[ 004 ]

25 6 0
                                    

Apa kabar, Pujaan?

Masihkah kamu akan menatapku dengan mata indahmu itu setelah apa yang kulakukan semalam?

Masihkah kamu akan merajuk manja padaku setelah perlakuanku padamu semalam?

Maafkan aku, Pujaan. Aku terlalu sering mengucap maaf. Namun, lagi dan lagi dan lagi aku masih saja melakukan salah yang sama. Aku masih saja menyakiti hatimu dengan cara yang sama, dengan alasan yang sama. Sungguh, maafkan aku, Pujaan.

Kamu tahu, bukan, sejujurnya aku ikut menangis bersama tiap tetes air matamu? Aku ikut terluka bersama tiap isakmu yang terdengar oleh telingaku. Kamu tahu itu, bukan? Atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, merasa kamu tahu seberapa besar cintaku untukmu, meski perlakuanku menyatakan sebaliknya.

Aku menyesal, Pujaan. Namun, sialnya egoku masih mengalahkan segalanya. Aku mungkin terlalu mencintai diriku sendiri. Aku hanya ingin bahagia seorang diri. Padahal sesungguhnya bahagiaku tiada berarti jika kamu tak turut rasakan yang sama. Padahal sesungguhnya bahagiaku tak 'kan terasa jika air mata kulihat menetes dari matamu.

Maafkan aku, Pujaan. Berikan aku waktu lebih banyak lagi. Biarkan aku terus mencoba bahagiakanmu. Perlahan, aku akan berubah, kurasa. Cintamu nomor satu di hatiku. Hanya saja, aku tak tahu bagaimana cara ungkapkannya. Bahagiamu segalanya bagiku. Hanya saja, aku terlalu gelap mata mendahulukan nafsuku.

Bersabarlah, Pujaan. Aku masih belajar untuk jadi nomor satu di hatimu. Tunggu aku, Pujaan. Jangan berikan hatimu pada yang lain sebelum aku mampu memilikinya.

Selasa, 30 Mei 2017

Surat Untuk PujaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang