Chapter 3

5.4K 204 0
                                    

=======

          “Caitlin ayo…” ajak Megan menarik tangan Caitlin menuju cafeteria sekolah.

          “Iya, Meg… sebentar,” balas Caitlin.

          “Ayo… aku tak mau kita terlambat… bisa-bisa kita tidak dapat meja di cafeteria…” ucap Megan.

          Caitlin mendesah sebal. “Kau ini. Bukankah sudah ada Wero? Dia pasti sudah mendapat meja, Meg…” ucap Caitlin.

          “Tapi aku sudah lapar. Sudah ayo, cepat!!” ajak Megan sambil terus menarik tangan Caitlin.

          ***

          Megan dan Caitlin mengedarkan pandangannya mereka untuk mencari Wero di cafeteria.

          “Di mana sih dia?” Tanya Megan.

          “Itu dia… bersama Cody…” ucap Caitlin dan segera berjalan menuju meja yang di tempati Wero juga Cody.

          “Hey…” sapa Caitlin pada keduanya—Wero dan Cody.

          “Hey… kami sudah lama menunggu kalian di sini…”

          Megan mendengus pelan sambil mendudukan bokongnya di sebelah Wero, sedangkan Caitlin mengambil posisi di sebelah Cody.

          “Siapa lagi yang membuat kita harus menunggu lama? Kalau bukan anak ini…” tunjuk Megan pada Caitlin.

          Caitlin tersenyum kikuk. Mata Caitlin menangkap pemandangan yang membuatnya sedikit… hmm, heran.

          “Siapa mereka?” Tanya Caitlin menunjuk meja yang di duduki oleh 6 siswa laki-laki dan 2 siswi yang belum pernah Caitlin lihat di sekolah ini.

          Cody, Megan juga Wero mengikuti arah pandang Caitlin.

          “Oh, mereka… mereka keluarga Bieber. Murid baru yang pernah aku bicarakan itu…” jawab Megan.

          “Kenapa? Kau mengenal mereka?” Tanya Cody pada Caitlin.

          Caitlin menggeleng. “Aku hanya pernah bertemu dengan yang berambut pirang itu, dan yang berambut curly itu kurasa…” jawab Caitlin.

          “Woooaaa… benarkah? Siapa namanya? You’re so lucky, girls…” pekik Wero.

          Caitlin menautkan alisnya heran. Lucky? Why? “Lucky? Maksudmu?” Tanya Caitlin tak mengerti.

          “Kau tahu… mereka kurang bersahabat dengan siswa siswi lain di sini. Mereka sering menggerombol sendiri dengan keluarga mereka. Dan jarang berinteraksi dengan murid lainnya…” ucap Megan.

          “Bukankah mereka tampan?” Tanya Cody.

          Caitlin terkekeh. “Tentu lebih tampan kau, Cody…” canda Caitlin yang membuat mereka berempat sedikit tertawa kecil.

          ***

Bel pulang sekolah sudah berdentang sejak lima belas menit yang lalu. Namun, sekolah sudah nampak sepi tak berpenghuni. Hanya ada satu dua anak yang masih bertahan di sekolah.

                Caitlin berdiri menunggu jemputan Dad-nya sejak sepulang sekolah tadi. Yap, sejak kejadian lutut Caitlin yang terluka tempo hari, orang tua Caitlin belum memperbolehkan Caitlin untuk menyetir mobil sendiri. Jadi beginilah, Caitlin harus di antar ketika berangkat sekolah dan harus menunggu jemputan sepulang sekolah.

The Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang