June masih diam termangu, antara shock dan bingung mau bersikap kayak gimana sekarang. Seperti maling tertangkap basah dan tak tau arah melangkah. Halahh apaan dah.
Tapi June tahu betul alesan dia nyembunyiin penyakitnya, dan dia nggak suka Juki ikut campur masalah dia. Terutama pas Juki sebut-sebut kata bego. Agak ckit-ckit gimana gitu hatinya June.
“Iya gue tahu lo pinter, makanya gue nggak pernah cerita ke elo. Karena saking pinternya, sampe lo nggak ngerti sama perasaan gue."
June narik nafasnya dalem
"Denger ya Juk, alasan gue nyimpen ini karena gue nggak mau bikin orang-orang yang gue sayang jadi khawatir. Gue nggak mau bikin mereka sedih. Beban mereka udah banyak jadi nggak usah ditambahin sama penyakit gue lagi. Gue nggak mau mereka mandang gue kasian, gue nggak mau mereka natap gue sebagai orang yang penyakitan. Gue mau mereka tersenyum bahagia melihat June yang apa adanya, June yang sehat, June yang ceria.”
“Ya terus mau sampe kapan lo nyembuyiin ini Jun? sampe kanker itu menggerogoti seluruh tubuh lo iya? Sampe lo sakit parah baru lo mau cerita iyah? Bukannya cepat atau lambat mereka juga bakal tahu yang sebenarnya terus buat apa ditutupin?”
“seenggaknya, gue nggak jadi beban pikiran mereka. sekalipun hidup gue harus berakhir karena kanker, gue ikhlas. Bukannya lo yang bilang sendiri kalo maut, jodoh, sama rezeki tuh udah ada yang ngatur. Jadi nggak usah dipikirin lah, semua orang juga bakal mati dengan caranya masing-masing. Nggak semua yang sehat dijamin hidup lama, dan nggak semua yang sakit bakal mati cepet. Jadi selama gue sehat, gue mau manfaatin waktu gue sebaik mungkin”
“Tapi lo sakit Jun, dan penyakit lo ini nggak main-main. Lo harus diobatin JUNE!” nada bicara Juki udah mulai tinggi.
“Lo pikir berobat gampang, gue tahu penyakit gue ini cukup parah dan biaya pengobatannya nggak murah. Keluarga gue udah pusing sama urusan sehari-hari. Buat nyekolahin ade gue sama gue aja ortu gue udah susah. Ditambah harus biayain pengobatan gue yang mahal. Apa gue tega mintanya. Udahlah Juk jangan membesar-besakan masalah ini. Anggap aja nggak terjadi apa-apa. Gue mohon lo nggak cerita masalah ini ke siapa pun. Cukup lo dan gue aja yang tahu” pinta June memelas.
Juki Cuma narik nafas dalam-dalam, rahangnya mulai mengeras. Dia nggak habis pikir sama temennya yang satu ini. bisa-bisanya June bersikap seolah nggak terjadi apa-apa. Padahal hidupnya sedang terancam, tapi Juki masih coba buat sabar dan ngomong baik-baik ke June.
“jadi masalahnya biaya, ok kalo gitu gue yang bakal nanggung semua biaya pengobatan lo. Tapi lo harus janji kalo mulai besok lo mau menjalani pengobatan intensif. Kita bakal cari dokter terbaik buat lo, gue nggak peduli berapa pun biayanya yang penting lo sembuh. Jangan ngebantah dan nggak ada penolakan!” mutlak Juki
June agak tersinggung waktu Juki dengan sombongnya bilang mau bayarin semuanya. Iyah June tahu dia kaya, dia juga dokter pasti gampang ajalah buat Juki. Tapi bukan gini caranya, June nggak mau dipandang remeh apalagi dikasihani.
Entahlah mungkin gengsinya June emang ketinggian, tapi itulah June. Suka nggak suka, June selalu ikutin kata hatinya, dan bersikap sesuai sama keinginannya.
“Nggak, gue nggak mau. Lo nggak usah repot-repot Juk, gue nggak butuh belas kasihan dari lo. Ini masalah gue, dan gue tahu apa yang terbaik buat gue” respon June dingin
Juki natap June nggak percaya, bahkan disituasi kayak gini June masih aja keras kepala. Bikin kesabaran Juki ilang.
“JUNE! LO ITU SAKIT, LO HARUS DIOBATIN. BISA NGGAK SIH LO TURUNIN EGO LO DIKIT AJA. GUE TAHU ITU MASALAH LO, TAPI LO PIKIR GUE BISA DIEM AJA GITU NGELIAT LO KAYAK GINI HAH!” bentak Juki
KAMU SEDANG MEMBACA
Halte Busway I'am In Love
רומנטיקהGimana rasanya ketemu Jungkook KW di halte busway? Pasti kaget, nggak percaya dan rasanya mau langsung peluk. Yups itulah yang June rasakan, mahasiswi tingkat akhir itu nggak sengaja ketemu sama Jungkook KW alias Juki. Calon dokter muda yang suks...