"Nih baju lo!" Ucap Aresha sambil melemparkan baju Arfan yang dipinjam nya kemarin. Setelah itu Aresha berlalu melewati Arfan.
"ehhh tunggu tunggu!!!!!" Arfan lagi-lagi mencekal tangan Aresha.
"Lepasin!" berontak Aresha "Apa lagi?!"
"Pake downy gak nih?" tanya Arfan sambil memainkan baju yang tadi dilempar oleh Aresha.
"Gak!, gue pake cairan pembersih toilet, soalnya dirumah gue gak ada downy!" Aresha langsung melepaskan cekalan Arfan lalu dia beranjak pergi ke tempat duduknya yang berada di depan.
"apa bener dia pake cairan pembersih toilet?" gumam Arfan cemas, lalu mencium baju yang berada di tangannya itu.
"wangi kok!!" batin Arfan senang, lalu mencium baju itu berkali-kali.
"Cieh! Yang tadi malem abis kencan!" Cretta berteriak, sambil membaca-baca chat-an Arfan dan Aresha.
"Apa-Apaan sih Kareeettt!!!????" Aresha merebut kembali ponselnya, lalu menaruhnya di kantong baju.
Cretta hanya tersenyum miris, dia mengacak-acak rambutnya sengaja. Kemudian dia berjalan menghampiri Arfan di bangku paling belakang, laki-laki itu kini tengah tertidur pulas dengan menggunakan baju yang tadi dilempar Aresha sebagai bantal.
Cretta duduk di bangku kosong di seberang bangku Arfan. Dia mulai mengeluarkan air mata [buaya nya]
"hiks! hiks!" tangisan Cretta yang cukup keras, membuat Arfan terbangun.
"Ngapain lo? Nangis?!!" ketus Arfan tanpa memandang Cretta, dia malah membenarkan posisi kepala nya agar menghadap arah lain.
"Hiks! Tadi gue dijambak-jambak terus didorong sama Aresha. Gara-gara gue cuman duduk di bangku dia, hiks!"
Arfan membuang nafas kasar. "Hah, lo kira gue bakalan percaya sama lo? Engga akan!" ucap Arfan pelan sambil menatap Cretta tajam, dan kemudian melanjutkan tidurnya.
Cretta hanya memandang Arfan tak percaya. Dia menghentikan tangisannya, lalu pergi keluar kelas, karena memang Cretta tidak satu kelas dengan Arfan,Aresha, ataupun teman-teman Aresha.
Cretta hanya sekelas dengan Fanza, sahabat Aresha. Dia menuju pintu kelas dengan menghentak-hentakkan kakinya.
--"Resh! Lo gak makan?" tanya Sherina yang melihat daritadi Aresha hanya melamun saja.
"eh" Aresha tersadar dari lamunannya "engga ah, gue masih kenyang kok Sher"
"Eh Resh, gue denger lo habis pergi ya bareng Arfan?" tanya Fanza sambil memakan batagornya.
Aresha menghela nafas kasar "Pasti lo tau dari si Karet kan?" tanya Aresha sambil menyenderkan punggungnya dan membuang pandangannya.
"Iya, si Cretta yang bilang. Terus kata dia lo ngejambak-jambak sama ngedorong dia tadi pagi?" Lagi-lagi Fanza menanyakan dengan nada ringan
"dasar, cewe sampah!" gumam Aresha "Gak! Itu gak bener!" ucap Aresha dia langsung berdiri dari tempat duduknya lalu beranjak pergi.
"Resh!!!" panggil Lalisa kencang saat Aresha sudah berada di pintu kantin.
"Seharusnya lo gak usah percaya sama si Cretta!!!, lo tuh seharusnya percaya sama sahabat lo sendiri Fanza! " bentak Larit sambil beranjak pergi menyusul Aresha.
Lalisa dan Sherina juga pergi menyusul Larit yang mengejar Aresha. Tapi, Fanza tidak bergerak. Dia tetap pada posisinya.
Mereka sudah sampai di kelas, tapi Aresha tidak ada disana, kelas itu sangat sepi. Semua penghuninya sedang berada dikantin untuk menghabiskan waktu istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can not Refuse
Teen FictionBenci dengan sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki. Dan, singkatnya ini adalah kisah tentang Aresha yang buta akan perasaannya sendiri.