Bagian-8

4.2K 280 16
                                    

Aku mulai rapuh.
Dimana hatiku mulai tak sanggup lagi untuk menahan kebencian.
Tapi, satu hal yang tidak ku mengerti?.
Cinta ini tidak berkurang sedikitpun.


Setelah kepergian Clarisa semua orang mulai bubar dan hanya meninggalkan dua orang anak manusia disana.

"Kau sangat menyebalkan Ren, menyuruhku berpura-pura menjadi pacarmu hanya untuk menyakiti gadis itu," kata Angel sekaligus sepupu Rendi. Dengan mimik cemberut ia sama sekali tidak mengerti jalan pemikiran lekaki tampan di hadapannya ini.

"Bukan urusan mu! Lagi pula aku meminta bantuanmu untuk menyingkirkan gadis bodoh itu dari hidupku dan tampaknya ini berhasil," ujar Rendi datar dan melangkah pergi.

"Tunggu," ucap Angel yang membuat langkah Rendi terhenti. "Sebelum semua semakin sulit lebih baik hentikan semua ini. Aku tahu kau juga mulai menyukai bukan?" Kali ini Angel mencoba untuk membujuk Rendi agar mau menerima Clarisa.

"Sudahlah, aku tidak butuh nasehat lagipula aku tidak perlu gadis bodoh itu!"

Angel hanya bisa diam melihat tingkah sepupu yang sudah berubah menjadi pribadi yang dingin dan menakutkan seperti sekarang. Padahal dulu saat mereka masih kecil. Angel,Rendi dan Tasya selalu bermain bersama namun, semua hubungan itu berubah ketika mereka remaja. Ternyata Rendi menyukai Tasya dan mereka pun berpacaran hingga akhirnya Rendi tahu bahwa Tasya hanya mempermainkan perasaan Rendi dan menghianatinya lalu pergi begitu saja.
Sejak itu sikap Rendi berubah sembilan puluh derajat.

"Sudahlah, kau harus kembali ke kampus," ujar Rendi, mengingat kampus mereka yang berbeda tempat.

"Baiklah aku pergi, kau juga masuk ke kelas mu," ujar Angel tersenyum sambil berlari pergi dari sana.

Aldo pov.

Saat berjalan ke perpustakaan tidak sengaja melihat kerumunan orang di lapangan, membuatku ikut melihat apa yang terjadi. Aku mendapati sosok Clarisa disana.

Dengan kasar Rendi membuang coklat itu ke arah Clarisa
"Kaulah yang seharusnya menjauh dari,aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Clarisa hanya diam atas semua perkataan Rendi, tanpa sadar aku mengepalkan tangan seolah ingin melayangkan tinju ke arahnya.

"Dasar perempuan murahan! Berani sekali kau mengangguku. Siapa kau berani sekali ikut campur?"bentak Rendi yang membuat semua orang mulai menatap ke arah Clarisa dengan tatapan merendahkan.

"Apa aku terlihat sangat rendah di mata sehingga kau harus mengatakan hal itu. Kau sudah kelewatan batas," ujar Clarisa di tengah tangisannya.

Aku langsung menembus kerumunan. "Kau yang tidak pantas untuk Clarisa," ujarku lalu membawa Clarisa pergi dari sana.

Di taman.

Aku menyuruh Clarisa duduk di bangku taman sambil menenangkan diri namun, ia hanya diam tanpa kata ataupun dengan air mata yang terus mengalir.

Rasanya hatiku sakit seperti tertusuk berulang kali saat melihat orang yang aku cinta menangis. Aku bangkit ingin membuat perhitungan dengan Rendi, tapi sebuah tangan mencegahku

"Jangan, aku baik-baik saja," cegahnya dengan suara yang terdengar parau.

Aku duduk membungkuk untuk menyamakan kedudukan hingga aku bisa menatap matanya secara intens. "Kau yakin?" ujarku hati-hati.

Ia mengangguk pelan, wajahnya tampak pucat sekarang, membuatku lebih khawatir.

# # #

Clarisa pov

Aku kembali mencium aroma yang palingku benci, aku ingat setiap detail bau obat yang menusuk hidungku. Perlahan aku membuka mata melihat sekeliling.

"Rumah sakit lagi," batinku seolah tidak pernah bisa jauh darinya.

"Nak, apa kau merasa baikan?" kata papa cemas melihat kondisiku yang semakin hari semakin melemah. Sementara Winda dan Aldo  yang berada di samping terlihat khawatir.

Aku hanya tersenyum tipis untuk menandakan bahwa semuanya baik-baik saja.

Mungkin kalian bertanya-tanya keberadaan mama.Yang seharusnya ia berada di dekatku sekarang tetapi, mama lebih dulu meninggalkanku akibat sebuah kecelakaan.

"Ya sudah, Papa harus keluar sebentar karena ada urusan penting!" ucapnya lalu pergi.

# # #

Thanks for vote  and komen.biar makin semangat lanjutan nya :-) :-) :-)

Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang