=======
Author pov
Pagi ini Caitlin terlihat sibuk dengan alat-alat dapur di bantu oleh Elle juga Dakota. Mereka bertiga sedang menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga yang lain.
“Hello… nona-nona!” sapa Louis ceria yang sudah berada di dapur bersama mereka.
“Hello, Boo,” balas Elle.
“Oh, Elle!! Jangan panggil aku begitu!” dengus Louis tidak terima, memang ada apa dengan panggilan ‘Boo’?
“Kenapa? Itu sangat manis dan lucu!” timpal Dakota. Caitlin terkekeh geli ketika melihat wajah cemberut Louis.
“Ada apa dengan panggilan ‘Boo’? Aku juga berpikir jika itu manis dan lucu!” Tanya Caitlin.
“Ssshh! Kalian memang adik yang kurang ajar pada kakak tertua!” dengus Louis yang membuat ketiga gadis itu terkekeh geli.
“Oh ya, mana Harry? Mungkin kami butuh bantuannya,” Tanya Dakota.
Louis mengangkat bahunya tidak tahu. “Sepertinya Harry sedang menjemput Carly,” jawab Louis.
“Apa Carly pulang malam tadi?” Tanya Caitlin berbalik menatap Louis. Louis mengangguk.
“Yap. Aku dan Harry yang mengantarnya. Tapi kami tidak mengantar ke rumahmu, Carly meminta kami mengantarnya ke rumah pacarmu itu!” jawab Louis.
Caitlin mengernyit tidak mengerti.Pacar? Bahkan dia tidak punya pacar sebelum di tunangkan dengan Justin.
“Pacar? Siapa? Aku tidak punya pacar Louis!” sangkal Caitlin.
Louis memutar bola matanya jengah. “Si pirang bermata biru itu!” tukas Louis.
Caitlin mengerjap. “Niall maksudmu? Ck! Aku bukan pacarnya, Lou!” ujar Caitlin kesal.
Louis menggeleng. “Bukan Niall. Satunya! Pacarmu di sekolah!” ujar Louis.
Caitlin tergelak. Di sekolah. “Cody maksudmu?” Tanya Caitlin.
Louis hanya mengangkat bahu. “Entahlah siapa namanya. Aku tidak tahu!” jawab Louis cuek kemudian membuka kulkas dan mengambil satu kantong plastic berisi cairan berwarna merah.
“Ya ampun! Cody bukan pacarku. Dia hanya sahabatku. Aku dan Cody sudah bersahabat jauh sebelum aku bertemu dengan kalian. Carly juga sangat akrab dengan Cody!” jelas Caitlin terkekeh.
“Tapi si pirang itu cukup menarik!” ucap Dakota reflek. Caitlin langsung mengalihkan pandangannya pada Dakota yang terlihat kikuk dan malu.
“Kau menyukainya ya?” goda Caitlin menunjuk wajah Dakota yang memerah karena malu. Dakota menggeleng.
“Aku hanya bilang dia cukup menarik, dan bukan berarti aku menyukainya, kan?” sangkal Dakota membela dirinya.
“Ah benarkah, Kota? Aku juga pernah mendengar ceritamu jika kau menyukai teman Caitlin itu,” ujar Elle tersenyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Love
Ficção AdolescenteAwalnya kehidupan Caitlin biasa biasa saja. Setelah datangnya kejadian aneh itu, kehidupan Caitlin mungkin berubah mungkin 180 derajat . Begitu juga dengan perasaannya, Akan kah Caitlin bisa menerima kehidupan dan perasaan barunya ? Bagaimana Caitli...