14 - Saling mengenal

87.4K 7.2K 284
                                    

I suggest you to play the mulmed. Enjoy!

***

AKU melangkah keluar kamar menuju ke bibir pintu utama. Di bahuku tersampir sebuah sling bag warna hitam dengan tulisan kecil yang memberi sentuhan lucu di atasnya. Entah maknanya apa, kadang aku suka geli sendiri membaca tulisan "cowok lo cowok gue juga" yang menghiasi benda bermaterial kulit itu. Yang mana tas tersebut kudapat sebagai hadiah ulang tahun dari Michi tahun lalu.

"Mau kemana kamu, Fre?" tanya Mama ketika menyadariku lewat di sampingnya yang sedang menonton TV.

"Paling juga pacaran," sahut Sendy sambil mengunyah kacang polong yang toplesnya ia peluk dengan sebelah lengan. Mata gadis itu masih menatap lurus kotak ajaib di depannya.

"Heh, ngomongnya! Mbak-mu loh itu," Mama menegur omongan Sendy. Wanita yang rambutnya dibiarkan tergerai itu pun kembali melayangkan pertanyaan padaku. "Kamu mau kemana malem-malem gini, toh?"

Sejujurnya, aku jarang sekali keluar malam kecuali atas sesuatu hal yang penting. Itu pun juga perginya bersama Bella, atau paling tidak dengan Najla. Bahkan waktu SMP aku tidak sembarangan bisa keluar rumah dengan bebas. Ayah pasti selalu marah kalau aku pulang larut malam.

Sekarang, tiba-tiba saja aku keluar rumah hanya untuk hal yang aku tidak tau faedahnya apa. Bahkan atas hal yang sebenarnya mengganggu waktuku. Ya memang. Ini bukan aku yang berencana, aku dipaksa, lebih tepatnya.

"Mau keluar, Ma. Sama temen," jawabku sambil tersenyum kilat.

"Ya keluar ke mana? Ke teras juga judulnya keluar," ujar Mama sambil beranjak menghampiriku.

"Hmm, sebenernya aku mau ke kafe temen aku sih, Mah. Gapapa kan? Sebentaaaar aja, yah yah? Boleh yaa?" Rayuku pada Mama agar mengijinkanku keluar. Dalam hati aku merutuk diriku sendiri atas rengekan yang sebenarnya tidak sudi aku lakukan ini.

"Mau ngapain ke kafe? Belajar kelompok?" tanya Mama seraya memperhatikan sling bag yang nyantol di bahu kiriku. "Kalau mau belajar kelompok bukunya mana? Apa udah nggak pake kertas lagi ya belajarnya sekarang?"

"Hah? Eh iya–iya. Belajar kelompok! Bukunya sama temen, Mah." Imbuhku dengan nada yang putus-putus. Untung saja mamaku ini lulusan sarjana teknik elektro, kalau dia anak psikologi pasti gerak-gerik kebohonganku terendus dengan mudah olehnya.

Lihat? Gara-gara anak itu, aku jadi memilih berbohong pada mama.

"Oh yaudah, pulangnya jangan mal—" Baru saja mama ingin menyelesaikan omongannya yang tentu aku sudah hapal, suara klakson motor mengagetkan kami dari luar rumah.

Tinnnn... Tinnnn

"Eh itu siapa?" Mama menoleh ke luar. Perempuan itu pun berjalan menuju bingkai pintu jati berwarna cokelat tua. Setelah mama sampai di bibir pintu, dia pun berteriak memanggilku.

"Fre??? Ini temen kamu bukan?"

"Sendyyy? Kamu pesen Go-food ya? Ini Abang gojeknya udah nyampe nih!"

Aku pun beringsut menyusul mama yang sudah lebih dulu sampai di depan dan sekarang tengah mengoceh di teras.

Pasti si anak kukang, tebakku mudah di dalam hati.

"Oalahh, temennya Fresha. Tante kira kamu kurir Go-food loh tadi! Maaf ya hehehe," Mama nampak langsung akrab pada sosok yang terpisah di luar pagar. "Lagian Tante juga sih yang salah, masa anak laki ganteng begini dikira abang gojek ya kan ya?"

Fre & Fer (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang