32 - Seragam warna-warni

77.2K 6.9K 482
                                    

"Hubungan yang baik bukan hanya kau dan dia saja yang merasa bahagia, tapi sekelilingmu juga. Bukan tentang kalian berdua, tapi tentang sekitar."

Fresha Ainnabilla

***

Kriiiinggg...

Oke. Itu bukan suara telepon.

Itu suara jam weker.

Dengan mata yang masih terpejam, tanganku merambat pada nakas di samping tempat tidur. Seperti biasa, benda yang terus bergetar di sana langsung kuhentikan tanpa perlu melihat tombolnya.

Setelah mematikan jam weker. Aku pun melanjutkan tidur.

Kriiinggg...

Mendengar bunyi berisik lagi, aku lantas mengerang pelan, lalu berpikir untuk menebak bunyi apa itu. Kesadaranku dipaksa muncul saat mengetahui bahwa itu adalah bunyi dering telepon.

Kuraih ponselku yang terhimpit di bawah bantal. Kemudian membaca notifnya.

4 missed call from Fero📞

Mataku terbelalak saat membaca banner itu. Ada lagi setumpuk pesan yang belum terbaca di sana.

Fero : ucapin selamet pagi nggak nih?

Fero : pagiiiiii🐒

Fero : aku jd kaya mbak2 indo*maret

Fero : sensor gak guna wkwkwk

Fero : coba deh kamu liat keluar. Mataharinya lagi ngeblur noh

Fero : kok ga dibales? Blm bangun? Pasti nonton pilm koreya sampe pagi-_-

Yang tadinya cuma sekedar mengecek notif, jadi malah senyum-senyum sendiri. Yang tadinya berniat menghentikan bunyi berisik dari handphone, aku malah cekikikan lagi. Yang tadinya hanya....

Tunggu, tunggu. Jam berapa sekarang?

Aku menoleh pada jam dinding, kemudian memekik saat melihat jarum pendeknya hampir sampai di angka tujuh.

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, aku kontan beranjak ke kamar mandi. Mengusahakan segala persiapan ke sekolah berjalan secepat mungkin.

Hari ini adalah pengumuman kelulusanku sebagai siswi SMA Pancasila. Tiga tahun perjuanganku menuntut ilmu di sekolah ditentukan hari ini. Sebenarnya aku tidak mencemaskan lulus atau tidak, aku yakin kalau aku pasti lulus. Yang kucemaskan adalah, aku takut terlambat.

Bukan apa-apa, guruku bilang, siswa yang terlambat akan mendapat hasil kelulusan jam enam sore. Tentu saja aku tidak mau. Lagian aku dan teman-temanku sudah berencana akan coret-coret seragam di tempat tongkrongan kami yang biasa.

Kucepol rambutku dengan cepolan tinggi. Aku pun menaburkan bedak bayi secara kilat ke wajah. Kemudian langsung menyambar tote bag yang tersampir di sandaran kursi.

Baru saja aku ingin mengontak Fero untuk menanyakan keberadaannya, cowok itu tiba-tiba sudah nongol di depan rumahku.

"Hai, kamu!" Sapa Fero sambil terkekeh.

Fre & Fer (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang