9 - Admitting The Truth

2.7K 258 11
                                    

Severus mengawasi Harry yang berjalan mondar-mandir; dia dengan segera tahu anak itu bimbang apakah dia harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak kepadanya. Mata onyx nya membuntuti remaja itu. Pikirannya benar-benar berkecamuk pada semua yang telah didengarnya. Lemari, lemari sialan! Pahlawan dunia sihir, terjebak di tempat seperti itu, dibuang seperti peri rumah kebanyakan. Itu membuatnya marah karena remaja itu tidak memberitahu seseorang. Sepuluh menit telah berlalu, Severus mencatat dengan malas sambil terus mengamati remaja itu. Dia segera tahu dia harus melawan Harry untuk mendapatkan sebuah jawaban. "Jawabannya, jika kau mau," katanya.

"Itu tidak penting," geram Harry; tidak ada gunanya mengakui segalanya lebih jauh pada Snape. Dia akan kembali pada keluarga Dursley di tahun berikutnya, tidak diragukan lagi, atau tempat lain yang sama buruknya. Dumbledore, tampaknya, tidak ingin dirinya memiliki secuil kebahagiaan dalam hidupnya. Dia sangat ingin tahu kenapa; apa mungkin tujuan Dumbledore untuk membuatnya tidak bahagia? Dia bingung, dia terus saja tidak menemukan apa-apa saat memikirkan hal itu. Dia bertanya diam-diam apakah Tom Riddle telah berkata jujur ketika dia memberitahu Harry bahwa dia memohon kepada Dumbledore untuk tidak membiarkannya kembali ke panti asuhan. Dia tahu Tom Riddle pernah melakukannya-- dia tahu, karena hal yang sama persis telah terjadi padanya.

"Kenapa kau tidak memberitahu seseorang, Potter? Di mana keberanian Gryffindor milikmu?" Severus mencemooh, memancing remaja tersebut dan berharap mendapatkan sebuah jawaban dengan cara tersebut.

Hidung Harry berkobar dalam kemarahan. "Saya seharusnya berada di Slytherin!" remaja itu balas mencemooh, berharap itu akan mengejutkan Snape hingga memanggilnya seorang pembohong atau menghentikannya untuk menanyainya.

Severus tahu remaja itu berkata jujur sekali lagi, dan dia benar-benar kaget, tapi dia juga tahu bahwa anak itu mencoba mengalihkan perhatiannya dari pertanyaan yang sebenarnya. Jadi dia memutuskan untuk membiarkan remaja itu berpikir bahwa dia telah menang, tapi dia sungguh penasaran. "Lalu kenapa kau tidak berada di Slytherin?" tanya Severus penasaran.

"Karena saya yang memintanya. Saya bertemu orang yang memberitahu saya bahwa hanya penyihir hitam yang berada di Slytherin. Dan saya bertemu dengan Malfoy; dia sangat mengingatkan saya pada sepupu saya:   um, anak manja," jawab Harry, merasa senang bahwa dia telah berhasil mengalihkan perhatian Snape. Dia ingin mengatakan bocah, namun dia tidak yakin bagaimana Snape akan bereaksi padanya kalau dia menyebut anak baptisnya dengan sebutan bocah manja.

"Slytherin atau Gryffindor, kenapa kau tidak memberitahu seseorang? Aku yakin McGonagall akan kecewa jika kau memberitahunya," kata Severus tidak peduli. Jika Harry diseleksi ke Slyherin, dia mungkin telah melihat tanda-tanda itu; yang lebih bagus lagi, anak laki-laki itu mungkin telah datang padanya dan mengaku pada dirinya. Anak-anak Slytherin  tahu dia tidak sejahat seperti yang dia tunjukkan pada dunia-- asrama Slytherin lebih penting baginya, daripada Voldemort-- yang akan mengejutkan anak laki-laki itu. Well, bagi kebanyakan orang asrama loyalitas itu lebih penting, kecuali mereka telah dibesarkan seperti anak baptisnya untuk melayani Voldemort... tidak dibesarkan, tapi ditujukan, harapnya diam-diam.

Harry meringis; well, dia belum berhasil mengalihkan perhatian Snape. Baiklah, ini dia, pikir Harry, saatnya berbohong. "Saya tidak memberitahu seseorang, karena apa gunanya? Siapa yang akan mempercayai saya? Bagaimanapun, saya mengalahkan Voldemort ketika saya berusia satu tahun! Siapa yang akan mempercayai seorang Muggle dapat melukai saya?" Dia tidak tahu kenapa dia begitu enggan memberitahu Snape soal Dumbledore.

"Itu bohong," balas Severus, mengamati remaja itu dengan seksama.

Harry berhenti, bahunya merosot. Snape selalu tahu ketika dia sedang berbohong; dia tidak tahu bagaimana cara orang itu melakukannya. Sungguh menyebalkan, cara dia selalu menatapnya dengan curiga ketika dia sedang berbohong. Hari di mana batu bertuah dicuri, kebohongan ketika kamar rahasia telah dibuka kembali, yang mungkin menjelaskan tatapan tercengang Snape saat dia berbicara Parseltongue. Tentunya orang itu tidak mungkin berpikir dia ada hubungannya dengan itu kan? Pikir Harry dengan marah, tiba-tiba merasa sangat malu dan bertanya-tanya apa seperti itukah perasaan Snape jika dia mengakui dia telah berpikir bahwa orang itu adalah Snape. Snape selalu memiliki kemampuan gaib untuk mengetahui kapan dia berbohong, dan hal itu menganggu Harry tanpa akhir. Tidak ada yang tahu ketika dia sedang berbohong. Dia tidak merasa bangga atau sok; dia tahu betapa baiknya dia menonjolkan kepercayaan diri atau emosi lain yang dia butuhkan. Dia sangat lihai menyembunyikan penderitaannya, menyembunyikan rasa sakitnya, menyembunyikan kelemahannya.

A New Place To Stay (TERJEMAHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang