[4][Kukira dia sudah mati]

45 7 3
                                    

Aku ini tidak punya tempat
Untuk Pulang
--------{}{}{}{}--------

Teng Nong*
-----------------------------------------------------------------

Aresha's pov

Bel sekolah berbunyi, tanda telah masuk waktu istirahat. Kantin yang tadinya sepi mulai menjadi ramai, siswa/i mulai berdatangan untuk menghabiskan waktunya di kantin.

Sebenarnya aku tak tahan dengan keadaan ramai seperti ini. Tapi apalah daya aku yang hanya mengikuti teman-temanku ini.

"Aresha" teriak seseorang dari balik pintu kantin.

"Faiz?" batinku. Sejujurnya aku malas bertemu dengannya.

"Resh Resh ada Faiz tuh" ucap Lalisa heboh

"iya gue udah liat Lis" ucap ku sambil menelungkupkan kepala diatas meja.

"Aresha" Faiz menyentuh bahuku

"Jangan pegang-pegang, kenapa? " ucapku malas. Sambil menebas tangan Faiz, agar tangannya menjauh dari bahu ku.

"hehehe maaf Resh, nanti pulang bareng yuk" jawabnya sambil menggaruk dahinya, dan menurutku dahinya itu tidak gatal.

"maaf Iz gue gabisa, gue mau ke rumah sakit. Nemenin ayah gue sakit" jawabku yang langsung mendapat pelototan dari teman-teman ku.

"yaudah kalo gitu gue anter ke rumah sakit gemana? " ucap Faiz ramah.

Sesungguhnya aku tidak tega melihat dia yang terus berbaik hati kepadaku. Aku heran, kenapa dia kuat oleh sikapku yang dingin ini terhadap laki-laki.

Apakah rasa cinta itu begini? Rela berkorban demi orang yang kita cintai?. Kalau begitu aku tidak ingin jatuh cinta, karena itu merepotkan. Batinku

"Mmm, yaudah deh tapi anter kerumah aja, nanti kerumah sakit biar gue naik taksi dari rumah" jawabku setuju

"Yaudah nanti lo tunggu di depan gerbang ajaya" ucap Faiz

Aku hanya membalasnya dengan menyunggingkan senyum . Setelah itu Faiz pergi, aku bisa melihatnya dari sudut mataku.

"gue heran deh Resh sama lo, cogan gitu lo batu-in" ucap Lalisa kesal

"iya diakan termasuk cowok most wanted di kelas 12" lanjut Sherina

"Yaelah, cowok most wanted kaya gitu aja gacukup Sher, lo tau kan gue ini trauma sama yang namanya laki-la... "

"Baaa" teriak Fanza mengagetkan
"Ihh gue baper banget tadi Faiz senyumin gue didepan kelas tadi awww cocwit bat sumpah" teriak Fanza

"Alay banget deh lo Ja" ucap Lalisa sambil menyipitkan mata

"Iya, si Resha yang diajak pulang bareng aja b aja tuh" ucap Sherina sambil memutar mutar jari-jarinya

Mulut Fanza ternganga sempurna. "Masa sih? Emmm" Fanza mulai lemas tak bersemangat seperti biasanya. Dia langsung duduk disamping ku karena cuman itu bangku yang kosong

"Jangan salah paham dulu Ja, tadi gue udah berusaha nolak, tapi daripada tubuh gue bolong-bolong gara-gara tatapannya si Sherina and friends, ya lebih baik gue terima" Ucapku penuh penolakan

"Tapi tenang ko Ja gue gak akan nikung lo" lanjutku kemudian sambil menepuk-nepuk bahu kiri Fanza

Tanpa memperdulikan penjelasan ku tadi, Fanza langsung menceritakan semua yang terjadi pada saat pelajaran bu Myla tadi. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang aku ucapkan barusan saja.

Tentu saja aku tidak mendengarkan cerita Fanza karena airphone masih terpasang ramah ditelinga ku

••{}{}••

Saat waktu pulang tiba, sesuai janjiku aku diantar oleh Faiz ke rumah. Sesampainya dirumah ada Anida dirumah. Yak, Anida adalah adikku.

"Dek, kamu gak ikut Mamah?" tanyaku pada adikku yang sedang menonton tv. Sambil menaruh tas di sofa depan tv.

"Tadi aku dianterin Mamah ka, mamah mau berangkat ke Timur Tengah lagi mamah mau kerja lagi" jelasnya.

Jujur aku kaget dengan jawaban adikku itu. Selain kaget aku juga merasa kecewa karena Mamah tidak bicara padaku dulu bahwa Mamah akan berangkat kerja disana lagi.

"De, Mamah tadi nitipin apa gitu gak ke kamu? " tanyaku lagi sambil beranjak duduk disebelah Anida

"Mmmm" Anida tampak berpikir.

"Oh iya tadi Mamah nitipin uang buat aku sama kakak, uangnya Mamah simpen di laci meja belajar kakak." jawab Anida, yang kemudian dijawab oleh anggukan dariku

"Terus-terus? Apalagi Nid? " tanyaku antusias

"Oh iya Mamah minta maaf karena gak bisa bilang langsung sama Kakak, kalau Mamah mau kerja lagi" jawabnya lagi

••{}{}••

Saat aku ingin menanyai sesuatu lagi kepada Anida. Tiba-tiba muncul seseorang dari balik pintu dengan keadaan berantakan.

"Aku kira orang itu sudah mati, aku tak menyangka masih bisa melihatnya dengan mata telanjang. Kurasa aku telah dengan tidak sengaja membuka mata batinku" ucapku pelan, sangatlah pelan. Bahkan orang disebelahku saja tidak bisa mendengarnya

Saat aku ingin beranjak dari sofa, tas yang kuseret menyenggol meja kecil yang diatasnya terdapat guci kecil milik Ayah yang harganya bisa dibilang bukan harga yang normal untuk sebuah guci.

Guci itu terjatuh dan pecah mengenai lantai, dan sebagian pecahannya mengenai kaki Anida.

••{}{}••
TBC
SEMOGA SUKAK SAMA PART INI YUUUUPPPPP 😁
Jangan lupa vomment nya kalian semua 😆

Can not RefuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang