Banyak pandangan aneh saat Aresha mulai memasuki wilayah sekolah. Banyak juga dari mereka mulai berbisik-bisik sambil memandang Aresha sinis.
Tapi Aresha tetap pada posisinya. Airphone terpasang ramah di telinga Aresha.
"Itu ya ka Aresha? Denger-denger ayahnya suka nyewa-nyewa gitu" satu bisikan terdengar karena airphone di satu telinga Aresha terlepas. Segera Aresha memasangnya kembali.
Cretta dan sohibnya, Naumi. menghampiri Aresha sambil berkacak pinggang.
"Hay! Anaknya laki-laki berhidung belang! Haha" ucap Naumi sambil memegang bahu Aresha keras.
"Ehh gak denger ya sayang?" Ucap Cretta saat melihat Aresha jojong-jojong saja dengan ucapan Naumi. Ah, dia melihat ternyata Aresha sedang memakai airphone.
"Bener kan Ayah lo itu-----" Cretta sengaja menggantung kalimatnya sambil menarik airphone milik Aresha lalu menginjak-injaknya.
Aresha tetap berjalan, dia melewati Naumi dan Cretta yang saat itu sedang tertawa senang tanda kemenangan.
"Resh! Bareng yuk ke kelas nya!" teriak seseorang sambil menggenggam tangan Aresha.
"Eh!!" Aresha terlonjak kaget dan langsung menghadap orang itu "Fanza?!"
"Haay!!!" Sapa Fanza sambil mengembangkan senyum
"Lo udah balik?? Ishh gue kangen!! 2 minggu tau lo izin. Udah kaya cuti guru mau ngelahirin aja!" goda Aresha seraya menarik sedikit rambut Fanza jahil.
"Iihh! Sakit!" gerutu Fanza lalu berusaha melepaskan tangan Aresha dari rambutnya.
"By Resh! Gue duluan ya" ucap Fanza sambil memasuki kelasnya yang lebih dulu dilewati oleh mereka berdua.
"Resh! Resh! Sini!!!" Sherina menarik tangan Aresha dan langsung menutup pintu kelas.
"Ihh!! Apa-apaan sih??!" berontak Aresha sambil berusaha melepaskan cekalan Sherina yang cukup keras.
"Lo ditembak kan sama Faiz?!!" tanya Sherina
"Yang bener?!!!!!???" teriak Lalisa
"Terus-terus lo terima gak?!!!!" Sherina tak kalah heboh
"Pasti diterima kan?!!!!!" Ucap Larit sambil menaik turunkan kepalanya dengan wajah yang berbinar
"Pajak jadian intinyaa!!!!!!" teriak Sherina, Lalisa, dan Larit. Sehingga membuat banyak sorot mata tertuju pada mereka.
"Huussshhhh kaliann tuh apa-apaan sih?!" "Gue gak terima lah!" jawab Aresha ketus seperti biasa.
Teman-temannya hanya memaki-makinya, dan berkata-kata kasar.
--
"Kenapa lo gak terima aja sih?" Ucap Sherina sambil menyeruput minuman miliknya.
"Iya kenapa lo gak terima Resh?!" ucap Lalisa menyetujui perkataan Sherina.
"Apa-apaan sih kalian?!!" "Kalo emang kalian gak bisa ngehargain keputusan gue! Yaudah kalian aja yang terima si Faiz!!" ucap Aresha penuh penekanan.
"Tuh Faiz nya!" Larit berbicara pelan kepada Sherina seraya menunjuk ringan tubuh Faiz.
Faiz yang biasanya jika melihat Aresha akan memberi senyum termanisnya atau bahkan menghampiri Aresha. Tapi, kali ini dia seolah tidak melihat Aresha. Padahal, dia sempat melirik Aresha yang tengah berada bersama teman-temannya.
"Kok? kok?" ucap Lalisa heran sambil menunjuk punggung Faiz.
"Gemana dia gak marah! Udah nunggu! Tapi gak dihargain!" Ucap Sherina ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can not Refuse
Teen FictionBenci dengan sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki. Dan, singkatnya ini adalah kisah tentang Aresha yang buta akan perasaannya sendiri.