AS • 23

6.8K 463 10
                                    

KEESOKAN harinya, Rahma pergi ke sekolah dengan kak Farhan. Meskipun sebelumnya, Rahma harus bangun pagi-pagi agar kak Farhan tidak meninggalkannya. Setelah perdebatan sengit tentang Rahma yang ingin nebeng dan Farhan yang ingin membonceng Cindy, akhirnya Farhan memutuskan untuk mengalah.

Sesampainya di sekolah, Rahma cepat-cepat turun dan menyodorkan helmnya kepada kak Farhan.

"Nih, helmnya!" Rahma mendengus sebal.

Farhan mengernyit. "Idih, kenapa lo?"

"Males sama kak Farhan," sungut Rahma.

"Ngambek lo?" tanya Farhan.

Rahma langsung malas saat mendengar pertanyaan tak peka dari kakaknya itu.

"Menurut kakak?"

Farhan memandangi adiknya yang langsung meninggalkannya dan memasuki gerbang sekolahnya itu. Ia menggelengkan kepalanya, lalu menghela nafas panjang.

📚

Rahma meletakkan tasnya di atas meja, lalu menyandarkan badannya di kursi. Keyla memandangnya dengan tatapan heran. Setiap hari, ia selalu tertarik mengamati perubahan sikap Rahma. Kadang senang, kadang sedih, dan kadang marah. Kali ini, mood apa lagi yang akan Rahma tunjukkan?

"Lo kenapa lagi, Rah?" tanya Keyla.

Rahma menghela nafas kasar.

"Gue kesel banget sama kak Farhan! Masa susah banget buat nganterin gue! Dan, alasannya karena dia mau nganterin kak Cindy, Key!" Rahma mendengus sebal.

Keyla tertawa kecil melihat Rahma. Rupanya, mood Rahma hari ini adalah 'marah'. "Mungkin kak Farhan mau pendekatan kali ama kak Cindy."

Rahma memilih untuk tak menghiraukan kata-kata Keyla barusan. Bagaimanapun, ia merasa sebal dengan sikap kak Farhan!

📚

Bel istirahat pun berbunyi, membuat para siswa yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing berhamburan keluar kelas.

Lain hal lagi dengan Rahma, yang pikirannya teralih dari tadi. Karena siapa? Karena kak Farhan!

Rahma merasa sedikit kesal dengan sikap kakaknya akhir-akhir ini. Seberapa susahnya sih bagi kak Farhan untuk mengantarnya pagi-pagi? Tinggal naik motor, muter sedikit dari arah kampusnya, dan sampai! Tak perlu repot-repot belok kanan, lurus, kemudian muter, jungkir balik lah atau apalah!

Sebelum Rahma sempat melanjutkan rutukan dalam hatinya tentang kak Farhan, Keyla menyadarkannya dari lamunannya dengan menepuk pundaknya keras-keras.

"Aduh!" teriak Rahma, sesaat setelah Keyla menepuk pundaknya.

"Kenapa?" Rahma mencebikkan bibirnya.

Keyla memutar bola matanya jengah, lalu angkat bicara. "Mending daripada lo mikirin masalah sama kak Farhan dan ngatain dia. Lo ikut gue aja yuk ke kantin! Kalau perut lo kenyang, lo bakal lupa sendiri kalau lo lagi marah."

Akhirnya, Rahma memilih untuk mengiyakan Keyla. Ia mengganguk dan bangkit dari kursinya. Ia mengikuti Keyla, meskipun sempat terpisah dari Keyla karena suasana koridor yang ramai.

After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang