Farhan tiap pagi hanya untuk ke sekolah.

"Buruan!" pekik Farhan, membuat Rahma gelagapan, dan segera bangkit dari posisinya.

📚

"Thank you, bro," ujar Rahma, sesaat setelah ia sampai di sekolahnya.

"Sok bro-broan, lu. Masuk sana! Belajar yang rajin!" ujar Farhan.

After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang